Makin Matang, Pengembangan Pesawat Haerul Masuk Tahap Uji Coba
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Pengembangan pesawat Haerul, pemuda asal Kabupaten Pinrang makin matang. Saat ini proses pengembangannya sudah memasuki tahapan uji coba.
Progres pesawat swayasa tersebut telah mencapai 80 persen perampungan. Tinggal menambahkan beberapa item yang diperlukan untuk kemudian dilakukan uji coba secara menyeluruh.
Rektor Universitas Hasanuddin ( Unhas ), Dwia Aries Tina Pulubuhu sudah meninjau langsung pesawat tersebut didampingi Tim Pendamping Pesawat Haerul (PPH) dan jajaran pimpinan Fakultas Teknik (FT) Unhas, di Kampus Unhas Gowa, Kamis (30/12/2021).
Dwia mengapresiasi kinerja Tim PPH Unhas dalam mengembangkan pesawat tersebut. Dia mengatakan, Unhas dengan kompetensi sebagai Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTM-BH) mendukung penyempurnaan pesawat karya Haerul.
“Apalagi, didukung oleh Center of Technology yang memiliki laboratorium aerodinamika canggih. Pesawat ini diharapkan bisa bermanfaat pada masa mendatang,” kata Dwia.
Ketua Tim PPH FT Unhas, Nasaruddin Salam menjelaskan pengkajian desain pesawat ultralight telah dirancang sejak Agustus 2020 lalu. Pesawat ultralight model sport ini dirancang Tim PPH dengan menggabungkan beberapa disiplin ilmu. Namun, desain awalnya dimulai dari sisi aerodinamika.
Terkait proses penyelesaian pesawat, Nasaruddin mengatakan tantangan yang dihadapi pada kelengkapan komponen mesin yakni engine dan black box yang langsung didatangkan dari Amerika. Namun, secara menyeluruh komponen lainnya merupakan buatan langsung dari Unhas.
"Pesawat ini sudah selesai, tinggal dilakukan uji coba secara menyeluruh mulai dari sistem kontrol, uji coba terbang hingga daya dorong. Karena pesawat ini awalnya dari Pinrang, maka kita akan kembalikan lagi ke daerah asalnya. Seluruh pembiayaan merupakan dana internal dari Unhas dengan masa pengerjaan hingga selesai kurang lebih membutuhkan waktu satu tahun," ungkapnya.
Haerul menjadi viral di seluruh Indonesia menyusul keberhasilannya menerbangkan pesawat rakitan sendiri. Pesawat tersebut dibuat secara otodidak. Walaupun secara faktual dapat terbang, namun belum memiliki standarisasi keamanan dan kelayakan. Untuk mendukung inovasi Haerul, FT Unhas kemudian berkolaborasi mengembangkan desain dan standarisasi pesawat rakitannya.
Pesawat Haerul yang dikembangkan oleh Tim PPH Unhas memiliki maksimal kecepatan terbang hingga 160 km/jam, serta jarak tempuh 482,7 kilometer dengan ketinggian jelajah 1.524 meter.
Pesawat yang memuat dua penumpang tersebut mampu menerima beban hingga 596 kilogram. Setiap penumpang memiliki maksimal berat rata-rata 65 kilogram.
Proyek pengerjaan pesawat ultralight ini merupakan pertama kali bagi Unhas dalam pembuatan pesawat langsung. Walaupun secara teori sudah lama diajarkan, termasuk uji model sudah sering kali dilakukan di laboratorium, seperti uji gaya angkat dan gaya hambat pada pesawat.
Selama pengerjaan pesawat, Tim PPH bersama tim monitoring diawasi oleh Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) sebagai organisasi olahraga dirgantara di Indonesia. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan aspek kelayakan dan keamanan saat beroperasi.
"Pemanfaatan pesawat ini bisa digunakan sesuai kebutuhan, bisa untuk membantu dalam bidang pertanian seperti penyemprotan hama. Kehadiran pesawat ini kita harapkan semakin meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap Unhas dan tentunya akan menjadi jalan untuk melahirkan inovasi lainnya. Kita akan terus melakukan pengembangan dan penyempurnaan untuk pesawat ini," tukas Nasaruddin.
