Melihat 2 Arca Dwarapala Era Kerajaan Singasari Penjaga Kompleks Candi Suci
loading...
A
A
A
MALANG - Kerajaan Singasari merupakan salah satu kerajaan besar di masanya. Salah satu peninggalan yang cukup menarik dilihat, yakni Arca Dwarapala, di Kelurahan Candirenggo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.
Arca Dwarapala peninggalan Kerajaan Singasari di tempat ini memiliki bentuk yang cukup besar. Memiliki tinggi 3,7 meter, lebar 2,25 meter, dan diameter tebal 1,98 meter.
Dua Arca Dwarapala ini tampak berdiri gagah yang mengapit Jalan Kertanegara Barat, Dusun Pagentan, Kelurahan Candirenggo, Singosari.
Lokasi arca berada di permukiman padat penduduk warga yang dipisahkan oleh pagar. Dua arca ini di tempatkan di taman yang ada di pagar, berhimpitan dengan permukiman penduduk.
Dari bentuk fisiknya, Arca Dwarapala sisi utara menghadap ke timur sedikit menyerong selatan, kurang lebih 20 derajat. Arca ini membawa sebuah palu atau gada di tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya mengacungkan dua jari telunjuk dan tengah, seolah-olah menunjukkan angka dua.
Sementara Arca Dwarapala yang berada di sisi selatan, arca menghadap ke utara dengan sedikit serong ke timur. Di tangan kanannya membawa sebuah palu raksasa atau gada. Sementara tangan kirinya memegang lutut dengan posisi seolah tubuhnya bersila menghadap jalan raya.
Arkeolog Universitas Negeri Malang (UM) Ismail Lutfi mengungkapkan, nama Arca Dwarapala, diambil dari dua suku kata yakni duara yang berarti jalan, serta pala yang berarti penjaga.
Maka ketika digabungkan Dwarapala bisa diartikan penjaga jalan, atau penjaga jalan masuk menuju ke suatu tempat.
"Ukurannya bisa macam-macam, mulai dari yang kecil sekian, sampai yang satu meter lebih seperti ini. Fungsinya adalah menjaga jalan masuk ke suatu tempat tertentu, bisa bangunan suci, tempat suci, bisa tempat istimewa," ucap Lutfi, ditemui SINDOnews, pada Sabtu (2/7/2022).
Khusus untuk Arca Dwarapala yang berada di Kecamatan Singasari, Lutfi menyebut hipotesis atau dugaan awal berdasarkan kajian narasi sejarah berasal dari era Raja Kertanagara di Kerajaan Singasari. Hal ini bisa diidentifikasi berdasarkan gaya seni serta hiasan yang halus, dan memiliki kekhasan era Jawa kuno.
"Ada kecenderungan muncul ukuran-ukuran yang super, yang besar, untuk ukuran yang besar ini beberapa ahli seni Jawa kuno memberikan dugaan ini terkait seorang tokoh raja kelima dari Tumapel sendiri, dikaitkan dengan raja Kertanegara," ucapnya.
Artinya jika berasal dari masa Raja Kertanagara, maka kedua arca tersebut dapat disimpulkan memiliki usia nyaris 8 abad. Di mana identiknya diduga arca ini menjadi bagian dari sebuah kompleks menuju suatu tempat yang memiliki bangunan suci, atau tempat yang diistimewakan.
Terlebih dari catatan sejarah peneliti Belanda, di awal abad 20 di kawasan sekitar Arca Dwarapala ada 7 candi yang masih ada. Di mana salah satunya yang masih berdiri kokoh, yakni Candi Singasari yang berjarak 300 meter arah timur dari arca.
"Di sebelah timur sana ada candi, kemudian di deret arah DusunBbungkuk juga dulu ada beberapa candi yang sudah tinggal cerita itu. Tetapi dalam catatan Jessie Bloom, dia mencatat di awal abad 20, masih ada 7 candi di sini," paparnya.
Sayang dari tujuh candi itu, hanya tersisa satu candi yang masih berdiri kokoh, yakni Candi Singasari. Sedangkan enam candi lainnya, belum diketahui keberadaannya, yang diduga telah beralih fungsi menjadi permukiman warga dan bangunan lain.
Hal inilah yang akhirnya memunculkan pertanyaan, di mana dugaan posisi candi-candi yang lain, yang dijaga dua Arca Dwarapala. Dari ekskavasi yang dilakukan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur bersama tim akademisi inilah jawaban narasi itu juga bakal yang dicari.
"Candinya tinggal satu itu (Candi Singasari). Pertanyaannya itu yang mau kita cari sepasang Dwarapala ini mengacu kepada deretan itu, atau tempat lain. Ini yang menjadi PR kita di situ, makanya kita menyajikan data sedetail mungkin," pungkasnya.
