Kisah Tukah, Pembantu Rumah Tangga Menabung 20 Tahun untuk Naik Haji
loading...
A
A
A
MALANG - Raut kegembiraan tak dapat disembunyikan dari wajah Tukah. Wanita asal Kota Batu, yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga tersebut, sebentar lagi akan berangkat ke Tanah Suci Mekah, untuk menunaikan ibadah haji.
Dia tak henti-hentinya mengucak syukur, karena bisa memenuhi panggilan Allah ke Baitullah. Bukan semudah membalik telapak tangan, Tukah harus berjibaku memeras keringat dan menabung selama 20 tahun agar bisa naik haji.
Warga Jalan Singodrono Gang Paidi RT 4 RW 3 Dusun Tegalsari, Desa Sumbergondo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu ini, rencananya bakal berangkat di kloter 20 jamaah haji asal Kota Batu, pada 16 Juni 2022 mendatang.
Tukah merasa terpanggil saat melihat televisi mengenai ibadah haji. Dari sanalah ia akhirnya memulai niatnya untuk berangkat haji dengan bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Perempuan berusia 62 tahun ini, menyisihkan penghasilannya dan mendaftar haji pada 2001 dengan menyerahkan uang Rp25 juta.
"Tahun 2001 daftar, sebelum itu sudah ada niat mau kerja, saya mau ke rumah Allah. Rasanya trenyuh lihat di televisi-televisi itu, dengar Labaik Allahumma Labaik. Kapan saya ke sana. Semoga saya dikasih rezeki bisa kerja, bekerja sebagai pembantu rumah tangga," ucap Tukah, Sabtu (4/6/2022).
Niat Tukah berangkat haji mendapat dukungan dari majikannya. Bahkan saat pertama kali ia mendaftarkan diri untuk berhaji, majikannya pula yang membantu mengantarkannya ke Kantor Kementerian Agama (Kemenag). Beberapa kali pula sang majikan mengantarkannya untuk mengurus segala keperluan keberangkatannya ke Tanah Suci Mekkah.
"Iya, memang saya ingin berangkat haji. Kok Alhamdulillah bos saya menawari. Diantar sama majikan, diantar kemana-mana, yang ini (majikannya) juga ada niat, saya juga ada niat ya sudah," ungkap dia.
Upaya berangkat haji itu ia realisasikan di tahun 2001, dengan menjual perhiasan emas miliknya seberat 30 gram, dan dibeli oleh sang majikannya sendiri yang berada di kawasan Sawojajar, Kota Malang. Uang itu lantas digunakan Tukah untuk membayar biaya haji saat pendaftaran.
"Daftar 2001, saya daftar punya emas ada 30 gram, sudah saya jual sendiri, bayar pertama Rp25 juta," kata perempuan yang sehari-harinya bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Sawojajar, Kota Malang.
Dirinya memerlukan waktu hingga 20 tahun bekerja, dan menyisihkan uang penghasilannya. Uang penghasilan itu ia kumpulkan sedikit demi sedikit setiap tahunnya.
Ia mengisahkan awal bekerja menerima gaji hanya Rp200 ribu, kemudian bertahap gajinya naik sehingga semakin besar menyisihkan penghasilannya untuk tabungan haji. Bahkan berkat kerjanya sebagai pembantu rumah tangga, ia berhasil mengantarkan anaknya menempuh pendidikan sarjana.
"Saya kerja anak masih umur tiga bulan, sekarang anak umur 20 tahun dan hampir lulus kuliah," ungkapnya. Saat menabung itu bukan berarti Tukah tak ada kendala, ia sempat berhenti bekerja sebagai pembantu rumah tangga karena gaji yang diterimanya dirasa tak mencukupi.
Namun ia kembali bekerja usai majikannya akhirnya bersedia menaikkan gajinya. Pihaknya bersyukur sang majikan mendukung usaha Tukah berangkat haji. "Gajian pertama cuma Rp200 ribu, lalu naik Rp500 ribu, dan Rp750 juta, hingga akhirnya mencapai Rp1 juta," ungkapnya.
Uang-uang gaji yang diterima Tukah tersebut lantas dikumpulkan. Jerih payah itu akhirnya terbayar ketika Tukah dinyatakan sebagai salah satu yang mendapat kesempatan berangkat haji, setelah melunasi biaya haji terakhirnya pada 2020 lalu. "Alhamdulillah bersyukur sekali, sempat tertunda itu dua tahun harusnya 2020 berangkat," paparnya.
