Ketua PWNU Jatim Tegaskan Negara dan Agama Wajib Dijaga
loading...
A
A
A
MALANG - Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, KH Marzuki Mustamar mengatakan bahwa ideologi yang tidak sesuai dengan Pancasila harus disingkirkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Oleh karena itu, aparat penegak hukum harus melakukan penindakan terhadap siapa saja yang mengusung ideologi asing karena telah mengancam keamanan dan kedamaian negara.
“Tanpa hadirnya negara yang berdaulat dan aman, maka agama hancur. Dari ini kita harus mengerti bahwa jika menjaga agama itu wajib, sejatinya menjaga negara wajib. Karena enggak mungkin agama bisa terlaksana dengan baik tanpa dijaga oleh negara yang berdaulat,” katanya di Malang, Sabtu (9/7/2022).
Kiai Marzuki mencontohkan, negara Yaman yang 100 persen warganya umat muslim. Di sana, melaksanakan kesulitan Jumatan karena perang saudara. Hal yang sama juga terjadi di Libya.
“Kenapa hancur? Karena gak punya negara yang melindungi mereka. Apalagi Suriah, Irak, Palestina. Jangan main-main dengan dalil. Jangan bikin narasi dan opini atas nama agama, apalagi mendoktrin sampai melakukan gerakan yang ujungnya menggerogoti kekuatan negara, melemahkan negara. Itu haramnya sama dengan menggerogoti agama sendiri,” paparnya.
Dengan negara kokoh, lanjut Kiai Marzuki, non-muslim di Jawa yang minoritas, bisa kebaktian dengan aman, bisa upacara di Pura bisa aman, bisa sembahyang di Kelenteng dengan aman. Sebaliknya, berkahnya ada NKRI, meski muslim di Bali minoritas, tapi Jumatan lancar, makam wali aman dan tidak diganggu bahkan dijaga oleh pecalang-pecalang Hindu.
“Ketika orang Jawa menjaga keamanan harta non-muslim, maka muslim di luar Jawa pun mendapat jaminan keamanan. Gereja, Borobudur aman, di Papua, Bali, NTT, masjid aman. Jaga negaramu seperti anda menjaga agamamu jangan beda-bedakan,” papar.
Pimpinan Pondok Pesantren Sabiilul Rosyad, Gasek, Malang, Jawa Timur ini menyatakan, bila tidak ada tindakan tegas terhadap penyebar doktrin anti-Pancasila, anti-Merah Putih, anti-NKRI maka kekuatan itu akan makin kuat.
Oleh karena itu, dia mengajak seluruh anak bangsa, untuk tidak main-main dengan keamanan negara, kedaulatan negara. Apapun alirannya, apapun mazhab, suku, etnis, semua harus sepakat dalam dua hal yaitu sama-sama Indonesia, dan sama-sama manusia.
“Beda agama masih bisa Agustusan bareng. Ayo yang kayak begini kita lestarikan sampai kapan pun,” ajak Kiai Marzuki.
Ia mengajak seluruh bangsa untuk tidak main-main dengan keamanan negara. Apalagi mengancam keamanan negara dengan menggunakan dalil agama.
“Insya Allah kalau di negeri ini anak cucu kita bisa hidup dengan baik, agama berjalan dengan baik, rakyat bisa bekerja dengan tenang. Sekali lagi silakan berbeda apa pun, Bhinneka Tunggal Ika, tapi negaranya tetap satu, NKRI harga mati,” tandasnya.
Lihat Juga: BPIP Gelar Diskusi di Ambon, Nilai-nilai Universal Agama Penting untuk Tegakkan Moralitas dan Etika
Oleh karena itu, aparat penegak hukum harus melakukan penindakan terhadap siapa saja yang mengusung ideologi asing karena telah mengancam keamanan dan kedamaian negara.
“Tanpa hadirnya negara yang berdaulat dan aman, maka agama hancur. Dari ini kita harus mengerti bahwa jika menjaga agama itu wajib, sejatinya menjaga negara wajib. Karena enggak mungkin agama bisa terlaksana dengan baik tanpa dijaga oleh negara yang berdaulat,” katanya di Malang, Sabtu (9/7/2022).
Kiai Marzuki mencontohkan, negara Yaman yang 100 persen warganya umat muslim. Di sana, melaksanakan kesulitan Jumatan karena perang saudara. Hal yang sama juga terjadi di Libya.
“Kenapa hancur? Karena gak punya negara yang melindungi mereka. Apalagi Suriah, Irak, Palestina. Jangan main-main dengan dalil. Jangan bikin narasi dan opini atas nama agama, apalagi mendoktrin sampai melakukan gerakan yang ujungnya menggerogoti kekuatan negara, melemahkan negara. Itu haramnya sama dengan menggerogoti agama sendiri,” paparnya.
Dengan negara kokoh, lanjut Kiai Marzuki, non-muslim di Jawa yang minoritas, bisa kebaktian dengan aman, bisa upacara di Pura bisa aman, bisa sembahyang di Kelenteng dengan aman. Sebaliknya, berkahnya ada NKRI, meski muslim di Bali minoritas, tapi Jumatan lancar, makam wali aman dan tidak diganggu bahkan dijaga oleh pecalang-pecalang Hindu.
“Ketika orang Jawa menjaga keamanan harta non-muslim, maka muslim di luar Jawa pun mendapat jaminan keamanan. Gereja, Borobudur aman, di Papua, Bali, NTT, masjid aman. Jaga negaramu seperti anda menjaga agamamu jangan beda-bedakan,” papar.
Pimpinan Pondok Pesantren Sabiilul Rosyad, Gasek, Malang, Jawa Timur ini menyatakan, bila tidak ada tindakan tegas terhadap penyebar doktrin anti-Pancasila, anti-Merah Putih, anti-NKRI maka kekuatan itu akan makin kuat.
Oleh karena itu, dia mengajak seluruh anak bangsa, untuk tidak main-main dengan keamanan negara, kedaulatan negara. Apapun alirannya, apapun mazhab, suku, etnis, semua harus sepakat dalam dua hal yaitu sama-sama Indonesia, dan sama-sama manusia.
“Beda agama masih bisa Agustusan bareng. Ayo yang kayak begini kita lestarikan sampai kapan pun,” ajak Kiai Marzuki.
Ia mengajak seluruh bangsa untuk tidak main-main dengan keamanan negara. Apalagi mengancam keamanan negara dengan menggunakan dalil agama.
“Insya Allah kalau di negeri ini anak cucu kita bisa hidup dengan baik, agama berjalan dengan baik, rakyat bisa bekerja dengan tenang. Sekali lagi silakan berbeda apa pun, Bhinneka Tunggal Ika, tapi negaranya tetap satu, NKRI harga mati,” tandasnya.
Lihat Juga: BPIP Gelar Diskusi di Ambon, Nilai-nilai Universal Agama Penting untuk Tegakkan Moralitas dan Etika
(shf)