5 Bencana Besar di Tanah Air Selama 2021, Nomor 3 Paling Dahsyat
loading...
A
A
A
SURABAYA - Bencana alam datang silih berganti di Indonesia sepanjang 2021. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ribuan aktivitas bencana alam terjadi dalam kurun waktu 1 Januari-26 Desember 2021.
Yang mendominasi adalah bencana banjir yang melanda seluruh wilayah Indonesia. "Total bencana tahun 2021 sebanyak 3.034," tulis infografis dalam akun Twitter @BNPB_Indonesia dikutip, Senin (27/12/2021).
Dari 3.034 bencana itu terinci sebagai berikut, gempa bumi 31, erupsi gunung 1, kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) 265, kekeringan 15, banjir 1.279, tanah longsor 621, cuaca ekstrem 779, dan gelombang pasang serta abrasi 43.
Kemudian dampak dari 3.034 bencana di Indonesia di antaranya; meninggal dunia 662, menderita serta mengungsi 8.393.273, hilang 95, luka-luka 14.113.
Baca juga: Bangkalan Hujan Es, Pohon dan Lapak PKL Bertumbangan di Akses Suramadu
Bencana alam di Indonesia juga merusak bangunan dan fasilitas lainnya. 141.649 rumah rusak dengan rincian 19.117 rusak berat, 25.335 rusak sedang, 97.197 rusak ringan. 3.687 fasilitas rusak dengan rincian 1.492 fasilitas pendidikan, 1.840 fasilitas peribadatan, 355 fasilitas kesehatan.
Berikut lima bencana alam terbesar di Indonesia sepanjang 2021:
Banjir bandang melanda delapan daerah di Nganjuk dan menewaskan 19 orang.Foto/ist
1. Banjir Bandang Nganjuk
Banjir bandang menerjang delapan desa dan kelurahan di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, Minggu malam 14 Februari 2021. Delapan daerah yang diterjang banjir bandang itu di antaranya Desa Sendangbumen, Dessa Sonopatik dan Desa Grojokan, Kecamatan Berbek.
Banjir bandang terus bergerak dan meluber ke wilayah Kecamatan Kota Nganjuk seperti di Kelurahan Ploso, Kelurahan Jatirejo dan Kelurahan Payaman. Banjir bandang juga menerjang Desa Sukorejo dan Desa Tanjungrejo, Kecamatan Loceret.
Dampak dari kejadian ini, sebanyak 19 orang meninggal dunia, 2 orang luka-luka, dan 18 orang mengalami luka saat menyelamatkan diri dari tanah longsor. Dari kejadian ini, 54 KK/186 jiwa terdampak, 142 jiwa di antaranya mengungsi di depan SDN Ngetos. Delapan rumah mengalami kerusakan dengan kategori berat sebagai akibat dari dampak kejadian bencana ini.
Longsor di Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, tewaskan 40 orang.Foto/ist
2. Tanah Longsor di Sumedang
Bencana tanah longsor menerjang Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat pada Sabtu 9 Januari 2021 pukul 16.00 WIB. Bencana ini terjadi 2 (dua) kali di lokasi yang sama dengan longsor susulan yang datang selang waktu 3 jam setelah kejadian longsor pertama yaitu pukul 19.00 WIB.
Akibat kejadian ini, sebanyak 40 orang tewas, 25 luka-luka dan 1.119 mengungsi.
Bencana sebagai dampak Siklon Tropis Seroja di NTT mengakibatkan 184 orang tewas.Foto/ist
3. Siklon Tropis Seroja NTT
Siklon Seroja terbentuk pada 3 April 2021 di perairan Pulau Sawu di wilayah selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pada 6 April 2021 pukul 02.00 WITA (01.00 WIB), Siklon Seroja terus bergerak dengan kecepatan 14 km/jam ke arah barat daya barat, menjauhi garis pantai Indonesia.
Laporan Pusdalops BNPB, beberapa bencana terjadi hampir bersamaan sebagai dampak dari terbentuknya Siklon Seroja. Yakni angin kencang, gelombang pasang, banjir, banjir rob, banjir bandang dan tanah longsor. Ada dua provinsi yang terdampak yaitu NTT dan Nusa Tenggara Barat (NTB).
