18 Provinsi Waspada Bencana Alam, Salah Satunya Sulsel
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Sejumlah wilayah di Sulawesi Selatan (Sulsel) diprediksi akan terguyur hujan dengan intensitas ringan hingga lebat. Kondisi ini membuat beberapa daerah mesti mewaspadai potensi bencana alam.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG ) merilis ada 25 provinsi yang akan terdampak potensi hujan lebat. Potensi itu diprediksi terjadi hingga 16 November nanti. Namun tidak menutup kemungkinan akan terus terjadi dalam beberapa hari ke depan.
Dari 25 provinsi tersebut, tujuh di antaranya masuk dalam kategori siaga. Yakni Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, dan Kalimantan Timur. Sisanya 18 provinsi masuk dalam kategori waspada, termasuk Sulsel.
Prakirawan BMKG Wilayah IV Makassar, Agus menyampaikan, berdasarkan hasil analisis ada beberapa wilayah di Sulsel yang akan terdampak hujan dengan intensitas lebat. Makanya, potensi bencana alam seperti banjir, tanah longsor, hingga angin kencang bisa saja terjadi.
Berdasarkan data BMKG Signature, pada 15 November ada 16 kabupaten/kota yang akan mengalami dan terpengaruh intensitas hujan lebat. Yakni di Takalar, Jeneponto, Gowa, Bantaeng, Bulukumba, Sinjai, Bone, Maros, Makassar, Soppeng, Luwu, Palopo, Toraja Utara, Pinrang, Tana Toraja, dan Luwu Utara.
“Dalam beberapa waktu ke depan memang ada potensi cuaca di Sulsel masih hujan dengan kategori ringan hingga lebat. Kondisi ini mengingat musim hujan sudah mulai masuk,” kata dia, Minggu (14/11/2021).
Dia menyebut fenomena la nina juga menambah potensi peningkatan curah hujan di Sulsel. Kondisi ini diprediksi akan terjadi terutama di bagian barat. Sehingga, potensi bencana memang menjadi sesuatu yang perlu diwaspadai.
“Karena adanya la nina maka potensi curah hujan juga bisa meningkat. Mungkin bisa sampai pada kondisi curah hujan yang ekstrem. Tapi tidak setiap hari, ada pada beberapa hari,” terangnya.
Sejauh ini, kata dia, dampak la nina di daerah Sulsel masih dalam kategori lemah. Kendati demikian, intensitasnya diprediksi akan meningkat. Puncaknya diperkirakan terjadi pada Desember hingga Februari 2022 mendatang.
“Dalam kondisi ini biasanya yang paling terdampak di Luwu Raya dan daerah-daerah pesisir barat Sulawesi Selatan. Hampir seluruh wilayah Sulsel, apalagi kalau sudah puncak musim hujan. Ditambah lagi kalau prediksinya la nina akan menguat di akhir tahun ini,” paparnya.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulsel juga sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi musim hujan ini. Terutama terkait potensi dampak yang akan terjadi di sejumlah daerah di Sulsel.
Kepala Sub Bagian Program BPBD Sulsel , Andi Warham Yusni mengungkapkan, sudah ada tim reaksi cepat (TRC) yang dibentuk untuk menyikapi kondisi musim hujan ini. Mereka akan dikerahkan untuk membantu kabupaten/kota ketikasewaktu-waktu terjadi bencana.
“Perintah Plt Gubernur, bencana apapun, baik kecil atau besar BPBD provinsi harus hadir. Jadi ini kita siagakan 30 orang TRC, bilamana ada bencana itu langsung merespons,” ungkapnya.
BPBD Sulsel juga sudah melakukan pemetaan wilayah yang risiko bencananya masuk dalam kategori bahaya. Misalnya daerah yang rawan banjir bandang, angin puting beliung, hingga tanah longsor.
“Yang tinggi itu memang di daerah Luwu Raya. Toraja Utara juga masuk, Tanah Toraja juga sebgian, terus Luwu Utara, Luwu Timur, Palopo juga. Peta bahayanya memang di situ,” sebutnya.
Selain itu, kata dia, pihaknya juga telah mengeluarkan imbauan kepada bupati/wali kota se-Sulsel untuk menyiapsiagakan semua unsur terkait penanggulangan bencana. Khsusnya dalam melakukan pencegahan.
“Pencegahan di sini dalam arti bagaimana kita mengurangi risiko bencana atau dampak bencana. Jadi ketika umpamanya ada banjir tidak ada korban jiwa, luka-luka, itu kita minimalisasi, maupun kerugian harta benda,” sambungnya.
Warham menambahkan, memang berdasarkan hasil koordinasi dengan BMKG prakiraan cuaca pada November berpotensi terjadi fenomena la nona, dengan intensitas moderanya sampai dengan Februari 2022 mendatang.
Maka dari itu, BPBD Sulsel sudah menyiapkan logistik bencana sebagai bentuk respons cepat. Untuk penanganan bencana ini, mereka menyiapkan 6.240 paket bantuan yang disebar ke 24 kabupaten/kota.