Lihat Juga: Kisah Mpu Prapanca, Pujangga Majapahit Menulis Negarakertagama Mengenai Kerajaan Singasari
Arca Dwarapala peninggalan Kerajaan Singasari di tempat ini memiliki bentuk yang cukup besar. Memiliki tinggi 3,7 meter, lebar 2,25 meter, dan diameter tebal 1,98 meter.
Dua Arca Dwarapala ini tampak berdiri gagah yang mengapit Jalan Kertanegara Barat, Dusun Pagentan, Kelurahan Candirenggo, Singosari.
Lokasi arca berada di permukiman padat penduduk warga yang dipisahkan oleh pagar. Dua arca ini di tempatkan di taman yang ada di pagar, berhimpitan dengan permukiman penduduk.
Dari bentuk fisiknya, Arca Dwarapala sisi utara menghadap ke timur sedikit menyerong selatan, kurang lebih 20 derajat. Arca ini membawa sebuah palu atau gada di tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya mengacungkan dua jari telunjuk dan tengah, seolah-olah menunjukkan angka dua.
Sementara Arca Dwarapala yang berada di sisi selatan, arca menghadap ke utara dengan sedikit serong ke timur. Di tangan kanannya membawa sebuah palu raksasa atau gada. Sementara tangan kirinya memegang lutut dengan posisi seolah tubuhnya bersila menghadap jalan raya.
Arkeolog Universitas Negeri Malang (UM) Ismail Lutfi mengungkapkan, nama Arca Dwarapala, diambil dari dua suku kata yakni duara yang berarti jalan, serta pala yang berarti penjaga.
Maka ketika digabungkan Dwarapala bisa diartikan penjaga jalan, atau penjaga jalan masuk menuju ke suatu tempat.
"Ukurannya bisa macam-macam, mulai dari yang kecil sekian, sampai yang satu meter lebih seperti ini. Fungsinya adalah menjaga jalan masuk ke suatu tempat tertentu, bisa bangunan suci, tempat suci, bisa tempat istimewa," ucap Lutfi, ditemui SINDOnews, pada Sabtu (2/7/2022).
Khusus untuk Arca Dwarapala yang berada di Kecamatan Singasari, Lutfi menyebut hipotesis atau dugaan awal berdasarkan kajian narasi sejarah berasal dari era Raja Kertanagara di Kerajaan Singasari. Hal ini bisa diidentifikasi berdasarkan gaya seni serta hiasan yang halus, dan memiliki kekhasan era Jawa kuno.
"Ada kecenderungan muncul ukuran-ukuran yang super, yang besar, untuk ukuran yang besar ini beberapa ahli seni Jawa kuno memberikan dugaan ini terkait seorang tokoh raja kelima dari Tumapel sendiri, dikaitkan dengan raja Kertanegara," ucapnya.
Artinya jika berasal dari masa Raja Kertanagara, maka kedua arca tersebut dapat disimpulkan memiliki usia nyaris 8 abad. Di mana identiknya diduga arca ini menjadi bagian dari sebuah kompleks menuju suatu tempat yang memiliki bangunan suci, atau tempat yang diistimewakan.
Terlebih dari catatan sejarah peneliti Belanda, di awal abad 20 di kawasan sekitar Arca Dwarapala ada 7 candi yang masih ada. Di mana salah satunya yang masih berdiri kokoh, yakni Candi Singasari yang berjarak 300 meter arah timur dari arca.
"Di sebelah timur sana ada candi, kemudian di deret arah DusunBbungkuk juga dulu ada beberapa candi yang sudah tinggal cerita itu. Tetapi dalam catatan Jessie Bloom, dia mencatat di awal abad 20, masih ada 7 candi di sini," paparnya.
Sayang dari tujuh candi itu, hanya tersisa satu candi yang masih berdiri kokoh, yakni Candi Singasari. Sedangkan enam candi lainnya, belum diketahui keberadaannya, yang diduga telah beralih fungsi menjadi permukiman warga dan bangunan lain.
Hal inilah yang akhirnya memunculkan pertanyaan, di mana dugaan posisi candi-candi yang lain, yang dijaga dua Arca Dwarapala. Dari ekskavasi yang dilakukan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur bersama tim akademisi inilah jawaban narasi itu juga bakal yang dicari.
"Candinya tinggal satu itu (Candi Singasari). Pertanyaannya itu yang mau kita cari sepasang Dwarapala ini mengacu kepada deretan itu, atau tempat lain. Ini yang menjadi PR kita di situ, makanya kita menyajikan data sedetail mungkin," pungkasnya.
Lihat Juga: Kisah Mpu Prapanca, Pujangga Majapahit Menulis Negarakertagama Mengenai Kerajaan Singasari
(san)