Banjir bandang dan tanah longsor menjadi bencana yang paling banyak memakan korban tewas. Total korban tewas 184 orang, rinciannya 182 orang di NTT dan dua orang di NTB, tepatnya di Kabupaten Bima. Di Provinsi NTT, Kabupaten Flores menjadi kabupaten dengan jumlah korban tewas terbanyak, yakni 72 orang.
Kabupaten Lembata dan Kabupaten Alor menjadi urutan ke 2 dalam jumlah korban meninggal dengan jumlah kematian 46 orang di Kabupaten Lembata dan 29 orang di Kabupaten Alor.
Selain korban meninggal, korban luka total tercatat 124 orang luka berat, 20 orang luka sedang, 33 orang luka ringan dan 47 orang hilang. Kerusakan bangunan rumah sejumlah 6.407 rumah rusak berat, 7.231 rumah rusak sedang dan 39.895 rumah rusak ringan.
Kerusakan parah sebuah bangunan akibat gempa bumi M5,9 di Sulawesi Barat.Foto/ist
4. Gempa Bumi di Sulawesi Barat (Sulbar)
Bencana ini terjadi awal tahun, tepatnya 14 Januari 2021. Dampak gempa ini cukup besar. Korban tewas sebanyak 101 orang, terbesar dalam sejarah bencana selama setahun ini. Selain itu, 3 jiwa hilang, 95.157 jiwa mengungsi.
Gempa juga mengakibatkan total 11.124 jiwa terluka dengan rincian 5.562 jiwa luka berat, 278 jiwa luka sedang, dan 5.284 jiwa luka ringan. Sebanyak 16.293 rumah rusak. Di Kabupaten Majene terdapat 1.782 rumah berat, 1.140 rumah rusak sedang, 1.177 rumah rusak ringan.
Di Kabupaten Mamasa terdapat 47 rumah rusak berat, 139 rumah rusak sedang, dan 580 rumah rusak ringan. Kabupaten Mamuju memiliki kerusakan terbanyak dengan 2.054 rumah rusak berat, 3.843 rumah rusak berat, dan 5.526 rumah rusak ringan.
Pengungsian terbagi menjadi 20 titik (29.119 jiwa) di Majene, 230 titik pengungsian (60.505 jiwa) di Mamuju, dan 107 titik pengungsian (5.433 jiwa) di Polewali Mandar.
Gempa besar ini diawali oleh gempa pembuka dengan magnitudo 5,9 SR pada tanggal 14 Januari pada pukul 13.35 WIB. Menurut BMKG, gempa pertama tersebut berada pada lokasi: 2.99 LS, 118.89 BT (Kedalaman 10 KM), 4 KM Barat Laut Majene-Sulbar.
Penampakan salah satu desa di Lumajang yang terdampak erupsi Gunung Semeru.Foto/ist
5. Erupsi Gunung Semeru
Erupsi Gunung Semeru di Jawa Timur terjadi pada 4 Desember 2021. Gunung tertinggi di Pulau Jawa yang terletak di perbatasan antara Kabupaten Malang dan Lumajang, Jawa Timur itu mengeluarkan guguran awan panas sekitar pukul 15.00 WIB.
Koordinator Mitigasi Gunungapi Pusat Vulkanologi, dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kristianto membeberkan kronologi meletusnya Gunung Semeru. Kata Kristianto, sebelum erupsi, Gunung Semeru sempat mengeluarkan lahar pada pukul 13.30 WIB.
Daerah yang terdampak antara lain Kecamatan Pronojiwo dan Kecamatan Candipuro, Lumajang. Berdasarkan data Pos Komando (Posko) Tanggap Darurat Erupsi Gunung Semeru per 21 Desember 2021 pukul 18.00 WIB, korban meninggal bertambah 1 jiwa sehingga total meninggal dunia akibat erupsi menjadi 51 jiwa.
Jumlah warga mengungsi berjumlah 10.395 jiwa tersebar di 410 titik pengungsian. Pengungsian terkonsentrasi di tiga kecamatan yaitu Pasirian 17 titik dengan 1.746 jiwa, Candipuro 21 titik 4.645 jiwa, dan Pronojiwo 8 titik 1.077 jiwa.
Sebaran titik pengungsi juga teridentifikasi di Kabupaten Lumajang. Sedangkan di luar kabupaten tersebut, pengungsian berada di Kabupaten Malang 9 titik 341 jiwa, Blitar 1 titik 3 jiwa, Jember 3 titik 13 jiwa dan Probolinggo 1 titik 11 jiwa.