Progres pesawat swayasa tersebut telah mencapai 80 persen perampungan. Tinggal menambahkan beberapa item yang diperlukan untuk kemudian dilakukan uji coba secara menyeluruh.
Rektor Universitas Hasanuddin ( Unhas ), Dwia Aries Tina Pulubuhu sudah meninjau langsung pesawat tersebut didampingi Tim Pendamping Pesawat Haerul (PPH) dan jajaran pimpinan Fakultas Teknik (FT) Unhas, di Kampus Unhas Gowa, Kamis (30/12/2021).
Dwia mengapresiasi kinerja Tim PPH Unhas dalam mengembangkan pesawat tersebut. Dia mengatakan, Unhas dengan kompetensi sebagai Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTM-BH) mendukung penyempurnaan pesawat karya Haerul.
“Apalagi, didukung oleh Center of Technology yang memiliki laboratorium aerodinamika canggih. Pesawat ini diharapkan bisa bermanfaat pada masa mendatang,” kata Dwia.
Ketua Tim PPH FT Unhas, Nasaruddin Salam menjelaskan pengkajian desain pesawat ultralight telah dirancang sejak Agustus 2020 lalu. Pesawat ultralight model sport ini dirancang Tim PPH dengan menggabungkan beberapa disiplin ilmu. Namun, desain awalnya dimulai dari sisi aerodinamika.
Terkait proses penyelesaian pesawat, Nasaruddin mengatakan tantangan yang dihadapi pada kelengkapan komponen mesin yakni engine dan black box yang langsung didatangkan dari Amerika. Namun, secara menyeluruh komponen lainnya merupakan buatan langsung dari Unhas.
"Pesawat ini sudah selesai, tinggal dilakukan uji coba secara menyeluruh mulai dari sistem kontrol, uji coba terbang hingga daya dorong. Karena pesawat ini awalnya dari Pinrang, maka kita akan kembalikan lagi ke daerah asalnya. Seluruh pembiayaan merupakan dana internal dari Unhas dengan masa pengerjaan hingga selesai kurang lebih membutuhkan waktu satu tahun," ungkapnya.
Haerul menjadi viral di seluruh Indonesia menyusul keberhasilannya menerbangkan pesawat rakitan sendiri. Pesawat tersebut dibuat secara otodidak. Walaupun secara faktual dapat terbang, namun belum memiliki standarisasi keamanan dan kelayakan. Untuk mendukung inovasi Haerul, FT Unhas kemudian berkolaborasi mengembangkan desain dan standarisasi pesawat rakitannya.
Pesawat Haerul yang dikembangkan oleh Tim PPH Unhas memiliki maksimal kecepatan terbang hingga 160 km/jam, serta jarak tempuh 482,7 kilometer dengan ketinggian jelajah 1.524 meter.
Pesawat yang memuat dua penumpang tersebut mampu menerima beban hingga 596 kilogram. Setiap penumpang memiliki maksimal berat rata-rata 65 kilogram.
Proyek pengerjaan pesawat ultralight ini merupakan pertama kali bagi Unhas dalam pembuatan pesawat langsung. Walaupun secara teori sudah lama diajarkan, termasuk uji model sudah sering kali dilakukan di laboratorium, seperti uji gaya angkat dan gaya hambat pada pesawat.
Selama pengerjaan pesawat, Tim PPH bersama tim monitoring diawasi oleh Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) sebagai organisasi olahraga dirgantara di Indonesia. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan aspek kelayakan dan keamanan saat beroperasi.
"Pemanfaatan pesawat ini bisa digunakan sesuai kebutuhan, bisa untuk membantu dalam bidang pertanian seperti penyemprotan hama. Kehadiran pesawat ini kita harapkan semakin meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap Unhas dan tentunya akan menjadi jalan untuk melahirkan inovasi lainnya. Kita akan terus melakukan pengembangan dan penyempurnaan untuk pesawat ini," tukas Nasaruddin.
(agn)