“Kita siapkan sekitar 2.160 logistik pangan, 1.140 perlengkapan keluarga, 1.140 perlengkapan bayi, selter kit, dengan selimut. Kita sudah distribusikan ke semua BPBD kabupaten/kota sejak September kemarin,” urainya.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG ) merilis ada 25 provinsi yang akan terdampak potensi hujan lebat. Potensi itu diprediksi terjadi hingga 16 November nanti. Namun tidak menutup kemungkinan akan terus terjadi dalam beberapa hari ke depan.
Dari 25 provinsi tersebut, tujuh di antaranya masuk dalam kategori siaga. Yakni Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, dan Kalimantan Timur. Sisanya 18 provinsi masuk dalam kategori waspada, termasuk Sulsel.
Prakirawan BMKG Wilayah IV Makassar, Agus menyampaikan, berdasarkan hasil analisis ada beberapa wilayah di Sulsel yang akan terdampak hujan dengan intensitas lebat. Makanya, potensi bencana alam seperti banjir, tanah longsor, hingga angin kencang bisa saja terjadi.
Berdasarkan data BMKG Signature, pada 15 November ada 16 kabupaten/kota yang akan mengalami dan terpengaruh intensitas hujan lebat. Yakni di Takalar, Jeneponto, Gowa, Bantaeng, Bulukumba, Sinjai, Bone, Maros, Makassar, Soppeng, Luwu, Palopo, Toraja Utara, Pinrang, Tana Toraja, dan Luwu Utara.
“Dalam beberapa waktu ke depan memang ada potensi cuaca di Sulsel masih hujan dengan kategori ringan hingga lebat. Kondisi ini mengingat musim hujan sudah mulai masuk,” kata dia, Minggu (14/11/2021).
Dia menyebut fenomena la nina juga menambah potensi peningkatan curah hujan di Sulsel. Kondisi ini diprediksi akan terjadi terutama di bagian barat. Sehingga, potensi bencana memang menjadi sesuatu yang perlu diwaspadai.
“Karena adanya la nina maka potensi curah hujan juga bisa meningkat. Mungkin bisa sampai pada kondisi curah hujan yang ekstrem. Tapi tidak setiap hari, ada pada beberapa hari,” terangnya.
Sejauh ini, kata dia, dampak la nina di daerah Sulsel masih dalam kategori lemah. Kendati demikian, intensitasnya diprediksi akan meningkat. Puncaknya diperkirakan terjadi pada Desember hingga Februari 2022 mendatang.
“Dalam kondisi ini biasanya yang paling terdampak di Luwu Raya dan daerah-daerah pesisir barat Sulawesi Selatan. Hampir seluruh wilayah Sulsel, apalagi kalau sudah puncak musim hujan. Ditambah lagi kalau prediksinya la nina akan menguat di akhir tahun ini,” paparnya.
Baca Juga
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulsel juga sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi musim hujan ini. Terutama terkait potensi dampak yang akan terjadi di sejumlah daerah di Sulsel.
Kepala Sub Bagian Program BPBD Sulsel , Andi Warham Yusni mengungkapkan, sudah ada tim reaksi cepat (TRC) yang dibentuk untuk menyikapi kondisi musim hujan ini. Mereka akan dikerahkan untuk membantu kabupaten/kota ketikasewaktu-waktu terjadi bencana.
“Perintah Plt Gubernur, bencana apapun, baik kecil atau besar BPBD provinsi harus hadir. Jadi ini kita siagakan 30 orang TRC, bilamana ada bencana itu langsung merespons,” ungkapnya.
BPBD Sulsel juga sudah melakukan pemetaan wilayah yang risiko bencananya masuk dalam kategori bahaya. Misalnya daerah yang rawan banjir bandang, angin puting beliung, hingga tanah longsor.
“Yang tinggi itu memang di daerah Luwu Raya. Toraja Utara juga masuk, Tanah Toraja juga sebgian, terus Luwu Utara, Luwu Timur, Palopo juga. Peta bahayanya memang di situ,” sebutnya.
Selain itu, kata dia, pihaknya juga telah mengeluarkan imbauan kepada bupati/wali kota se-Sulsel untuk menyiapsiagakan semua unsur terkait penanggulangan bencana. Khsusnya dalam melakukan pencegahan.
“Pencegahan di sini dalam arti bagaimana kita mengurangi risiko bencana atau dampak bencana. Jadi ketika umpamanya ada banjir tidak ada korban jiwa, luka-luka, itu kita minimalisasi, maupun kerugian harta benda,” sambungnya.
Warham menambahkan, memang berdasarkan hasil koordinasi dengan BMKG prakiraan cuaca pada November berpotensi terjadi fenomena la nona, dengan intensitas moderanya sampai dengan Februari 2022 mendatang.
Maka dari itu, BPBD Sulsel sudah menyiapkan logistik bencana sebagai bentuk respons cepat. Untuk penanganan bencana ini, mereka menyiapkan 6.240 paket bantuan yang disebar ke 24 kabupaten/kota.
“Kita siapkan sekitar 2.160 logistik pangan, 1.140 perlengkapan keluarga, 1.140 perlengkapan bayi, selter kit, dengan selimut. Kita sudah distribusikan ke semua BPBD kabupaten/kota sejak September kemarin,” urainya.
(agn)