Keluarga Korban Tewas Kerusuhan Suporter PSS Sleman Minta Polisi Usut Tuntas
loading...
A
A
A
SLEMAN - Juru Parkir sebuah swalayan di kawasan Babarsari, Tri Fajar Firmansyah (23) menjadi korban meninggal dalam kerusuhan supporter sepakbola 25 Juli 2022 yang lalu. Jenazah korban salah sasaran kerusuhan suporter sepakbola ini dimakamkan di tanah kelahirannya, Glendongan, Padukuhan Tambakbayan, Rabu (3/8/2022)
Kakak Ipar Tri Fajar, Hendra Karsandi mengatakan keluarga almarhum sangat sedih dengan kepergian anak bungsu di keluarga tersebut. Mereka meminta pihak kepolisian mengusut tuntas peristiwa yang menyebabkan hilangnya nyawa saudara mereka.
"Kami berharap hukum seadil-adilnya agar tidak terulang kembali peristiwa serupa di kemudian hari,"tutur Hendra sebelum pemakaman.
Karena adik iparnya meregang nyawa akibat pengeroyokan oknum suporter sepak bola, keluarga menginginkan agar proses hukum bagi tersangka terus berlanjut seadil-adilnya. Terlebih adik iparnya tidak mengetahui apa-apa berkaitan kejadian waktu itu.
Baca juga: Fans PSS Sleman Tewas Jadi Korban Salah Sasaran Kerusuhan Suporter, Slemania Berduka
Hendra mengungkapkan, Fajar adalah anak bungsu di keluarga tersebut. dan sejatinya Tri Fajar bukanlah juru parkir di tempat tersebut. Fajar sehari-hari berprofesi sebagai driver ojek jasa pengantar makanan online. Ia di lokasi kejadian karena tengah mengunjungi rekannya.
Petugas parkir di tempat tersebut kebetulan adalah teman dari Fajar. Dan kala itu, Fajar tengah mengunjungi rekannya yang bertugas sebagai juru parkir di tempat tersebut. Saat menemui rekannya, Fajar tidak mengetahui jika ada kericuhan suporter sepakbola.
"Dia tidak tahu kalau ada rombongan ramai-ramai. Saat itu ia kaget dan ia sempat lari namun terjatuh. Fajar sempat terbangun lagi berusaha lari menghindar," kata dia.
Setelah itu, korban baru menyadari jika dirinya sudah berada di tengah rombongan suporter. Mungkin karena bukan rekan dari para suporter tersebut, Fajar akhirnya menjadi sasaran bulan-bulanan rombongan suporter yang ia tidak kenal sebelumnya.
Fajar yang tak memiliki rekan akhirnya menerima berbagai pukulan. Akibatnya, korban mengalami luka parah di kepala sisi sebelah kanan, tepatnya di atas telinga. Usai rombongan suporter tersebut pergi, rekan-rekannya di tempat tersebut langsung melarikan Fajar ke Rumah Sakit. "Fajar dibawa ke RSPAU Hardjo Lukito,"ungkapnya.
Berdasarkan yang ia ketahui, fajar mengalami luka pembekakan di atas teliinga kanannya. Bahkan luka tersebut sempat mengeluarkan cairan serta tempurung pecah. Korban dirawat di rumah sakit tersebut dalam kondisi kritis dan harus menggunakan beberapa alat bantu.
Kondisi korban selanjutnya naik turun atau terus mengalami fluktuasi. Fajar sudah tidak sadarkan diri sejak pertama kali dibawa ke RSPAU Harjolukito hingga mengembuskan napas terakhir, Selasa (2/8/2022) kemarin. Sehingga Fajar sama sekali tidak bisa diajak berkomunikasi.
"Dia tak sadarkan diri selama 7 hari. Kami sangat kehilangan. Apalagi dia adalah orang yang sangat baik,"terangnya.
Hendra mengatakan, adik iparnya selama ini dikenal sebagai seorang pemuda yang baik, loyal terhadap semua anggota keluarga dan kerabat. fajar juga dikenal sebagai pribadi yang sangat ceria dan sangat jarang terlihat sedih ataupun terlihat menyimpan masalah.
Sementara itu, Ketua RT 13 RW 04 Glendongan, Padukuhan Tambakbayan, Sabardi menyatakan, Fajar dikenal warga sebagai pemuda baik, aktif dalam kegiatan bermasyarakat. Fajar juga tidak pernah berbuat hal yang 'neko-neko' di tempat tinggalnya. "Anaknya itu baik dan tertib. Tidak pernah aing-aing (aneh-aneh),"terang dia.
