Memperkuat Tulang Punggung Ekonomi Melalui Digitalisasi
loading...
A
A
A
SURABAYA - Jumlah pelaku usaha mikro, kecil dan menengah ( UMKM ) di Jawa Timur (Jatim) saat ini mencapai 9,8 juta. Namun, baru 46% yang masuk ekosistem digital. Padahal digitalisasi berperan penting untuk memperluas pasar UKM agar mereka dapat bertumbuh. UMKM berkontribusi 57,81 persen atau Rp1.418,94 triliun terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jatim tahun 2021.
Pemprov Jatim juga terus memacu percepatan digitalisasi. Hal bertujuan untuk peningkatan pelayanan pada masyarakat maupun meningkatkan kinerja pelaku UMKM. Saat ini, Pemprov memiliki program Jatim Belanja Online atau Jatim Bejo. Jatim Bejo adalah toko daring untuk pengadaan barang/jasa pemerintah di Provinsi Jatim. Ini sebagai upaya peningkatan peran serta pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan transparansi, akuntabilitas pengadaan barang/jasa.
Jatim Bejo ini menjadi andalan Pemprov Jatim terkait sistem belanja online di pemerintahan. Program tersebut mampu menjawab tantangan pemanfaatan platform perdagangan elektonik B2B (business to business e-commerce) di Indonesia yang terus meningkat.
"Kami meminta seluruh kepala daerah di Jatim mengoptimalkan potensi Rp26,8 triliun belanja pengadaan barang dan jasa agar dialokasikan untuk UMKM dan Produk Dalam Negeri," kata Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa dalam sebuah kesempatan di Surabaya.
Baca juga: Hadiri Pameran Batik HUT ke-15 MNC Land, Wali Kota Eri: Ini Jadi Contoh yang Lain
Hingga Maret 2022, sudah terdapat 24 kabupaten/kota yang sudah menyatakan komitmen menggunakan Program Jatim Bejo. Diantaranya, Kota Malang, Batu, Kediri, Madiun, Probolinggo dan Mojokerto. Untuk Pemerintah Kabupaten yaitu Bondowoso, Tuban, Gresik, Lumajang, Blitar, Nganjuk, Situbondo, Sidoarjo, Trenggalek, Malang, Banyuwangi, Tulungagung, Jember, Pasuruan, Bangkalan, Probolinggo, Magetan dan Pacitan. "Kami berharap, penggunaan Jatim Bejo bisa semakin meningkatkan akuntabilitas dan transparansi pengadaan barang/jasa melalui optimalisasi pemanfaatan e-marketplace dalam bentuk toko daring," kata Khofifah.
Orang nomor satu di Jatim itu juga mendorong pelaku UMKM dalam ekosistem digital. Dengan semakin banyak pelaku UMKM yang masuk ke pasar digital maka akan semakin banyak pula masyarakat yang membeli produk mereka. Sehingga bisa meningkatkan omset usahanya sekaligus menopang pemulihan perekonomian nasional. Di era society 5.0 seperti sekarang ini, kata dia, masuk ke ekosistem digital adalah sebuah keharusan. "Tentu perlu bantuan dari berbagai elemen dan organisasi masyarakat untuk menggiring para pelaku UMKM terkait percepatan transformasi digital yang lebih masif," ujarnya.
Sekarang banyak platform e-commerce, seperti Tokopedia, Bukalapak, JD.ID, Lazada, dan Shopee. Pelaku UMKM bisa memanfaatkan keberadaan e-commerce tersebut agar bisa menjangkau pasar lebih luas lagi. Biaya beriklan digital pun jauh lebih murah. Tinggal siapkan konten dan upload di sosial media. "Dengan memanfaatkan teknologi agar bisa merambah pasar lebih luas lagi. Apalagi UMKM adalah tulang punggung ekonomi Jawa Timur," ungkap Khofifah.
Untuk memperkuat UMKM, Pemprov Jatim juga telah menjalin kerja sama dengan beberapa perusahaan e-commerce terkait promosi pengembangan digital di Jatim, yaitu PT Global Digital Niaga (Blibli), Tokopedia, PT Karya Anak Bangsa (Go-Jek). Kerja sama tersebut menjadi bagian penting sinergitas menguatkan koperasi dan UMKM dalam memberdayakan ekonomi di Jatim. "Kolaborasi juga merupakan bentuk peningkatan kualitas dan menjadi tanggung jawab bersama bagi semua stake holder," ujar Khofifah.
