Jawa Barat Siap Tampung Relokasi Investasi dari China
loading...
A
A
A
BANDUNG - Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil menyatakan, Provinsi Jawa Barat siap menampung relokasi investasi dari China menyusul fenomena penarikan investasi sejumlah negara produsen dari Negeri Tirai Bambu itu.
Diketahui, pandemi COVID-19 secara langsung mengganggu rantai pasokan global yang dalam dua dekade terakhir berpusat di China. Hal tersebut menyebabkan negara-negara produsen, seperti Amerika Serikat dan Jepang berencana merelokasi rantai pasokannya dari China. (Baca: Selama Pandemi, Bea Cukai Bandung Gagalkan 6 Kali Penyelundupan Narkoba)
Fenomena tersebut menjadi angin segar bagi peluang investasi dalam negeri karena perusahaan-perusahaan Amerika dan Jepang berencana merelokasi investasinya dari China ke negara-negara lain di Asia Tenggara.
Peluang tersebut juga didukung pemerintah melalui Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang akan mengatur strategi memuluskan datangnya peluang investasi ke Indonesia dengan membentuk Tim Satuan Tugas (Satgas) khusus yang bertugas memfasilitasi calon investor.
Ridwan Kamil menyambut baik upaya yang dilakukan BKPM. Dia menyatakan, siap menampung relokasi investasi dari China. Terlebih, saat ini, Provinsi Jabar menjadi salah satu jantung industri nasional. Setidaknya, terdapat lebih dari 20 kawasan industri di Jabar dengan luas lahan yang tergolong besar dibandingkan kawasan industri di daerah lain.
Bahkan, Gubernur yang akrab disapa Kang Emil ini menyebutkan, kawasan industri yang tergolong terbesar di Asia Tenggara berada di Provinsi Jabar, yakni kawasan industri Karawang, Bekasi, dan Cikarang.
Sejak tahun lalu, lanjut Kang Emil, pihaknya pun sudah mengincar peluang investasi dengan maraknya relokasi investasi dari China. Pada acara West Java Investment Summit 2019 misalnya, sebanyak 26 memoramdum of understanding (MoU) diteken antara pihak-pihak yang terlibat dalam proyek investasi di Jabar.
Dalam beberapa tahun terakhir, realisasi investasi di Jabar pun beberapa kali menduduki peringkat pertama di Indonesia. Sepanjang 2019 saja, realisasi investasi di Jabar mencapai Rp137,5 triliun. Beberapa investor besar yang masuk ke Jabar tahun lalu, di antaranya Amazon dengan investasi sebesar Rp40 triliun dan Hyundai yang menggelontorkan investasi sebesar Rp100 triliun.
"Namun, dengan adanya COVID-19, industri di Jawa Barat mengalami penurunan. Sektor jasa mengalami penurunan mencapai 4,8 persen, dan sektor industri manufaktur menurun 4,2 persen, akibat pandemi COVID-19," ungkap Kang Emil dalam keterangan tertulis, Kamis (25/6/2020).
Oleh karenanya, lanjut Kang Emil, Provinsi Jabar harus terus menarik investasi yang lebih besar untuk mengembalikan kondisi perekonomian pascapandemi-COVID-19 dan pihaknya siap menyambut peluang investasi yang masuk ke Jabar.
"Jawa Barat akan terus meningkatkan kemudahan birokrasi dan proaktif menjemput investasi. Kami optimistis, investasi ke Jawa Barat akan mulai pulih seiring baiknya penanganan dan pengendalian COVID-19 di Provinsi Jabar," tandasnya.
Meski begitu, menarik relokasi investasi dari China tidak semudah membalikkan telapak tangan. Pasalnya, Indonesia harus bersaing dengan negara-negara lain, seperti Vietnam dan Thailand yang menyiapkan berbagai daya tarik untuk menampung relokasi investasi dari China.
Dalam kesempatan terpisah, Partner Fiscal Research DDTC Bawono Kristiaji menyampaikan, salah satu hal yang dapat dilakukan pemerintah untuk meningkatkan daya saing industri pasca pandemi COVID-19 adalah dengan memberikan insentif fiskal yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing industri. (Baca: Paralayang Majalengka Siap Buka 27 Juni, River Tubing Belum )
Menurut Bawono, pemerintah sebetulnya sudah memberikan beragam insentif pajak bagi perusahaan-perusahaan yang akan menanamkan modalnya di Indonesia. Namun, pemanfaatannya belum maksimal. "Jadi, perlu evaluasi bersama untuk menentukan bentuk insentif yang lebih tepat sasaran," katanya.
Menurutnya, lewat sinergitas antara pemerintah pusat dan daerah, termasuk insentif menarik dari Kementerian Keuangan dan fasilitasi realisasi investasi yang cepat dari BKPM, tidak mustahil Indonesia, khususnya Provinsi Jabar dapat menarik lebih banyak investasi pada masa pascapandemi COVID-19 serta meningkatkan daya saing bangsa di pasar global.
Sebelumnya, Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan, pembentukan tim satgas khusus bertujuan untuk jemput bola perusahaan-perusahaan yang akan melakukan relokasi investasi, agar tertarik masuk ke Indonesia. "Saya buat Satgas di bawah pimpinan saya langsung," kata Bahlil, Senin (22/6/2020).
Tim satgas tersebut memiliki tiga tugas khusus. Pertama, mendeteksi perusahaan-perusahaan yang akan melakukan relokasi. Kedua, mengecek kemudahan-kemudahan yang diberikan negara-negara lain. Ketiga, memberi kewenangan kepada mereka untuk membuat keputusan dalam bernegosiasi. "Itu penting diberikan agar cepat jalannya," tegas Bahlil.
