Webinar Bulan Bung Karno, Bupati Banyuwangi Cerita Peran Budaya Lokal

Rabu, 17 Juni 2020 - 06:31 WIB
loading...
Webinar Bulan Bung Karno,...
Bupati Banyuwangi Azwar Anas (tengah) saat memaparkan beragam inovasi publik di Banyuwangi. Foto/Dok/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Bupati Banyuwangi, Jawa Timur, yang juga kader PDI Perjuangan, Abdullah Azwar Anas menyatakan, melalui kebudayaan lokal pihaknya mampu mengajak dan mengembangkan sektor ekonomi masyarakat.

Azwar menilai, selama ini banyak yang beranggapan bahwa budaya lokal tidak menghasilkan nilai komersil. Namun anggapan itu tidak benar seutuhnya. Di Banyuwangi, pengembangan budaya lokal ternyata dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat.

"Kami melaksanakan pengembangan kebudayaan lokal yang mensejahterakan masyarakat. Dengan kebudayaan membuat rakyat lebih guyub, lebih nyaman, lebih tenang," kata Anas saat berbicara dalam webinar kedua dengan tema 'Rakyat Sumber Kebudayaan Nasional' yang digelar dalam rangkaian kegiatan Bulan Bung Karno 2020, Selasa 16 Juni 2020.

Azwar menuturkan, di daerahnya itu dirinya mengedepankan dua strategi kebudayaan. Pertama, ketersediaan ruang kebudayaan yang memberikan kesempatan bagi rakyat memperkuat kebudayaan nusantara. Lalu strategi kedua,pengembangan kebudayaan lokal untuk kesejahteraan masyarakat untuk memperkuat Banyuwangi.

Azwar mengatakan, melalui pendekatan atau strategi kebudayaan itu, pihaknyakemudian merealisasikan ke dalam berbagai kegiatan festival seni dan budaya, yang bukan hanya sekedar peristiwa pariwisata yang mendatangkan orang dan uang, namun juga alat konsolidasi kebudayaan. Sebab di sana terjadi dialog, penyiapan, materi, yang melibatkan masyarakat.

"Tahun sekarang saja ada 123 even. Hampir sebagian besar dibuat oleh rakyat sendiri. Swadaya oleh rakyat, mayoritas dibuat oleh sanggar-sanggar. Bedanya Banyuwangi dengan kabupaten lain adalah kami tidak melibatkan koreografer hebat dari Jakarta. Tak dibuat oleh EO, namun dari kampung-kampung, rata-rata kaum Marhaen," beber Anas.

Dengan itu, tarian Gandrung Sewu dulunya tidak dihitung sebagai pentas seni. Saat ini, dia menjadi salah satu atraksi yang ditunggu dengan melibatkan 1.000 penari. ( )

Berikutnya, pihaknya menjadikan alun-alun, atau tempat utama, tak hanya ditempati orang yang bisa membayar. Alun-alun justru harus menjadi bagian dari panggung budaya bersama yang boleh diakses seluruh kalangan masyarakat.

Di Alun-alun Banyuwangi, dilaksanakan even Banyuwangi Culture Everyday setiap malam, terkecuali hari ebsar seperti Lebaran. Anak-anak muda didorong menunjukkan ekspresi budaya lokal di tempat itu.

"Mereka sebagian kita berikan honor untuk kelompok-kelompok seninya. Sehingga seniman-senimannya menjadi berdaya karena dia menjadi kurator dari kesenian ini dan mendapat honor. Rata-rata kaum marhaen di tempat ini," ujarnya.

Dampak pengembangan kebudayaan lokal ini, wisatawan ke Banyuwangi dulunya hanya sekitar 491 ribu orang, kini mencapai 5,3 juta orang pertahun. Jika dahulu tingkat kemiskinan warga Banyuwangi di angka 20,4 persen, kini turun menjadi 7,52 persen. Salah satu terendah di Jatim.

"Ini sejalan dengan amanat yang disampaikan Ibu Ketua Umum Ibu Megawati Soekarnoputri, agar kebudayaan terus ditumbuhkan. Kita lihat Bodjonegoro yang kaya minyak saja masih 12 persen kemiskinannya," kata Anas.

"Sehingga Presiden pernah pidato kalau mau belajar Sillicon Valey belajarlah ke Bandung, tapi kalau belajar menurunkan kemiskinan belajarlah ke Banyuwangi," tambahnya.

Pendapatan perkapita masyarakat Banyuwangi juga meningkat. Dulunya hanya Rp14 juta pertahun, dan kini sudah mencapai Rp51,8 juta. (Baca Juga: Evakuasi Seorang Remaja di Bombana yang Dililit Ular Berjalan Dramatis)

"Kami tidak ada kawasan industri, seperti Lamongan, Tuban, dan seterusnya. Kami punya budaya, karena DNA Indonesia adalah budaya, maka budaya kita ini yang kita jadikan strategi untuk membangun daerah," ucapnya.

Satu hal lagi, Anas mengatakan Banyuwangi adalah bukti bahwa daerah boleh maju dengan budaya dan pariwisata, namun sawah-sawah rakyat tak boleh dikorbankan. Kerap terjadi ketika pariwisata meningkat dan nilai properti membumbung tinggi, tanah rakyat diperjualbelikan demi mengakomodasi pemodal besar.

"Ini mungkin menyampaikannya mudah, tapi saya sudah 10 tahun agak sakit perut menahan ini. Betapa kepentingan luar biasa, misal properti di sekitar bandara. Tapi pesan Ketua Umum, supaya keseimbangan ini dijaga," pungkas dia.
(mhd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3019 seconds (0.1#10.140)