Pemprov Jatim juga meresmikan Kampus UMKM Shopee Malang di UPT Pelatihan Dinas Koperasi (Dinkop) dan Usaha Kecil Mikro (UKM) Jatim. Kerjasama dengan Shopee Indonesia untuk memfasilitasi pelatihan dan pendampingan para pelaku UMKM di Jatim. Kampus ini berfungsi sebagai fasilitator pelatihan yang memiliki peran signifikan pada upaya digitalisasi UMKM dengan harapan UMKM Jatim naik kelas. "Ini jadi semangat baru bagi UMKM Jatim naik kelas lewat ekosistem digital," kata Khofifah.
Saat ini total ada 8 Kampus UMKM Shopee. Khusus di Kota Malang, Kampus Shopee bersama UPT Pelatihan Dinkop dan UKM Jatim telah memfasilitasi 200 pelaku usaha sekitar yang belum memiliki Nomor Induk Berusaha (NIB). Kampus UMKM Shopee menyediakan fasilitas edukasi kelas-kelas baik offline maupun online bagi pelaku UMKM lokal.
Serta memberikan fasilitas pendamping bisnis dari Tim Customer Service Shopee, Trainer Shopee bahkan hingga Tim Ekspor Shopee. Tak lupa, Shopee juga menjanjikan perluasan koneksi dengan hadirnya kampus ini. Menariknya, seluruh fasilitas yang disediakan ini tidak dipungut biaya (gratis).
Pelaku UMKM yang tertarik bergabung dengan program ini hanya perlu mengisi formulir pendaftaran yang bisa didapatkan secara online maupun offline dengan datang langsung ke lokasi Kampus UMKM Shopee. Namun, perlu diperhatikan adalah jika mendaftar pastikan telah memiliki akun penjual shopee yang telah aktif.
"Produk UMKM di beberapa daerah di Jatim, banyak yang unik dan memiliki value. Namun belum percaya diri untuk memiliki brand sendiri atas produknya. Sehingga, lanjutnya inisiasi melalui communal branding menjadi salah satu solusi. Bahkan saya membayangkan jika saya kumpulkan dari Desa Devisa yang statusnya communal branding, maka akan ada lompatan hebat dalam digitalisasi UMKM," imbuhnya.
Disisi lain, UMKM di Jatim menghadapi sejumlah tantangan ketika hendak menembus pasar internasional atau global. Tantangan itu diantaranya, standar kualitas dari luar negeri, proses perizinan yang rumit hingga kontinuitas barang yang dikirim. Kemudian akses pemasaran ke luar negeri dan juga jejaring. Bagi merek besar, bukan masalah karena jejaringnya luas. Tapi kalau merek yang tidak begitu dikenal, jejaringnya terbatas.
Sehingga, digitalisasi menjadi penting untuk menembus pasar global. Pengenalan produk dan pemasaran menjadi lebih mudah. Pengiriman barang juga tidak harus dalam skala besar. Dalam skala retail juga bisa. Namun, yang harus diperhatikan pelaku UMKM adalah terkait aturan di masing-masing negara tujuan ekspor. "Sebab, setiap negara memiliki aturan berbeda mengenai barang yang masuk ke negara mereka," kata Wakil Gubernur Jatim, Emil Elestianto Dardak.
Emil menyampaikan ada dua cara penting yang harus dilakukan dalam mendukung bangkitnya perekonomian Jatim di tahun 2022. Langkah pertama yang harus dilakukan oleh para pelaku UMKM adalah dengan memberikan value added terhadap produk-produk yang dihasilkan. Langkah tersebut dapat dilakukan dengan tidak bergantung pada sumber daya yang dimiliki di Jatim. "Tetapi bisa mengimpor sumber daya dari provinsi lain atau luar negeri, lalu mengolahnya menjadi suatu produk yang memiliki nilai tambah," terangnya.
