Perluas Pasar, Desa Produsen Kendang Djimbe di Blitar Diusulkan Sebagai Desa Devisa
loading...
A
A
A
BLITAR - Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa mendukung Desa Minggirsari, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar, penghasil kendang Djimbe menjadi desa devisa untuk memperluas pasar internasionalnya.
"Kami memang sedang hunting untuk memenuhi kuota 15 desa devisa yang disiapkan oleh LPEI (Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia). Desa Minggirsari ini oleh Pak Kadisperindag Jatim sudah diusulkan masuk dalam list desa yang akan di assestment oleh LPEI," kata Khofifah, Selasa (1/3/2022).
Baca juga: Diduga Cabuli Anak di Bawah Umur, AKBP M Berhadapan dengan Etik dan Pidana
Mantan Menteri Sosial (Mensos) itu mengatakan, keuntungan menjadi desa devisa adalah mendapatkan dukungan pembiayaan , perluasan akses pasar serta desain baru dari LPEI. Dukungan itu diharapkan dapat meningkatkan produktivitas desa tersebut. "Sehingga dampaknya akan bisa dirasakan langsung oleh pelaku industri kreatif warga setempat," katanya.
Selain bantuan pembiayaan, lanjutnya, desa devisa juga akan mendapatkan pendampingan guna meningkatkan nilai jual. Diantaranya dengan mendatangkan designer yang akan membantu mendesain produk sesuai dengan permintaan pasar dari negara tujuan. Juga akan dibantu dalam perluasan akses marketnya.
"Bulan Maret ini mudah-mudahan LPEI pusat akan datang ke Jatim lagi untuk melakukan assestmen. Jadi semua proses sampai persetujuan desa devisa adalah oleh LPEI pusat atas usulan disperindag provinsi," jelasnya.
Khofifah menjelaskan, untuk dapat diusulkan menjadi desa devisa, sebuah desa harus memenuhi beberapa kualifikasi yang ditetapkan LPEI. Diantaranya memilki produk yang unik, memiliki produk mandiri, terdapat beberapa pengrajin dalam desa tersebut, dan pengrajinnya telah ada dalam satu asosiasi.
"Syaratnya, bahwa produknya unik, produk sendiri bukan menjual produknya karya pihak lain . Satu desa itu ada beberapa unit pengrajinnya yang keempat bahwa di desa itu unit pengrajin ini sudah terasosiasi dalam pengelompokan koperasi atau asosiasi," jelasnya.
Besar harapan Khofifah agar Desa Minggirsari ini bisa mendapatkan persetujuan dari LPEI pusat sebagai desa devisa. Pasalnya kendang Djimbe ini sesungguhnya telah merambah pasar mancanegara di China dan sedang mencoba pangsa pasar di Brazil. "Agenda G20 di Indonesia akan memunculkan banyak peluang pasar yang bisa didapatkan," pungkasnya.
Kendang Djimbe asal Blitar ini dibuat dengan berbahan dasar kayu mahoni. Salah satu produsen adalah CV Maharani Abadi yang produksinya mencapai 125 unit kendang dengan mempekerjakan 14 orang pekerja. "Saya sampaikan terima kasih jika produksi Djimbe kami masuk kualifikasi LPEI. Apalagi nanti akan mendapat dukungan pembiayaan," kata pemilik CV. Maharani Abadi, Basuki
Lihat Juga: Peringati Hari Pahlawan, Pj Gubernur Jatim: Momentum untuk Implementasikan Sifat dan Nilai Kepahlawanan
"Kami memang sedang hunting untuk memenuhi kuota 15 desa devisa yang disiapkan oleh LPEI (Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia). Desa Minggirsari ini oleh Pak Kadisperindag Jatim sudah diusulkan masuk dalam list desa yang akan di assestment oleh LPEI," kata Khofifah, Selasa (1/3/2022).
Baca juga: Diduga Cabuli Anak di Bawah Umur, AKBP M Berhadapan dengan Etik dan Pidana
Mantan Menteri Sosial (Mensos) itu mengatakan, keuntungan menjadi desa devisa adalah mendapatkan dukungan pembiayaan , perluasan akses pasar serta desain baru dari LPEI. Dukungan itu diharapkan dapat meningkatkan produktivitas desa tersebut. "Sehingga dampaknya akan bisa dirasakan langsung oleh pelaku industri kreatif warga setempat," katanya.
Selain bantuan pembiayaan, lanjutnya, desa devisa juga akan mendapatkan pendampingan guna meningkatkan nilai jual. Diantaranya dengan mendatangkan designer yang akan membantu mendesain produk sesuai dengan permintaan pasar dari negara tujuan. Juga akan dibantu dalam perluasan akses marketnya.
"Bulan Maret ini mudah-mudahan LPEI pusat akan datang ke Jatim lagi untuk melakukan assestmen. Jadi semua proses sampai persetujuan desa devisa adalah oleh LPEI pusat atas usulan disperindag provinsi," jelasnya.
Khofifah menjelaskan, untuk dapat diusulkan menjadi desa devisa, sebuah desa harus memenuhi beberapa kualifikasi yang ditetapkan LPEI. Diantaranya memilki produk yang unik, memiliki produk mandiri, terdapat beberapa pengrajin dalam desa tersebut, dan pengrajinnya telah ada dalam satu asosiasi.
"Syaratnya, bahwa produknya unik, produk sendiri bukan menjual produknya karya pihak lain . Satu desa itu ada beberapa unit pengrajinnya yang keempat bahwa di desa itu unit pengrajin ini sudah terasosiasi dalam pengelompokan koperasi atau asosiasi," jelasnya.
Besar harapan Khofifah agar Desa Minggirsari ini bisa mendapatkan persetujuan dari LPEI pusat sebagai desa devisa. Pasalnya kendang Djimbe ini sesungguhnya telah merambah pasar mancanegara di China dan sedang mencoba pangsa pasar di Brazil. "Agenda G20 di Indonesia akan memunculkan banyak peluang pasar yang bisa didapatkan," pungkasnya.
Kendang Djimbe asal Blitar ini dibuat dengan berbahan dasar kayu mahoni. Salah satu produsen adalah CV Maharani Abadi yang produksinya mencapai 125 unit kendang dengan mempekerjakan 14 orang pekerja. "Saya sampaikan terima kasih jika produksi Djimbe kami masuk kualifikasi LPEI. Apalagi nanti akan mendapat dukungan pembiayaan," kata pemilik CV. Maharani Abadi, Basuki
Lihat Juga: Peringati Hari Pahlawan, Pj Gubernur Jatim: Momentum untuk Implementasikan Sifat dan Nilai Kepahlawanan
(msd)