Memprihatinkan! Bertahun-tahun Keluarga di Karawang Alami Gizi Buruk
loading...
A
A
A
KARAWANG - Kasus gizi buruk masih terjadi di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Kali ini menimpa keluarga pasangan Engong (50) dan Anisa (45) warga Dusun Cilempung, Desa Pasirjaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, Karawang. Bertahun-tahun empat orang anaknya menderita gizi buruk, tanpa ada bantuan dari pemerintah.
Kemiskinan menjadi alasan bagi Engong tidak bisa menghidupi keluarganya. Dia hanya penjual kelapa dan sapu didepan rumahnya. Karena kondisi rumah yang tidak layak serta bau, tidak banyak pembeli yang datang. "Saya menghidupi keluarga dari menjual kelapa atau sapu. Tapi dagangan saya kurang laku, kadang cukup untuk makan dua kali saja," kata Engong, Selasa (14/6/2022).
Baca juga: Harga Cabai Tembus Rp100 Ribu Per Kilogram, Pedagang Pasar di Karawang Mengeluh
Menurut Engong, dia memiliki empat orang anak dua orang laki-laki dan yang kecil perempuan. Saking susahnya menjalani hidup, dia sesekali menyuruh dua orang anaknya yang paling besar untuk mengemis. "Kalau kekurangan makan, saya minta dua anak saya mengemis agar bisa makan hari itu. Berharap dari hasil dagangan kurang bisa diharapkan karena jarang laku," katanya.
Engong mengaku pertumbuhan anak-anaknya memang tidak seperti anak lainnya. Dari segi fisik anaknya memang sudah berbeda, karena seluruh tubuhnya nyaris terlihat tidak memiliki daging. "Semua anak saya kurus-kurus juga dekil. Mereka jarang mandi karena dirumah tidak ada kamar mandi," katanya.
Menurut Engong, dia mengaku tidak bisa berbuat apa-apa melihat kondisi anak-anaknya yang kurus kering. Bahkan anak-anaknya dijauhi oleh teman-temannya karena hidup miskin. "Anak-anak saya tidak bergaul dengan lingkungan sekitar. Mungkin karena kami miskin mereka tidak mau bergaul," katanya.
Kondisi anak-anak Engong yang mengalami gizi buruk justru mengundang simpati masyarakat lain yaitu dari ibu-ibu lingkungan setempat yang tergabung dalam Rantang ( Reaktif Tanggap dan Gizi) dari Yayasan Asshilahiyyah. Mereka membantu kebutuhan asupan gizi bagi anak-anak Engong.
"Kami memberikan asupan gizi untuk anak-anaknya karena kondisi kesehatan sangat memprihatinkan. Pemberian asupan gizi mulai kami lakukan sejak 2020 hingga sekarang," kata Penanggungjawab Rantang Yayasan Assholahiyah, Selasa (14/6/22).
Menurut Rini, kondisi anak-anak Engong memang mengalami gizi buruk. Paling parah dialami oleh dua anak perempuan yang paling kecil. " Dua anaknya yang paling kecil paling menderita gizi buruk. Bahkan anak ketiganya saat itu sudah sulit berjalan. Namun setelah dua tahun kami bantu sudah mulai pulih dan bisa berjalan," kata Rini.
Rini mengatakan meski fokus kepada dua anak perempuan Engon, namun dua anak laki laki paling besar juga diurus dan dibina. Mereka diajarkan tata cara mandi, memakai baju, cara berinteraksi dengan orang. "Setelah kami ajarkan sudah terlihat ada perkembangan dan perubahan," katanya.
Sementara istri Engong, Annisa mengaku bersyukur sudah mendapat bantuan dari Yayasan Assholahiyah. Dia mengaku sejak dibantu oleh Rantang Yayasan Assholahiyah anak-anaknya sudah lebih sehat. Namun begitu dia tetap berharap pemerintah daerah mau turun membantu.
Kemiskinan menjadi alasan bagi Engong tidak bisa menghidupi keluarganya. Dia hanya penjual kelapa dan sapu didepan rumahnya. Karena kondisi rumah yang tidak layak serta bau, tidak banyak pembeli yang datang. "Saya menghidupi keluarga dari menjual kelapa atau sapu. Tapi dagangan saya kurang laku, kadang cukup untuk makan dua kali saja," kata Engong, Selasa (14/6/2022).
Baca juga: Harga Cabai Tembus Rp100 Ribu Per Kilogram, Pedagang Pasar di Karawang Mengeluh
Menurut Engong, dia memiliki empat orang anak dua orang laki-laki dan yang kecil perempuan. Saking susahnya menjalani hidup, dia sesekali menyuruh dua orang anaknya yang paling besar untuk mengemis. "Kalau kekurangan makan, saya minta dua anak saya mengemis agar bisa makan hari itu. Berharap dari hasil dagangan kurang bisa diharapkan karena jarang laku," katanya.
Engong mengaku pertumbuhan anak-anaknya memang tidak seperti anak lainnya. Dari segi fisik anaknya memang sudah berbeda, karena seluruh tubuhnya nyaris terlihat tidak memiliki daging. "Semua anak saya kurus-kurus juga dekil. Mereka jarang mandi karena dirumah tidak ada kamar mandi," katanya.
Menurut Engong, dia mengaku tidak bisa berbuat apa-apa melihat kondisi anak-anaknya yang kurus kering. Bahkan anak-anaknya dijauhi oleh teman-temannya karena hidup miskin. "Anak-anak saya tidak bergaul dengan lingkungan sekitar. Mungkin karena kami miskin mereka tidak mau bergaul," katanya.
Kondisi anak-anak Engong yang mengalami gizi buruk justru mengundang simpati masyarakat lain yaitu dari ibu-ibu lingkungan setempat yang tergabung dalam Rantang ( Reaktif Tanggap dan Gizi) dari Yayasan Asshilahiyyah. Mereka membantu kebutuhan asupan gizi bagi anak-anak Engong.
"Kami memberikan asupan gizi untuk anak-anaknya karena kondisi kesehatan sangat memprihatinkan. Pemberian asupan gizi mulai kami lakukan sejak 2020 hingga sekarang," kata Penanggungjawab Rantang Yayasan Assholahiyah, Selasa (14/6/22).
Menurut Rini, kondisi anak-anak Engong memang mengalami gizi buruk. Paling parah dialami oleh dua anak perempuan yang paling kecil. " Dua anaknya yang paling kecil paling menderita gizi buruk. Bahkan anak ketiganya saat itu sudah sulit berjalan. Namun setelah dua tahun kami bantu sudah mulai pulih dan bisa berjalan," kata Rini.
Rini mengatakan meski fokus kepada dua anak perempuan Engon, namun dua anak laki laki paling besar juga diurus dan dibina. Mereka diajarkan tata cara mandi, memakai baju, cara berinteraksi dengan orang. "Setelah kami ajarkan sudah terlihat ada perkembangan dan perubahan," katanya.
Sementara istri Engong, Annisa mengaku bersyukur sudah mendapat bantuan dari Yayasan Assholahiyah. Dia mengaku sejak dibantu oleh Rantang Yayasan Assholahiyah anak-anaknya sudah lebih sehat. Namun begitu dia tetap berharap pemerintah daerah mau turun membantu.
(msd)