Langkah kedua, kata dia, adalah dengan menggali potensi pasar ekspor. Hal tersebut, menurut Emil bukan tanpa sebab. Pasalnya, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, ekspor non-migas Jatim per Oktober 2021 mencapai angka 95,28 persen. Dimana ekspor Jatim mampu menjangkau pasar ASEAN hingga Uni-Eropa."Dengan digitalisasi, kini terbuka peluang yang lebih besar. Sehingga, selepas kurasi dan riset pasar secara digital melalui marketplace, maka harus dilakukan riset secara menyeluruh," ujarnya.
Emil pun mengimbau, agar para pelaku UMKM Jatim dapat sukses dalam segi ekspor. Termasuk di bidang riset terkait pasar negara yang ditarget, utamanya menyangkut supply and demand. Dirinya meminta agar hal tersebut harus betul-betul diperhatikan. "Kalau kita bicara ekspor, kita harus paham pasarnya di mana dan bagaimana. Kita harus melakukan market testing dan market research ke negara-negara lain, apabila kita ingin melakukan penetrasi ke pasar internasional," sebutnya.
Mantan Bupati Trenggalek itu pun menekankan, bahwa upaya riset pasar dapat membuka peluang baru untuk menembus pasar internasional dengan produk-produk yang tidak mainstream. "Kita juga bisa melihat bagaimana kita mampu menembus pasar non-tradisional dengan produk yang kontinyu dan anti-mainstream," jelas Emil.
Dirinya kembali menjelaskan, bahwa beberapa poin penting juga harus diperhatikan oleh para pelaku UMKM jika ingin ekspornya hingga membuahkan hasil dan berkelanjutan. Yakni melakukan standarisasi produk, target pasar, penguatan produk dan pengenalan pasar."Kita harus menyalurkan dan menguatkan kemampuan UMKM Jatim agar menghasilkan energi yang sesuai. Kami optimis di tahun 2022, ini bisa benar-benar membawa hasil yang nyata," harapnya.
Terpisah, anggota DPRD Jatim Ahmad Hilmy menekankan pentingnya pelaku UMKM memanfaatkan era digital saat ini. Sebab, dengan iklim digital yang saat ini semakin pesat harus dapat dimanfaatkan untuk merambah pasar lebil luas. Apalagi, perilaku konsumen sudah banyak bergeser. Banyak transaksi saat ini hanya cukup melalui kecanggihan teknologi. "Hal ini harus disadari pelaku UMKM di Jatim. Dan kita terus mendorong agar pelaku UMKM masuk ke ekosistem digital," ujarnya.
Sementara itu, sektor swasta juga berlomba-lomba untuk memperkuat UMKM. Salah satunya adalah perusahaan jasa pengiriman Ninja Xpress yang membuka layanan Seller Booster Creative Hub di Kota Surabaya. Untuk bisa memanfaatkan fasilitas ini, pelaku UMKM tinggal melakukan pengiriman produknya melalui Ninja Xpress. Kemudian pihak Ninja Xpress akan membantu untuk melakukan pengambilan foto dan video. "Kami menyediakan layanan foto dan video produk UMKM secara gratis untuk mendukung pemasaran secara digital," kata CMO Ninja Xpress Andi Djoewarsa.
Ada juga Rumah BUMN Surabaya bersama Jenama melakukan pendampingan dan mentoring kepada UMKM baru yang ada di Surabaya melalui program uRBan SUB Preneur. Ini merupakan program pengembangan UMKM yang dikemas berupa kompetisi bisnis. Kegiatan tersebut diselenggarakan selama 6 hari, mulai Sabtu (24/9/2022) sampai Sabtu (21/5/2022).
CEO Muda Rumah BUMN Jatim Rizki Meizano mengatakan, dari total 78 UMKM yang telah mendaftar, ada sekitar 20 UMKM yang berhasil lolos seleksi dan mengikuti mentoring. Mereka adalah UMKM yang bergerak di bidang Food and Beverage atau FnB yang telah menjalankan usahanya kurang dari satu tahun.
Ke-20 peserta tersebut akan memperebutkan hadiah berupa modal pengembangan usaha dengan total Rp30 juta dalam sebuah kompetisi bisnis. Tak hanya berkompetisi, para UMKM akan mendapatkan pelatihan atau workshop dan mentoring bisnis yang didampingi oleh praktisi dan pengusaha Surabaya. "Ini adalah pilot project untuk memunculkan potensi lokal," katanya.
