Sanggramawijaya Tunggadewi Tolak Jadi Raja Kahuripan, Pilih sebagai Pertapa Bergelar Dewi Kilisuci

Sabtu, 06 Agustus 2022 - 09:00 WIB
loading...
Sanggramawijaya Tunggadewi Tolak Jadi Raja Kahuripan, Pilih  sebagai Pertapa Bergelar Dewi Kilisuci
Raja Airlangga menjadi penguasa Kahuripan dan merupakan salah satu raja besar di Jawa kala itu. Sosok Airlangga sebagai penerus trah Mataram kuno menjadi Kahuripan jadi kerajaan yang cukup disegani. Foto ilustrasi SINDOnews
A A A
Raja Airlangga menjadi penguasa Kahuripan dan merupakan salah satu raja besar di Pulau Jawa kala itu. Sosok Airlangga sebagai penerus trah Mataram kuno menjadi Kahuripan jadi kerajaan yang cukup disegani.



Airlangga pada akhirnya memilih lengser dari takhtanya pada 1042 Masehi. Ia turun takhta karena ingin menjadi seorang pertapa. Menariknya ada suatu fakta bahwa sebelum turun takhta, Airlangga sempat menawarkan jabatan raja Kahuripan kepada putrinya Sanggramawijaya Tunggadewi.

Sebagaimana dikutip dari buku "13 Raja Paling Berpengaruh Sepanjang Sejarah Kerajaan di Tanah Jawa", karya Sri Wintala Achmad, tawaran sang ayah ditolak sang putri. Prasasti Cane (1021 M) dan Prasasti Turun Hyang (1035 M), pun memuat penolakan Sanggramawijaya Tunggadewi.

Konon, sang putri lebih memilih jalan hidup sebagai pertapa yang bergelar Dewi Kilisuci daripada harus menjadi raja menggantikan Airlangga ayahnya. Oleh karena tidak bersedia, akhirnya Airlangga meminta bantuan kepada Mpu Bharada yang merupakan penasihat raja Airlangga.

Akhirnya Mpu Bharada pun membagi wilayah kekuasaan Kahuripan menjadi dua bagian. Wilayah kekuasaan di sebelah timur yang beribukota di Kerajaan Kahuripan (Janggala/Ujung Galuh) itu diberikan kepada Mapanji Garasakan. Sementara itu, wilayah di sebelah barat yang beribukota di Daha Kadiri diberikan kepada Sri Samarawijaya.

Sesudah wilayah kekuasaan Kahuripan terbagi menjadi dua bagian untuk kedua putranya, selanjutnya Airlangga meninggalkan istana dan meletakkan takhtanya. Ia memilih menuju suatu tempat yang jauh dari keramaian duniawi.

Di sana Airlangga menjadi pertapa. Sejumlah nama sebutan Airlangga mengemuka saat menjalani pertapaan ini. Dalam naskah Serat Calon Arang, Airlangga disebut Resi Airlangga Jatiningrat. Kemudian ada sebutan Resi Gentayu pada Babad Tanah Jawa, dan berdasarkan Prasasti Gandhakuti dengan Resi Aji Paduka Mpungku Sang Pinaka Citraning Bhuwana.

Namun kapan Airlangga mangkat tidak diketahui dengan pasti. Dalam Prasasti Sumengka yang dikeluarkan pada tahun 1059 Masehi hanya disebutkan bahwa Airlangga telah dimakamkan di tirtha, suatu tempat yang identik dengan pemandian.
(don)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2030 seconds (0.1#10.140)