Rakai Pikatan, Kisah Cinta Sejati Penguasa Mataram Kuno Pemersatu 2 Wangsa

Minggu, 02 Januari 2022 - 05:13 WIB
loading...
A A A
Di masa tersebut gelarmpubelum identik dengan kaum laki-laki. Selir bernama Rakai Watan Mpu Tamer ini merupakan nenek dari istriDyah Balitung, yaitu raja yang mengeluarkanprasasti Mantyasih(907).
Prasasti Wantil disebut jugaPrasasti Siwagrhayang dikeluarkan pada tanggal12 November856. Prasasti ini selain menyebut pendirian istana Mamratipura, juga menyebut tentang pendirian bangunan suci Siwagrha, yang diterjemahkan sebagai Candi Siwa.

Berdasarkan ciri-ciri yang digambarkan dalam prasasti tersebut, Candi Siwa identik dengan salah satu candi utama pada komplekCandi Prambanan. Dengan demikian, bangunan utama pada komplek tersebut dibangun oleh Rakai Pikatan, sedangkan candi-candi kecil lainnya mungkin dibangun pada masa raja-raja selanjutnya.



Prasasti Wantil juga menyebutkan bahwa Rakai Pikatan alias Rakai Mamrati turun takhta menjadibrahmanabergelar Sang Jatiningrat pada tahun856. TakhtaKerajaan Medangkemudian dipegang oleh putra bungsunya, yaituDyah LokapalaaliasRakai Kayuwangi.

Penunjukan putra bungsu sebagaimaharajaini kiranya berdasarkan atas jasa mengalahkan Rakai Walaing Mpu Kumbhayoni sang pemberontak. Ini menyebabkan ketidakpuasan karena kelak munculprasasti Munggu Antanatas nama Maharaja Rakai Gurunwangi. Nama ini tidak terdapat dalam daftar rajaprasasti Mantyasih, sehingga dapat diperkirakan pada akhir pemerintahanRakai Kayuwangitelah terjadi perpecahan kerajaan.

Nama Rakai Gurunwangi Dyah Saladu dan Dyah Ranu ditemukan dalam prasasti Plaosan setelah Rakai Pikatan. Mungkin mereka adalah anak Rakai Pikatan. Atau mungkin juga hubungan antara Dyah Ranu dan Dyah Saladu adalah suami istri.
Pada tahun807Mpu Manuku sudah menjadi pejabat, yaitu sebagai Rakai Patapan. Ia turun takhta menjadibrahmanapada tahun856. Mungkin saat itu usianya sudah di atas 70 tahun. Setelah meninggal dunia, Sang Jatiningrat dimakamkan atau didharmakan di desa Pastika.

Daftar pustaka:

Marwati Poesponegoro & Nugroho Notosusanto. 1990.Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka
Slamet Muljana. 2006.Sriwijaya(terbitan ulang 1960). Yogyakarta: LKIS
(aww)
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1837 seconds (0.1#10.140)