Sabardi tahu jika korban juga bekerja untuk meringankan beban orang tuanya. Meskipun anak bungsu, ternyata korban tidak pernah manja dengan keadaan. Korban sudah terlihat mandiri sejak sekolah, di mana jarang merepotkan orangtua atau keluarganya.
Kakak Ipar Tri Fajar, Hendra Karsandi mengatakan keluarga almarhum sangat sedih dengan kepergian anak bungsu di keluarga tersebut. Mereka meminta pihak kepolisian mengusut tuntas peristiwa yang menyebabkan hilangnya nyawa saudara mereka.
"Kami berharap hukum seadil-adilnya agar tidak terulang kembali peristiwa serupa di kemudian hari,"tutur Hendra sebelum pemakaman.
Karena adik iparnya meregang nyawa akibat pengeroyokan oknum suporter sepak bola, keluarga menginginkan agar proses hukum bagi tersangka terus berlanjut seadil-adilnya. Terlebih adik iparnya tidak mengetahui apa-apa berkaitan kejadian waktu itu.
Baca juga: Fans PSS Sleman Tewas Jadi Korban Salah Sasaran Kerusuhan Suporter, Slemania Berduka
Hendra mengungkapkan, Fajar adalah anak bungsu di keluarga tersebut. dan sejatinya Tri Fajar bukanlah juru parkir di tempat tersebut. Fajar sehari-hari berprofesi sebagai driver ojek jasa pengantar makanan online. Ia di lokasi kejadian karena tengah mengunjungi rekannya.
Petugas parkir di tempat tersebut kebetulan adalah teman dari Fajar. Dan kala itu, Fajar tengah mengunjungi rekannya yang bertugas sebagai juru parkir di tempat tersebut. Saat menemui rekannya, Fajar tidak mengetahui jika ada kericuhan suporter sepakbola.
"Dia tidak tahu kalau ada rombongan ramai-ramai. Saat itu ia kaget dan ia sempat lari namun terjatuh. Fajar sempat terbangun lagi berusaha lari menghindar," kata dia.
Setelah itu, korban baru menyadari jika dirinya sudah berada di tengah rombongan suporter. Mungkin karena bukan rekan dari para suporter tersebut, Fajar akhirnya menjadi sasaran bulan-bulanan rombongan suporter yang ia tidak kenal sebelumnya.
Fajar yang tak memiliki rekan akhirnya menerima berbagai pukulan. Akibatnya, korban mengalami luka parah di kepala sisi sebelah kanan, tepatnya di atas telinga. Usai rombongan suporter tersebut pergi, rekan-rekannya di tempat tersebut langsung melarikan Fajar ke Rumah Sakit. "Fajar dibawa ke RSPAU Hardjo Lukito,"ungkapnya.
Berdasarkan yang ia ketahui, fajar mengalami luka pembekakan di atas teliinga kanannya. Bahkan luka tersebut sempat mengeluarkan cairan serta tempurung pecah. Korban dirawat di rumah sakit tersebut dalam kondisi kritis dan harus menggunakan beberapa alat bantu.
Kondisi korban selanjutnya naik turun atau terus mengalami fluktuasi. Fajar sudah tidak sadarkan diri sejak pertama kali dibawa ke RSPAU Harjolukito hingga mengembuskan napas terakhir, Selasa (2/8/2022) kemarin. Sehingga Fajar sama sekali tidak bisa diajak berkomunikasi.
"Dia tak sadarkan diri selama 7 hari. Kami sangat kehilangan. Apalagi dia adalah orang yang sangat baik,"terangnya.
Hendra mengatakan, adik iparnya selama ini dikenal sebagai seorang pemuda yang baik, loyal terhadap semua anggota keluarga dan kerabat. fajar juga dikenal sebagai pribadi yang sangat ceria dan sangat jarang terlihat sedih ataupun terlihat menyimpan masalah.
Sementara itu, Ketua RT 13 RW 04 Glendongan, Padukuhan Tambakbayan, Sabardi menyatakan, Fajar dikenal warga sebagai pemuda baik, aktif dalam kegiatan bermasyarakat. Fajar juga tidak pernah berbuat hal yang 'neko-neko' di tempat tinggalnya. "Anaknya itu baik dan tertib. Tidak pernah aing-aing (aneh-aneh),"terang dia.
Sabardi tahu jika korban juga bekerja untuk meringankan beban orang tuanya. Meskipun anak bungsu, ternyata korban tidak pernah manja dengan keadaan. Korban sudah terlihat mandiri sejak sekolah, di mana jarang merepotkan orangtua atau keluarganya.
(msd)