Terlibat Kasus Kolonel Priyanto, Kopda Andreas Divonis 6 Bulan Penjara
loading...
A
A
A
BANDUNG - Majelis Hakim Pengadilan Militer II-09 Bandung yang diketuaKolonel CHK Masykur menjatuhkan vonis 6 bulan penjara kepada Kopda Andreas Dwi Atmoko.
Vonis tersebut dijatuhkan di Pengadilan Militer II-09 Bandung, Rabu (11/5/2022) lalu. Dalam putusannya, hakim menilai, Kopda Andreas Dwi Atmoko terbukti bersalah dalam insiden kecelakaan lalu lintas di kawasan Nagreg, Kabupaten Bandung dengan korban sejoli Handi Saputra dan Salsabila.
"Mengadili, memidana terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama enam bulan," kata hakim dalam dokumen Mahkamah Agung (MA) yang dilihat, Selasa (7/6/2022).
Dalam putusannya, Kopda Andreas terbukti bersalah sesuai Pasal 310 ayat (3) Jo ayat (4) dan Pasal 312 UU RI nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Pasal 190 ayat (1) UU RI nomor 31 tahun 1997 tentang Peradilan Militer serta ketentuan perundang-undangan yang lain.
Hakim juga menyatakan, terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pertama karena kelalaiannya mengakibatkan kecelakaan lalu lintas dengan korban luka berat dan meninggal dunia.
"Kedua mengemudikan kendaraan bermotor yang terlibat kecelakaan lalu lintas tidak melaporkan kecelakaan lalu lintas tanpa alasan yang patur," kata hakim.
Diketahui, vonis tersebut lebih ringan ketimbang tuntutan Oditurat Militer Bandung yang meminta hakim memberikan hukuman 10 bulan penjara.
Hakim menilai, tuntutan Oditurat Militer yang meminta vonis 10 bulan penjara terlalu berat bila memerhatikan faktor-faktor lain.
Selain itu, hakim juga mempertimbangkan hal-hal yang meringankan dan memberatkan. Hal meringankan, terdakwa berterus terang dan bersikap sopan selama sidang, terdakwa menyesali perbuatannya dan berjanji untuk lebih hati-hati, terdakwa masih muda dan bisa dibina kembali untuk dapat menjadi prajurit yang lebih baik lagi lalu kejadian laka lantas bukan keinginan terdakwa yang sudah sebaik mungkin mengendara.
Adapun hal yang memberatkan, perbuatan terdakwa bertentangan dengan Sapta Marga dan delapan wajib TNI, perbuatannya bentuk loyalitas yang salah dan tidak dapat dicontoh serta perbuatan terdakwa menimbulkan korban jiwa dan kesedihan bagi keluarga korban.
"Bahwa sebagaimana hal-hal yang meringankan dan memberatkan tersebut, majelis hakim berpendapat bahwa untuk membina prajurit tentunya tidak harus dengan hukuman yang berat, namun pada asasnya tujuan penghukuman bagi yang bersalah harus ada sanksi yang tegas. Tujuan penghukuman juga bukan untuk balas dendam, akan tetapi bertujuan untuk mendidik agar terdakwa tidak mengulangi lagi perbuatannya," tutur hakim.
Humas Pengadilan Militer II-09 Bandung Letkol CHK Pandjaitan membenarkan vonis yang dijatuhkan hakim tersebut. "Dipidana penjara selama enam bulan," kata Pandjaitan saat dikonfirmasi, Selasa (7/6/2022).
Diketahui, insiden kecelakaan tersebut terjadi di Jalan Bandung-Garut tepatnya di kawasan Nagreg, Kabupaten Bandung pada 8 Desember 2021 lalu. Handi dan Salsa ditabrak mobil yang ditumpangi Kolonel Priyanto dimana Kopda Andreas Dwi Atmoko sebagai sopirnya.
Usai peristiwa nahas tersebut, Handi dan Salsa sempat dinyatakan hilang. Usut punya usut, Kolonel Priyanto cs ternyata membuang jasad kedua sejoli tersebut ke sungai hingga ditemukan dalam kondisi meninggal di dua lokasi berbeda.