Kini ia telah bersiap dengan segala keperluannya, bahkan koper dan tas jamaah haji miliknya juga telah diisi dengan kebutuhan selama di Tanah Suci Mekkah. "Paling bawa baju-baju untuk kebutuhan harian, karena di sana tidak boleh bawa banyak-banyak, maksimal 15 kg," pungkasnya.
Dia tak henti-hentinya mengucak syukur, karena bisa memenuhi panggilan Allah ke Baitullah. Bukan semudah membalik telapak tangan, Tukah harus berjibaku memeras keringat dan menabung selama 20 tahun agar bisa naik haji.
Warga Jalan Singodrono Gang Paidi RT 4 RW 3 Dusun Tegalsari, Desa Sumbergondo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu ini, rencananya bakal berangkat di kloter 20 jamaah haji asal Kota Batu, pada 16 Juni 2022 mendatang.
Baca Juga
Tukah merasa terpanggil saat melihat televisi mengenai ibadah haji. Dari sanalah ia akhirnya memulai niatnya untuk berangkat haji dengan bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Perempuan berusia 62 tahun ini, menyisihkan penghasilannya dan mendaftar haji pada 2001 dengan menyerahkan uang Rp25 juta.
"Tahun 2001 daftar, sebelum itu sudah ada niat mau kerja, saya mau ke rumah Allah. Rasanya trenyuh lihat di televisi-televisi itu, dengar Labaik Allahumma Labaik. Kapan saya ke sana. Semoga saya dikasih rezeki bisa kerja, bekerja sebagai pembantu rumah tangga," ucap Tukah, Sabtu (4/6/2022).
Niat Tukah berangkat haji mendapat dukungan dari majikannya. Bahkan saat pertama kali ia mendaftarkan diri untuk berhaji, majikannya pula yang membantu mengantarkannya ke Kantor Kementerian Agama (Kemenag). Beberapa kali pula sang majikan mengantarkannya untuk mengurus segala keperluan keberangkatannya ke Tanah Suci Mekkah.
"Iya, memang saya ingin berangkat haji. Kok Alhamdulillah bos saya menawari. Diantar sama majikan, diantar kemana-mana, yang ini (majikannya) juga ada niat, saya juga ada niat ya sudah," ungkap dia.
Upaya berangkat haji itu ia realisasikan di tahun 2001, dengan menjual perhiasan emas miliknya seberat 30 gram, dan dibeli oleh sang majikannya sendiri yang berada di kawasan Sawojajar, Kota Malang. Uang itu lantas digunakan Tukah untuk membayar biaya haji saat pendaftaran.
"Daftar 2001, saya daftar punya emas ada 30 gram, sudah saya jual sendiri, bayar pertama Rp25 juta," kata perempuan yang sehari-harinya bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Sawojajar, Kota Malang.
Dirinya memerlukan waktu hingga 20 tahun bekerja, dan menyisihkan uang penghasilannya. Uang penghasilan itu ia kumpulkan sedikit demi sedikit setiap tahunnya.
Ia mengisahkan awal bekerja menerima gaji hanya Rp200 ribu, kemudian bertahap gajinya naik sehingga semakin besar menyisihkan penghasilannya untuk tabungan haji. Bahkan berkat kerjanya sebagai pembantu rumah tangga, ia berhasil mengantarkan anaknya menempuh pendidikan sarjana.
"Saya kerja anak masih umur tiga bulan, sekarang anak umur 20 tahun dan hampir lulus kuliah," ungkapnya. Saat menabung itu bukan berarti Tukah tak ada kendala, ia sempat berhenti bekerja sebagai pembantu rumah tangga karena gaji yang diterimanya dirasa tak mencukupi.
Namun ia kembali bekerja usai majikannya akhirnya bersedia menaikkan gajinya. Pihaknya bersyukur sang majikan mendukung usaha Tukah berangkat haji. "Gajian pertama cuma Rp200 ribu, lalu naik Rp500 ribu, dan Rp750 juta, hingga akhirnya mencapai Rp1 juta," ungkapnya.
Uang-uang gaji yang diterima Tukah tersebut lantas dikumpulkan. Jerih payah itu akhirnya terbayar ketika Tukah dinyatakan sebagai salah satu yang mendapat kesempatan berangkat haji, setelah melunasi biaya haji terakhirnya pada 2020 lalu. "Alhamdulillah bersyukur sekali, sempat tertunda itu dua tahun harusnya 2020 berangkat," paparnya.
Kini ia telah bersiap dengan segala keperluannya, bahkan koper dan tas jamaah haji miliknya juga telah diisi dengan kebutuhan selama di Tanah Suci Mekkah. "Paling bawa baju-baju untuk kebutuhan harian, karena di sana tidak boleh bawa banyak-banyak, maksimal 15 kg," pungkasnya.
(eyt)