Erupsi Gunung Semeru Disebut Tanpa Peringatan Dini, Ini Penjelasan Ahli Unpad

Selasa, 07 Desember 2021 - 10:18 WIB
loading...
Erupsi Gunung Semeru...
Guru Besar Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran (Unpad) Nana Sulaksana menyebut, proses mitigasi kebencanaan gunung berapi di Indonesia sudah baik.Foto/ilustrasi
A A A
BANDUNG - Peristiwa erupsi Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur mengejutkan banyak pihak. Tak sedikit yang bertanya, kenapa tidak ada peringatan dini sebelum terjadi erupsi, sehingga banyak memakan korban jiwa.

Menanggapi hal itu, Guru Besar Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran (Unpad) Nana Sulaksana menyebut, proses mitigasi kebencanaan gunung berapi di Indonesia sudah baik. Indonesia sudah memiliki peta kawasan rawan bencana yang disusun oleh ahli geologi dan vulkanologi. Peta ini menjadi pedoman lembaga terkait melakukan mitigasi bencana khususnya erupsi gunung berapi.

Baca juga: Doa Bersama Korban Erupsi Semeru, Khofifah Minta Warga di Pengungsian Bersabar

Peta ini telah memetakan wilayah-wilayah rawan bencana, termasuk di dalamnya permukiman yang rawan terdampak serta sungai yang akan menjadi aliran lahar. Selain itu, lokasi pengamatan, jalur evakuasi, hingga lokasi pengungsian sudah dipetakan dengan baik dalam peta tersebut.

“Dari kejadian erupsi Gunung Semeru kemarin, tampak bahwa peta lokasi yang terkena bencana dapat dikatakan 90 persen tepat,” jelasnya.

Dia mengatakan, erupsi gunung berapi sudah bisa diprediksi sebelumnya berdasarkan tanda-tanda alam yang muncul. Hal ini juga telah didukung protokol mitigasi yang baik. Informasi erupsi sudah dapat disampaikan ke masyarakat satu jam sebelum letusan berapi.

“Dalam ukuran satu hari atau satu jam sudah termasuk bagus berdasarkan kacamatan mitigasi bencana. Jadi, erupsi Semeru kemarin bukanlah sesuatu yang terjadi tanpa pemberitahuan,” kata Prof. Nana.

Baca juga: Terhambat COVID-19, Pengisian Kepala SMP yang Kosong di Cimahi Berlarut-larut

Nana menjelaskan, letusan Semeru memiliki karakter sendiri. Hal ini disebabkan, setiap komplek gunung berapi di Indonesia memiliki dapur magmanya tersendiri. “Antara satu gunung api dengan yang lain sebenarnya berbeda. Karena itu, karakternya juga berbeda karena kandungannya berbeda,” ujarnya.

Dilihat dari tipe letusan, berdasarkan hasil penelitian dan historis, Gunung Semeru secara spesifik memiliki erupsi yang besar. Setelah itu, gunung tertinggi di Pulau Jawa tersebut kemudian akan tertidur kembali.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3373 seconds (0.1#10.140)