Waspadai Konflik SARA, Dosen UNU Surakarta: Tokohnya Sudah Ada yang Muncul

Selasa, 13 September 2022 - 10:19 WIB
loading...
Waspadai Konflik SARA, Dosen UNU Surakarta: Tokohnya Sudah Ada yang Muncul
Dosen Universitas Nahdatul Ulama (UNU) Surakarta, Dr Amir Mahmud mengungkapkan saat ini harus diwaspadai munculnya bibit-bibit konflik SARA dan politik identitas. Foto/Ist
A A A
SOLO - Kelompok radikal sejak dahulu selalu menginginkan bangsa Indonesia penuh dengan konflik dan kekacauan. Sebab, momentum ini akan dimanfaatkan oleh mereka untuk menghancurkan persatuan.

Konflik SARA dan politik identitas di tengah masyarakat yang majemuk hanya akan menguntungkan kelompok radikal.



Hal itu disampaikan dosen Universitas Nahdatul Ulama (UNU) Surakarta, Dr Amir Mahmud. Dia menyatakan bahwa saat ini menjelang Pemilu 2024, bibit-bibit seperti konflik SARA dan politik identitas sudah mulai dimainkan kembali guna menggoyahkan stabilitas bangsa yang berlandaskan Pancasila.

”Sekarang ini, hal seperti SARA itu kembali dimunculkan oleh kelompok-kelompok itu. Jadi sudah ada potensi itu. Dan tokoh-tokohnya sudah ada yang muncul meskipun yang lain masih merayap,” ujar Amir Mahmud, Selasa (12/9/2022).

Ia melanjutkan, konflik sekecil apa pun tentunya bisa menjadi peluang dan dipandang sebagai potensi oleh kelompok radikalis untuk kembali mempromosikan sistem kekhilafahan menurut versi mereka, dan menjatuhkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.

”Mereka itu selalu mencari kesempatan atau ruang yang bisa memperoleh atau meraih yang mana disitu nantinya akan bisa terwujud suatu konflik. Tentunya saat ini gerakan untuk mengganti (bentuk negara) dengan sistem kekhilafahan ini akan selalu digaungkan,” jelas pria yang merupakan Direktur Amir Mahmud Center yang bergerak dalam bidang kajian Kontra Narasi dan Idiologi dari paham Radikal Terorisme ini.


Untuk itu, dirinya menilai pentingnya peran bersama guna mewujudkan daya tangkal masyarakat dari provokasi isu dan aksi yang menimbulkan konflik perpecahan, demi menjaga stabilitas, toleransi dan harmoni dalam lingkungan berbangsa bernegara. Dengan cara menanamkan nilai moderasi beragama dan wawasan kebangsan.

“Seperti selama ini BNPT sebagai lembaga yang telah menjalin kerjasama dengan berbagai unsur masyarakat dalam membuat narasi, itu saya pikir harus sudah lebih mengarah kepada pelatihan-pelatihan kepada para stakeholder terkait, lalu untuk segera disosialisasikan,” tuturnya.

Sehingga pria yang meraih Doktoral bidang Antropologi Sosial Agama ini, menilai agar upaya tersebut tidak hanya sekedar pada pertemuan atau sosialisasi semata.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2387 seconds (0.1#10.140)