Jasad Handi ditemukan di aliran Sungai Serayu, Banyumas, sedangkan jasad Salsabila ditemukan di aliran Sungai Serayu, Cilacap, Jawa Tengah.
Vonis tersebut dijatuhkan di Pengadilan Militer II-09 Bandung, Rabu (11/5/2022) lalu. Dalam putusannya, hakim menilai, Kopda Andreas Dwi Atmoko terbukti bersalah dalam insiden kecelakaan lalu lintas di kawasan Nagreg, Kabupaten Bandung dengan korban sejoli Handi Saputra dan Salsabila.
"Mengadili, memidana terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama enam bulan," kata hakim dalam dokumen Mahkamah Agung (MA) yang dilihat, Selasa (7/6/2022).
Dalam putusannya, Kopda Andreas terbukti bersalah sesuai Pasal 310 ayat (3) Jo ayat (4) dan Pasal 312 UU RI nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Pasal 190 ayat (1) UU RI nomor 31 tahun 1997 tentang Peradilan Militer serta ketentuan perundang-undangan yang lain.
Hakim juga menyatakan, terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pertama karena kelalaiannya mengakibatkan kecelakaan lalu lintas dengan korban luka berat dan meninggal dunia.
"Kedua mengemudikan kendaraan bermotor yang terlibat kecelakaan lalu lintas tidak melaporkan kecelakaan lalu lintas tanpa alasan yang patur," kata hakim.
Diketahui, vonis tersebut lebih ringan ketimbang tuntutan Oditurat Militer Bandung yang meminta hakim memberikan hukuman 10 bulan penjara.
Hakim menilai, tuntutan Oditurat Militer yang meminta vonis 10 bulan penjara terlalu berat bila memerhatikan faktor-faktor lain.
Selain itu, hakim juga mempertimbangkan hal-hal yang meringankan dan memberatkan. Hal meringankan, terdakwa berterus terang dan bersikap sopan selama sidang, terdakwa menyesali perbuatannya dan berjanji untuk lebih hati-hati, terdakwa masih muda dan bisa dibina kembali untuk dapat menjadi prajurit yang lebih baik lagi lalu kejadian laka lantas bukan keinginan terdakwa yang sudah sebaik mungkin mengendara.
Adapun hal yang memberatkan, perbuatan terdakwa bertentangan dengan Sapta Marga dan delapan wajib TNI, perbuatannya bentuk loyalitas yang salah dan tidak dapat dicontoh serta perbuatan terdakwa menimbulkan korban jiwa dan kesedihan bagi keluarga korban.
"Bahwa sebagaimana hal-hal yang meringankan dan memberatkan tersebut, majelis hakim berpendapat bahwa untuk membina prajurit tentunya tidak harus dengan hukuman yang berat, namun pada asasnya tujuan penghukuman bagi yang bersalah harus ada sanksi yang tegas. Tujuan penghukuman juga bukan untuk balas dendam, akan tetapi bertujuan untuk mendidik agar terdakwa tidak mengulangi lagi perbuatannya," tutur hakim.
Humas Pengadilan Militer II-09 Bandung Letkol CHK Pandjaitan membenarkan vonis yang dijatuhkan hakim tersebut. "Dipidana penjara selama enam bulan," kata Pandjaitan saat dikonfirmasi, Selasa (7/6/2022).
Diketahui, insiden kecelakaan tersebut terjadi di Jalan Bandung-Garut tepatnya di kawasan Nagreg, Kabupaten Bandung pada 8 Desember 2021 lalu. Handi dan Salsa ditabrak mobil yang ditumpangi Kolonel Priyanto dimana Kopda Andreas Dwi Atmoko sebagai sopirnya.
Usai peristiwa nahas tersebut, Handi dan Salsa sempat dinyatakan hilang. Usut punya usut, Kolonel Priyanto cs ternyata membuang jasad kedua sejoli tersebut ke sungai hingga ditemukan dalam kondisi meninggal di dua lokasi berbeda.
Jasad Handi ditemukan di aliran Sungai Serayu, Banyumas, sedangkan jasad Salsabila ditemukan di aliran Sungai Serayu, Cilacap, Jawa Tengah.
(nic)