Lihat Juga: Peringati Hari Pahlawan, Pj Gubernur Jatim: Momentum untuk Implementasikan Sifat dan Nilai Kepahlawanan
Pemprov Jatim juga terus memacu percepatan digitalisasi. Hal bertujuan untuk peningkatan pelayanan pada masyarakat maupun meningkatkan kinerja pelaku UMKM. Saat ini, Pemprov memiliki program Jatim Belanja Online atau Jatim Bejo. Jatim Bejo adalah toko daring untuk pengadaan barang/jasa pemerintah di Provinsi Jatim. Ini sebagai upaya peningkatan peran serta pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan transparansi, akuntabilitas pengadaan barang/jasa.
Jatim Bejo ini menjadi andalan Pemprov Jatim terkait sistem belanja online di pemerintahan. Program tersebut mampu menjawab tantangan pemanfaatan platform perdagangan elektonik B2B (business to business e-commerce) di Indonesia yang terus meningkat.
"Kami meminta seluruh kepala daerah di Jatim mengoptimalkan potensi Rp26,8 triliun belanja pengadaan barang dan jasa agar dialokasikan untuk UMKM dan Produk Dalam Negeri," kata Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa dalam sebuah kesempatan di Surabaya.
Baca juga: Hadiri Pameran Batik HUT ke-15 MNC Land, Wali Kota Eri: Ini Jadi Contoh yang Lain
Hingga Maret 2022, sudah terdapat 24 kabupaten/kota yang sudah menyatakan komitmen menggunakan Program Jatim Bejo. Diantaranya, Kota Malang, Batu, Kediri, Madiun, Probolinggo dan Mojokerto. Untuk Pemerintah Kabupaten yaitu Bondowoso, Tuban, Gresik, Lumajang, Blitar, Nganjuk, Situbondo, Sidoarjo, Trenggalek, Malang, Banyuwangi, Tulungagung, Jember, Pasuruan, Bangkalan, Probolinggo, Magetan dan Pacitan. "Kami berharap, penggunaan Jatim Bejo bisa semakin meningkatkan akuntabilitas dan transparansi pengadaan barang/jasa melalui optimalisasi pemanfaatan e-marketplace dalam bentuk toko daring," kata Khofifah.
Orang nomor satu di Jatim itu juga mendorong pelaku UMKM dalam ekosistem digital. Dengan semakin banyak pelaku UMKM yang masuk ke pasar digital maka akan semakin banyak pula masyarakat yang membeli produk mereka. Sehingga bisa meningkatkan omset usahanya sekaligus menopang pemulihan perekonomian nasional. Di era society 5.0 seperti sekarang ini, kata dia, masuk ke ekosistem digital adalah sebuah keharusan. "Tentu perlu bantuan dari berbagai elemen dan organisasi masyarakat untuk menggiring para pelaku UMKM terkait percepatan transformasi digital yang lebih masif," ujarnya.
Sekarang banyak platform e-commerce, seperti Tokopedia, Bukalapak, JD.ID, Lazada, dan Shopee. Pelaku UMKM bisa memanfaatkan keberadaan e-commerce tersebut agar bisa menjangkau pasar lebih luas lagi. Biaya beriklan digital pun jauh lebih murah. Tinggal siapkan konten dan upload di sosial media. "Dengan memanfaatkan teknologi agar bisa merambah pasar lebih luas lagi. Apalagi UMKM adalah tulang punggung ekonomi Jawa Timur," ungkap Khofifah.
Untuk memperkuat UMKM, Pemprov Jatim juga telah menjalin kerja sama dengan beberapa perusahaan e-commerce terkait promosi pengembangan digital di Jatim, yaitu PT Global Digital Niaga (Blibli), Tokopedia, PT Karya Anak Bangsa (Go-Jek). Kerja sama tersebut menjadi bagian penting sinergitas menguatkan koperasi dan UMKM dalam memberdayakan ekonomi di Jatim. "Kolaborasi juga merupakan bentuk peningkatan kualitas dan menjadi tanggung jawab bersama bagi semua stake holder," ujar Khofifah.