Yang mendominasi adalah bencana banjir yang melanda seluruh wilayah Indonesia. "Total bencana tahun 2021 sebanyak 3.034," tulis infografis dalam akun Twitter @BNPB_Indonesia dikutip, Senin (27/12/2021).
Dari 3.034 bencana itu terinci sebagai berikut, gempa bumi 31, erupsi gunung 1, kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) 265, kekeringan 15, banjir 1.279, tanah longsor 621, cuaca ekstrem 779, dan gelombang pasang serta abrasi 43.
Kemudian dampak dari 3.034 bencana di Indonesia di antaranya; meninggal dunia 662, menderita serta mengungsi 8.393.273, hilang 95, luka-luka 14.113.
Baca juga: Bangkalan Hujan Es, Pohon dan Lapak PKL Bertumbangan di Akses Suramadu
Bencana alam di Indonesia juga merusak bangunan dan fasilitas lainnya. 141.649 rumah rusak dengan rincian 19.117 rusak berat, 25.335 rusak sedang, 97.197 rusak ringan. 3.687 fasilitas rusak dengan rincian 1.492 fasilitas pendidikan, 1.840 fasilitas peribadatan, 355 fasilitas kesehatan.
Berikut lima bencana alam terbesar di Indonesia sepanjang 2021:
Banjir bandang melanda delapan daerah di Nganjuk dan menewaskan 19 orang.Foto/ist
1. Banjir Bandang Nganjuk
Banjir bandang menerjang delapan desa dan kelurahan di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, Minggu malam 14 Februari 2021. Delapan daerah yang diterjang banjir bandang itu di antaranya Desa Sendangbumen, Dessa Sonopatik dan Desa Grojokan, Kecamatan Berbek.
Banjir bandang terus bergerak dan meluber ke wilayah Kecamatan Kota Nganjuk seperti di Kelurahan Ploso, Kelurahan Jatirejo dan Kelurahan Payaman. Banjir bandang juga menerjang Desa Sukorejo dan Desa Tanjungrejo, Kecamatan Loceret.
Dampak dari kejadian ini, sebanyak 19 orang meninggal dunia, 2 orang luka-luka, dan 18 orang mengalami luka saat menyelamatkan diri dari tanah longsor. Dari kejadian ini, 54 KK/186 jiwa terdampak, 142 jiwa di antaranya mengungsi di depan SDN Ngetos. Delapan rumah mengalami kerusakan dengan kategori berat sebagai akibat dari dampak kejadian bencana ini.
Longsor di Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, tewaskan 40 orang.Foto/ist
2. Tanah Longsor di Sumedang
Bencana tanah longsor menerjang Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat pada Sabtu 9 Januari 2021 pukul 16.00 WIB. Bencana ini terjadi 2 (dua) kali di lokasi yang sama dengan longsor susulan yang datang selang waktu 3 jam setelah kejadian longsor pertama yaitu pukul 19.00 WIB.
Akibat kejadian ini, sebanyak 40 orang tewas, 25 luka-luka dan 1.119 mengungsi.
Bencana sebagai dampak Siklon Tropis Seroja di NTT mengakibatkan 184 orang tewas.Foto/ist
3. Siklon Tropis Seroja NTT
Siklon Seroja terbentuk pada 3 April 2021 di perairan Pulau Sawu di wilayah selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pada 6 April 2021 pukul 02.00 WITA (01.00 WIB), Siklon Seroja terus bergerak dengan kecepatan 14 km/jam ke arah barat daya barat, menjauhi garis pantai Indonesia.
Laporan Pusdalops BNPB, beberapa bencana terjadi hampir bersamaan sebagai dampak dari terbentuknya Siklon Seroja. Yakni angin kencang, gelombang pasang, banjir, banjir rob, banjir bandang dan tanah longsor. Ada dua provinsi yang terdampak yaitu NTT dan Nusa Tenggara Barat (NTB).
Banjir bandang dan tanah longsor menjadi bencana yang paling banyak memakan korban tewas. Total korban tewas 184 orang, rinciannya 182 orang di NTT dan dua orang di NTB, tepatnya di Kabupaten Bima. Di Provinsi NTT, Kabupaten Flores menjadi kabupaten dengan jumlah korban tewas terbanyak, yakni 72 orang.