Diketahui, pandemi COVID-19 secara langsung mengganggu rantai pasokan global yang dalam dua dekade terakhir berpusat di China. Hal tersebut menyebabkan negara-negara produsen, seperti Amerika Serikat dan Jepang berencana merelokasi rantai pasokannya dari China. (Baca: Selama Pandemi, Bea Cukai Bandung Gagalkan 6 Kali Penyelundupan Narkoba)
Fenomena tersebut menjadi angin segar bagi peluang investasi dalam negeri karena perusahaan-perusahaan Amerika dan Jepang berencana merelokasi investasinya dari China ke negara-negara lain di Asia Tenggara.
Peluang tersebut juga didukung pemerintah melalui Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang akan mengatur strategi memuluskan datangnya peluang investasi ke Indonesia dengan membentuk Tim Satuan Tugas (Satgas) khusus yang bertugas memfasilitasi calon investor.
Ridwan Kamil menyambut baik upaya yang dilakukan BKPM. Dia menyatakan, siap menampung relokasi investasi dari China. Terlebih, saat ini, Provinsi Jabar menjadi salah satu jantung industri nasional. Setidaknya, terdapat lebih dari 20 kawasan industri di Jabar dengan luas lahan yang tergolong besar dibandingkan kawasan industri di daerah lain.
Bahkan, Gubernur yang akrab disapa Kang Emil ini menyebutkan, kawasan industri yang tergolong terbesar di Asia Tenggara berada di Provinsi Jabar, yakni kawasan industri Karawang, Bekasi, dan Cikarang.
Sejak tahun lalu, lanjut Kang Emil, pihaknya pun sudah mengincar peluang investasi dengan maraknya relokasi investasi dari China. Pada acara West Java Investment Summit 2019 misalnya, sebanyak 26 memoramdum of understanding (MoU) diteken antara pihak-pihak yang terlibat dalam proyek investasi di Jabar.
Dalam beberapa tahun terakhir, realisasi investasi di Jabar pun beberapa kali menduduki peringkat pertama di Indonesia. Sepanjang 2019 saja, realisasi investasi di Jabar mencapai Rp137,5 triliun. Beberapa investor besar yang masuk ke Jabar tahun lalu, di antaranya Amazon dengan investasi sebesar Rp40 triliun dan Hyundai yang menggelontorkan investasi sebesar Rp100 triliun.
"Namun, dengan adanya COVID-19, industri di Jawa Barat mengalami penurunan. Sektor jasa mengalami penurunan mencapai 4,8 persen, dan sektor industri manufaktur menurun 4,2 persen, akibat pandemi COVID-19," ungkap Kang Emil dalam keterangan tertulis, Kamis (25/6/2020).
Oleh karenanya, lanjut Kang Emil, Provinsi Jabar harus terus menarik investasi yang lebih besar untuk mengembalikan kondisi perekonomian pascapandemi-COVID-19 dan pihaknya siap menyambut peluang investasi yang masuk ke Jabar.
"Jawa Barat akan terus meningkatkan kemudahan birokrasi dan proaktif menjemput investasi. Kami optimistis, investasi ke Jawa Barat akan mulai pulih seiring baiknya penanganan dan pengendalian COVID-19 di Provinsi Jabar," tandasnya.
Meski begitu, menarik relokasi investasi dari China tidak semudah membalikkan telapak tangan. Pasalnya, Indonesia harus bersaing dengan negara-negara lain, seperti Vietnam dan Thailand yang menyiapkan berbagai daya tarik untuk menampung relokasi investasi dari China.
Dalam kesempatan terpisah, Partner Fiscal Research DDTC Bawono Kristiaji menyampaikan, salah satu hal yang dapat dilakukan pemerintah untuk meningkatkan daya saing industri pasca pandemi COVID-19 adalah dengan memberikan insentif fiskal yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing industri. (Baca: Paralayang Majalengka Siap Buka 27 Juni, River Tubing Belum )
Menurut Bawono, pemerintah sebetulnya sudah memberikan beragam insentif pajak bagi perusahaan-perusahaan yang akan menanamkan modalnya di Indonesia. Namun, pemanfaatannya belum maksimal. "Jadi, perlu evaluasi bersama untuk menentukan bentuk insentif yang lebih tepat sasaran," katanya.
Menurutnya, lewat sinergitas antara pemerintah pusat dan daerah, termasuk insentif menarik dari Kementerian Keuangan dan fasilitasi realisasi investasi yang cepat dari BKPM, tidak mustahil Indonesia, khususnya Provinsi Jabar dapat menarik lebih banyak investasi pada masa pascapandemi COVID-19 serta meningkatkan daya saing bangsa di pasar global.
Sebelumnya, Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan, pembentukan tim satgas khusus bertujuan untuk jemput bola perusahaan-perusahaan yang akan melakukan relokasi investasi, agar tertarik masuk ke Indonesia. "Saya buat Satgas di bawah pimpinan saya langsung," kata Bahlil, Senin (22/6/2020).
Tim satgas tersebut memiliki tiga tugas khusus. Pertama, mendeteksi perusahaan-perusahaan yang akan melakukan relokasi. Kedua, mengecek kemudahan-kemudahan yang diberikan negara-negara lain. Ketiga, memberi kewenangan kepada mereka untuk membuat keputusan dalam bernegosiasi. "Itu penting diberikan agar cepat jalannya," tegas Bahlil.
(don)