Pemprov Jatim juga meresmikan Kampus UMKM Shopee Malang di UPT Pelatihan Dinas Koperasi (Dinkop) dan Usaha Kecil Mikro (UKM) Jatim. Kerjasama dengan Shopee Indonesia untuk memfasilitasi pelatihan dan pendampingan para pelaku UMKM di Jatim. Kampus ini berfungsi sebagai fasilitator pelatihan yang memiliki peran signifikan pada upaya digitalisasi UMKM dengan harapan UMKM Jatim naik kelas. "Ini jadi semangat baru bagi UMKM Jatim naik kelas lewat ekosistem digital," kata Khofifah.
Saat ini total ada 8 Kampus UMKM Shopee. Khusus di Kota Malang, Kampus Shopee bersama UPT Pelatihan Dinkop dan UKM Jatim telah memfasilitasi 200 pelaku usaha sekitar yang belum memiliki Nomor Induk Berusaha (NIB). Kampus UMKM Shopee menyediakan fasilitas edukasi kelas-kelas baik offline maupun online bagi pelaku UMKM lokal.
Serta memberikan fasilitas pendamping bisnis dari Tim Customer Service Shopee, Trainer Shopee bahkan hingga Tim Ekspor Shopee. Tak lupa, Shopee juga menjanjikan perluasan koneksi dengan hadirnya kampus ini. Menariknya, seluruh fasilitas yang disediakan ini tidak dipungut biaya (gratis).
Pelaku UMKM yang tertarik bergabung dengan program ini hanya perlu mengisi formulir pendaftaran yang bisa didapatkan secara online maupun offline dengan datang langsung ke lokasi Kampus UMKM Shopee. Namun, perlu diperhatikan adalah jika mendaftar pastikan telah memiliki akun penjual shopee yang telah aktif.
"Produk UMKM di beberapa daerah di Jatim, banyak yang unik dan memiliki value. Namun belum percaya diri untuk memiliki brand sendiri atas produknya. Sehingga, lanjutnya inisiasi melalui communal branding menjadi salah satu solusi. Bahkan saya membayangkan jika saya kumpulkan dari Desa Devisa yang statusnya communal branding, maka akan ada lompatan hebat dalam digitalisasi UMKM," imbuhnya.
Disisi lain, UMKM di Jatim menghadapi sejumlah tantangan ketika hendak menembus pasar internasional atau global. Tantangan itu diantaranya, standar kualitas dari luar negeri, proses perizinan yang rumit hingga kontinuitas barang yang dikirim. Kemudian akses pemasaran ke luar negeri dan juga jejaring. Bagi merek besar, bukan masalah karena jejaringnya luas. Tapi kalau merek yang tidak begitu dikenal, jejaringnya terbatas.
Sehingga, digitalisasi menjadi penting untuk menembus pasar global. Pengenalan produk dan pemasaran menjadi lebih mudah. Pengiriman barang juga tidak harus dalam skala besar. Dalam skala retail juga bisa. Namun, yang harus diperhatikan pelaku UMKM adalah terkait aturan di masing-masing negara tujuan ekspor. "Sebab, setiap negara memiliki aturan berbeda mengenai barang yang masuk ke negara mereka," kata Wakil Gubernur Jatim, Emil Elestianto Dardak.
Emil menyampaikan ada dua cara penting yang harus dilakukan dalam mendukung bangkitnya perekonomian Jatim di tahun 2022. Langkah pertama yang harus dilakukan oleh para pelaku UMKM adalah dengan memberikan value added terhadap produk-produk yang dihasilkan. Langkah tersebut dapat dilakukan dengan tidak bergantung pada sumber daya yang dimiliki di Jatim. "Tetapi bisa mengimpor sumber daya dari provinsi lain atau luar negeri, lalu mengolahnya menjadi suatu produk yang memiliki nilai tambah," terangnya.
Langkah kedua, kata dia, adalah dengan menggali potensi pasar ekspor. Hal tersebut, menurut Emil bukan tanpa sebab. Pasalnya, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, ekspor non-migas Jatim per Oktober 2021 mencapai angka 95,28 persen. Dimana ekspor Jatim mampu menjangkau pasar ASEAN hingga Uni-Eropa."Dengan digitalisasi, kini terbuka peluang yang lebih besar. Sehingga, selepas kurasi dan riset pasar secara digital melalui marketplace, maka harus dilakukan riset secara menyeluruh," ujarnya.