Kabupaten Lembata dan Kabupaten Alor menjadi urutan ke 2 dalam jumlah korban meninggal dengan jumlah kematian 46 orang di Kabupaten Lembata dan 29 orang di Kabupaten Alor.
Selain korban meninggal, korban luka total tercatat 124 orang luka berat, 20 orang luka sedang, 33 orang luka ringan dan 47 orang hilang. Kerusakan bangunan rumah sejumlah 6.407 rumah rusak berat, 7.231 rumah rusak sedang dan 39.895 rumah rusak ringan.
Kerusakan parah sebuah bangunan akibat gempa bumi M5,9 di Sulawesi Barat.Foto/ist
4. Gempa Bumi di Sulawesi Barat (Sulbar)
Bencana ini terjadi awal tahun, tepatnya 14 Januari 2021. Dampak gempa ini cukup besar. Korban tewas sebanyak 101 orang, terbesar dalam sejarah bencana selama setahun ini. Selain itu, 3 jiwa hilang, 95.157 jiwa mengungsi.
Gempa juga mengakibatkan total 11.124 jiwa terluka dengan rincian 5.562 jiwa luka berat, 278 jiwa luka sedang, dan 5.284 jiwa luka ringan. Sebanyak 16.293 rumah rusak. Di Kabupaten Majene terdapat 1.782 rumah berat, 1.140 rumah rusak sedang, 1.177 rumah rusak ringan.
Di Kabupaten Mamasa terdapat 47 rumah rusak berat, 139 rumah rusak sedang, dan 580 rumah rusak ringan. Kabupaten Mamuju memiliki kerusakan terbanyak dengan 2.054 rumah rusak berat, 3.843 rumah rusak berat, dan 5.526 rumah rusak ringan.
Pengungsian terbagi menjadi 20 titik (29.119 jiwa) di Majene, 230 titik pengungsian (60.505 jiwa) di Mamuju, dan 107 titik pengungsian (5.433 jiwa) di Polewali Mandar.
Gempa besar ini diawali oleh gempa pembuka dengan magnitudo 5,9 SR pada tanggal 14 Januari pada pukul 13.35 WIB. Menurut BMKG, gempa pertama tersebut berada pada lokasi: 2.99 LS, 118.89 BT (Kedalaman 10 KM), 4 KM Barat Laut Majene-Sulbar.
Penampakan salah satu desa di Lumajang yang terdampak erupsi Gunung Semeru.Foto/ist
5. Erupsi Gunung Semeru
Erupsi Gunung Semeru di Jawa Timur terjadi pada 4 Desember 2021. Gunung tertinggi di Pulau Jawa yang terletak di perbatasan antara Kabupaten Malang dan Lumajang, Jawa Timur itu mengeluarkan guguran awan panas sekitar pukul 15.00 WIB.
Koordinator Mitigasi Gunungapi Pusat Vulkanologi, dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kristianto membeberkan kronologi meletusnya Gunung Semeru. Kata Kristianto, sebelum erupsi, Gunung Semeru sempat mengeluarkan lahar pada pukul 13.30 WIB.
Daerah yang terdampak antara lain Kecamatan Pronojiwo dan Kecamatan Candipuro, Lumajang. Berdasarkan data Pos Komando (Posko) Tanggap Darurat Erupsi Gunung Semeru per 21 Desember 2021 pukul 18.00 WIB, korban meninggal bertambah 1 jiwa sehingga total meninggal dunia akibat erupsi menjadi 51 jiwa.
Jumlah warga mengungsi berjumlah 10.395 jiwa tersebar di 410 titik pengungsian. Pengungsian terkonsentrasi di tiga kecamatan yaitu Pasirian 17 titik dengan 1.746 jiwa, Candipuro 21 titik 4.645 jiwa, dan Pronojiwo 8 titik 1.077 jiwa.
Sebaran titik pengungsi juga teridentifikasi di Kabupaten Lumajang. Sedangkan di luar kabupaten tersebut, pengungsian berada di Kabupaten Malang 9 titik 341 jiwa, Blitar 1 titik 3 jiwa, Jember 3 titik 13 jiwa dan Probolinggo 1 titik 11 jiwa.
(msd)