WHO: Lebih dari 2 Miliar Warga Dunia Tak Punya Akses ke Pelayanan Kesehatan

Senin, 14 November 2022 - 23:11 WIB
loading...
WHO: Lebih dari 2 Miliar Warga Dunia Tak Punya Akses ke Pelayanan Kesehatan
Senior Adviser Direktur Kesehatan Dunia (WHO), Bruce Aylward mengakui, salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh WHO adalah adanya kesenjangan pelayanan kesehatan. Foro ist
A A A
DENPASAR - Senior Adviser Direktur Kesehatan Dunia ( WHO ), Bruce Aylward mengakui, salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh WHO adalah adanya kesenjangan pelayanan kesehatan dasar. Data yang dimiliki WHO menunjukkan, lebih dari dua miliar orang tidak memiliki akses ke pelayanan kesehatan.

“Karena pelayanan kesehatan dasar adalah hal yang penting dan menjadi kebutuhan besar semua orang. Tetapi kenyataannya, terutama karena pandemi, lebih dari dua miliar orang tidak memiliki akses ke pelayanan Kesehatan,” kata Burce dalam diskusi daring yang diadakan FMB9 di Bali (14/11/2022).



Menurut Bruce, seluruh sistem kesehatan dunia saat ini mengalami kerusakan. Hal tersebut terbukti ketika dunia kehilangan lebih dari 15 juta petugas kesehatan karena Covid-19.

"Situasi ini menuntut kerja sama yang saling terhubung antara negara. Harus ada kerja sama untuk menambah petugas kesehatan yang cukup, memberikan mereka vaksin dan pelatihan yang cukup sehingga mereka bisa melakukan pengawasan,” kata Bruce.

Lanjutnya, saat ini WHO telah hadir lebih dari 150 negara di dunia.“Kami hadir secara fisik untuk membantu pemerintah dan mitra kerja kita untuk mengatasi berbagai masalah,” kata Bruce dalam diskusi bertajuk "Komitmen G20 Membangun Arsitektur Kesehatan Global."

Selain itu, WHO juga memiliki jaringan yang sangat luas untuk memantau negara-negara yang telah menyelesaikan masalah kesehatan ini.Dia menambahkan, banyak negara sudah bisa menyelesaikan permasalahan utama kesehatan.

“Kami melihat ada beberapa kemajuan besar di beberapa tempat di India, Indonesia dan juga beberapa tempat di Afrika," imbuhnya.

Burce memuji pencapaian Indonesia. “Indonesia telah bekerja keras untuk membuat lebih banyak vaksin, serta cara membuat lebih banyak obat, bagaimana cara memperluas kapasitas produksi," terangnya.

Indonesia, menurut Bruce, telah belajar banyak dalam hal penanganan Covid-19 dan ini dapat dibagikan untuk membantu negara-negara lainnya di dunia. "Ini yang dilakukan Indonesia dalam presidensi G20 ini," pungkasnya.

Pada kesempatan yang sama, Burce mengatakan, pihaknya akan terus mendorong program saling membantu antara negara dan saling memberi masukan untuk bisa membuat sistem yang lebih baik.

Sebagai informasi, ada tiga fokus yang didorong Indonesia dalam memperkuat arsitektur kesehatan global dalam Presidensi G20 Tahun 2022.

Pertama, komitmen untuk membangun ketahanan sistem kesehatan global yang membutuhkan mobilisasi sumber daya kesehatan dan keuangan yang esensial atau melakukan pencegahan, kesiapsiagaan dan merespon pandemi atau Prevention, Preparedness and Response (PPR), selain peningkatan sistem pengawasan kesehatan global.

Kedua, melakukan harmonisasi standar protokol kesehatan global. Hal itu dinilai penting untuk mendorong mobilitas masyarakat di seluruh dunia dan kembali menggerakkan ekonomi.

Ketiga, penguatan arsitektur akan didorong dengan memperluas pusat manufaktur global yang akan mencakup vaksin, terapi, diagnostik ke negara-negara berkembang, serta berbagi pengetahuan mengenai PPR dalam krisis kesehatan.
(don)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4008 seconds (0.1#10.140)