Emil pun mengimbau, agar para pelaku UMKM Jatim dapat sukses dalam segi ekspor. Termasuk di bidang riset terkait pasar negara yang ditarget, utamanya menyangkut supply and demand. Dirinya meminta agar hal tersebut harus betul-betul diperhatikan. "Kalau kita bicara ekspor, kita harus paham pasarnya di mana dan bagaimana. Kita harus melakukan market testing dan market research ke negara-negara lain, apabila kita ingin melakukan penetrasi ke pasar internasional," sebutnya.
Mantan Bupati Trenggalek itu pun menekankan, bahwa upaya riset pasar dapat membuka peluang baru untuk menembus pasar internasional dengan produk-produk yang tidak mainstream. "Kita juga bisa melihat bagaimana kita mampu menembus pasar non-tradisional dengan produk yang kontinyu dan anti-mainstream," jelas Emil.
Dirinya kembali menjelaskan, bahwa beberapa poin penting juga harus diperhatikan oleh para pelaku UMKM jika ingin ekspornya hingga membuahkan hasil dan berkelanjutan. Yakni melakukan standarisasi produk, target pasar, penguatan produk dan pengenalan pasar."Kita harus menyalurkan dan menguatkan kemampuan UMKM Jatim agar menghasilkan energi yang sesuai. Kami optimis di tahun 2022, ini bisa benar-benar membawa hasil yang nyata," harapnya.
Terpisah, anggota DPRD Jatim Ahmad Hilmy menekankan pentingnya pelaku UMKM memanfaatkan era digital saat ini. Sebab, dengan iklim digital yang saat ini semakin pesat harus dapat dimanfaatkan untuk merambah pasar lebil luas. Apalagi, perilaku konsumen sudah banyak bergeser. Banyak transaksi saat ini hanya cukup melalui kecanggihan teknologi. "Hal ini harus disadari pelaku UMKM di Jatim. Dan kita terus mendorong agar pelaku UMKM masuk ke ekosistem digital," ujarnya.
Sementara itu, sektor swasta juga berlomba-lomba untuk memperkuat UMKM. Salah satunya adalah perusahaan jasa pengiriman Ninja Xpress yang membuka layanan Seller Booster Creative Hub di Kota Surabaya. Untuk bisa memanfaatkan fasilitas ini, pelaku UMKM tinggal melakukan pengiriman produknya melalui Ninja Xpress. Kemudian pihak Ninja Xpress akan membantu untuk melakukan pengambilan foto dan video. "Kami menyediakan layanan foto dan video produk UMKM secara gratis untuk mendukung pemasaran secara digital," kata CMO Ninja Xpress Andi Djoewarsa.
Ada juga Rumah BUMN Surabaya bersama Jenama melakukan pendampingan dan mentoring kepada UMKM baru yang ada di Surabaya melalui program uRBan SUB Preneur. Ini merupakan program pengembangan UMKM yang dikemas berupa kompetisi bisnis. Kegiatan tersebut diselenggarakan selama 6 hari, mulai Sabtu (24/9/2022) sampai Sabtu (21/5/2022).
CEO Muda Rumah BUMN Jatim Rizki Meizano mengatakan, dari total 78 UMKM yang telah mendaftar, ada sekitar 20 UMKM yang berhasil lolos seleksi dan mengikuti mentoring. Mereka adalah UMKM yang bergerak di bidang Food and Beverage atau FnB yang telah menjalankan usahanya kurang dari satu tahun.
Ke-20 peserta tersebut akan memperebutkan hadiah berupa modal pengembangan usaha dengan total Rp30 juta dalam sebuah kompetisi bisnis. Tak hanya berkompetisi, para UMKM akan mendapatkan pelatihan atau workshop dan mentoring bisnis yang didampingi oleh praktisi dan pengusaha Surabaya. "Ini adalah pilot project untuk memunculkan potensi lokal," katanya.
Lihat Juga: Peringati Hari Pahlawan, Pj Gubernur Jatim: Momentum untuk Implementasikan Sifat dan Nilai Kepahlawanan
(msd)