Hari Santri Momentum Teladani Perjuangan Ulama

Selasa, 25 Oktober 2022 - 10:07 WIB
loading...
Hari Santri Momentum Teladani Perjuangan Ulama
Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar bersama Pengasuh Ponpes Tebuireng Jombang, KH Abdul Hakim Mahfudz atau Gus Ikin. Foto/Ist
A A A
JOMBANG - Santri, ulama dan pesantren selama ini telah memberikan sumbangsih yang cukup besar dalam perjuangan kemerdekaan hingga saat ini.Melalui Keppres Nomor 22 tahun 2015 telah ditetapkan 22 Oktober sebagai Hari Santri sebagai bentuk bahwa peran santri diakui oleh negara.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Boy Rafli Amar menjelaskan hal itu saat Deklarasi Toleransi, meneguhkan toleransi Islam wasathiyah dalam rangkaian Hari Santri dan peringatan 77 tahun resolusi jihad di pondok pesantren (Ponpes) Tebuireng, Jombang, Jatim.



“Penetapan 22 Oktober sebagai Hari Santri merujuk pada tercetusnya resolusi jihad yang berisi fatwa kewajiban berjihad demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Resolusi jihad inilah yang kemudian melahirkan peristiwa heroik 10 November 1945 yang kita peringati sebagai hari pahlawan,” kata Boy Rafli Amar dalam keterangannya, Selasa (25/10/2022).

Di Jawa Timur resolusi jihad yang digelorakan KH Hasyim Asy’ari telah membakar semangat pemuda-pemuda melawan penjajah, dan juga wilayah-wilayah lainnya di Indonesia. sampai masa ketika Indonesia sudah memproklamirkan diri sebagai negara merdeka.

Hingga saat ini santri telah merambah ke berbagai bidang profesi, memiliki keahlian yang beragam bahkan menjadi pemimpin negara.

“Meskipun begitu, santri tidak melupakan tugas utamanya, yaitu menjaga agama itu sendiri. Agama adalah mata air yang selalu mengalirkan inspirasi-inspirasi untuk menjaga dan menjunjung tinggi martabat kemanusiaan,” ujarnya.



Oleh karena itu, Kepala BNPT mengatakan bahwa Hari Santri menjadi momentum untuk menghargai perjuangan bangsa, para ulama dan santri. Ponpes Tebuireng yang merupakan berdirinya pondok pesantren telah menjadi pembelajaran bagi bangsa terkait Resolusi Jihad di awal kemerdekaan Indonesia.

“Tentunya ini menjadi sebuah momentum bagi kita semua untuk kembali mengingat bagaimana perjuangan para leluhur bangsa kita, para ulama dan santri dan segenap pahlawan bangsa untuk melawain segala bentuk penjajahan dan agresi dari pihak dimasa lalu,” ungkap mantan Kapolda Papua ini.

Ia mengungkapkan sebuah perjuangan para ulama dan santri ini perlu terus diangkat sebagai narasi terutama sebagai upaya pembelajaran program-program moderasi dan toleransi agama di Ponpes Tebuireng.



“Moderasi agama, toleransi dan karakter bela bangsa ini perlu diangkat untuk menangkal narasi-narasi negatif, bermuatan provokatif terutama hal-hal buruk di sosial media,” ujar mantan Kepala Divisi Humas Polri ini.

Lebih lanjut dirinya juga mengatakan bahwa di media sendiri juga banyak hal negatif yang sifatnya tidak mendidik masyarakat bangsaini. Oleh karena itu, santri harus menjadi garda terdepan untuk menggelorakan semangat nilai-nilai toleransi.

"BNPT sebagai stakeholder dari pondok pesantren melakukan mitigasi dan menekan potensi radikalisme serta intoleran yang menyasar kepada kalangan generasi muda. Jadi langkahnya adalah mitigasi untuk mencegah bangsa kita menjadi tidak terbawa bawa dalam konteks pergerakan yang merugikan bangsa kita, yang jauh dari jati diri bangsa kita,” ucapnya.

Meskipun belum dikatakan mengkhawatirkan namun fenomena pengaruh-pengaruh buruk ini tidak boleh dibiarkan. Lantaran jika intoleransi yang bukan karakter dari bangsa ini kalau dibiarkan mendominasi, maka hal tersebut dapat membahayakan.

"Jadi tidak mengkhawatirkan, tetapi kenyataanya hari ini ada anak bangsa kita yang istilahnya itu menjadi bagian dari pergerakan pergerakan yang intoleransi mengarah kepada kekerasan. Tentunya kita harus cegah yang mana ini adalah langkah mitigasi,” ujarnya mengakhiri.

Sementara itu Pengasuh Ponpes Tebuireng, KH Abdul Hakim Mahfudz atau Gus Kikin menambahkan pembelajaran santri dari awal berdirinya pondok pesantren hingga saat ini masih tetap mengedepankan untuk membangun persatuan.

“Kita sebetulnya dari dulu keilmuan-keilmuan digunakan untuk membangun ukhuwah, membangun persatuan, silaturahmi dan bagaimana kita untuk saling menghormati. Inilah pendidikan santri yang tujuannya untuk membangun persatuan," ujar Gus Kikin.

Lebih lanjut dirinya menuturkan, pembelajaran santri ini akan tetap dipertahankan oleh generasi penerus dan melandaskan keilmuan ini untuk para santri. Yang mana landasan itu akan tetap terus dijaga dan dilanjutkan ke generasi penerus supaya para santri nantimnya mampu untuk menjaga harmoni dari bangsa ini.

Deklarasi Toleransi ini juga dirangkai dengan penangdatangan Nota Kesepahaman (MoU) antara BNPT yang dilakukan oleh Komjen Pol Boy Rafli Amar dengan Yayasan Badan Wakaf Pesantren Tebuirang yang diketuai KH Abdul Halim Mahfudz (Gus Lim).
(shf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2525 seconds (0.1#10.140)