Kisah Wisnuwardhana, Satu-satunya Raja Singasari yang Meninggal dengan Tenang

Sabtu, 01 Oktober 2022 - 04:59 WIB
loading...
Kisah Wisnuwardhana, Satu-satunya Raja Singasari yang Meninggal dengan Tenang
Candi peninggalan Kerajaan Singasari kala dipimpin Wisnuwardhana yang menjadi satu-satunya raja meninggal dengan tenang
A A A
Wisnuwardhana adalah raja Kerajaan Tumapel atau Singasari pada 1248-1268. Raja yang punya nama asli Seminingrat ini bergelar Sri Jayawisnuwarddhana Sang Mapanji Seminingrat Sri Sakala Kalana Kulama Dhumardana Kamaleksana.

Wisnuwardhana tidak begitu dikenal dibanding Raden Wijaya dikenal sebagai pendiri Majapahit, Hayam Wuruk adalah raja yang membawa Majapahit pada puncak kejayaan, Gajah Mada yang begitu dikenal gagah berani hingga mampu menyatukan sebagian besar kerajaan di Nusantara.

Meski begitu, Wisnuwardhana adalah leluhur raja-raja Majapahit dan Singasari. Dia merupakan satu-satunya raja Singasari yang meninggal secara wajar. Abunya ditempatkan di Waleri dalam perwujudannya sebagai Siwa dan Jajaghu (Candi Jago) sebagai Budha Amughapasa.

Baca juga: Kisah Ki Ageng Enis, Guru Jaka Tingkir dan Leluhur Raja Mataram

Ada dua versi yang menceritakan tentang garis darah dan sepak terjang Wisnuwardhana, yakni Kitab Pararaton dan Negarakertagama. Namun dua kitab ini menyebutkan bahwa Wisnuwardhana adalah putra dari Anusapati.

Dikisahkan dalam Pararaton , Anusapati adalah putra Tunggul Ametung yang mati dibunuh Ken Arok dengan Ken Dedes. Setelah dewasa, Anusapati yang memang ingin membalaskan dendam ayahnya, mengotaki pembunuhan Ken Arok pada 1247. Anusapati kemudian bertakhta di Tumapel. Namun, pada 1249, Anusapati mati di tangan Tohjaya.

Kitab Pararaton menyebutkan bahwa Tohjaya adalah anak Ken Arok dari istri selirnya yang bernama Ken Umang. Pararaton selanjutnya mengungkapkan, Anusapati memiliki putra bernama Ranggawuni atau yang nantinya dikenal sebagai Wisnuwardhana.

Sementara itu, Tohjaya dinobatkan sebagai raja setelah Anusapati tewas. Wisnuwardhana mendapat dukungan dari kalangan istana untuk memberontak terhadap Tohjaya pada 1250. Tohjaya terluka parah dalam pertempuran dan akhirnya mati. Wisnuwardhana pun naik takhta sebagai pemimpin baru Tumapel.

Di sisi lain, Negarakertagama juga mengakui nama Anusapati. Namun, berbeda dengan Pararaton, Anusapati versi Negarakertagama adalah putra dari Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra, penguasa Tumapel.

Dalam versi Pararaton, posisi Ranggah Rajasa barangkali diwujudkan pada sosok Tunggul Ametung atau Ken Arok karena Negarakertagama tidak pernah menyebut dua nama yang pernah memimpin Tumapel ini.

Menariknya, Ken Arok versi Pararaton juga memakai Rajasa dalam gelarnya sebagai raja. Ada kemiripan dengan nama penguasa Tumapel versi Negarakertagama, yakni Ranggah Rajasa. Anusapati, menurut Negarakertagama, naik takhta pada 1227 menggantikan Ranggah Rajasa.

Anusapati wafat pada 1248 dan digantikan oleh anaknya yang bernama Wisnuwardhana.Tahun 1254, Wisnuwardhana mengangkat putranya, Kertanegara, sebagai putra mahkota. Kertanegara inilah yang kelak menurunkan raja-raja Jawa, termasuk Majapahit dan seterusnya.

Pada tahun yang sama, Wisnuwardhana juga mengganti nama Kutaraja, ibu kota Tumapel, menjadi Singasari, diperkirakan berlokasi di sekitar Malang. Nama Singasari pada akhirnya justru lebih dikenal ketimbang Tumapel.

Wisnuwardhana memerintah antara tahun 1248-1268. Dia merupakan satu-satunya raja Singasari yang meninggal secara wajar. Abunya ditempatkan di Waleri dalam perwujudannya sebagai Siwa dan Jajaghu (Candi Jago) sebagai Budha Amughapasa. (berbagai sumber)
(msd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0778 seconds (0.1#10.140)