YABB Ajak Kolaborasi Atasi Penyediaan Akses Air Minum Layak
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Yayasan Anak Bangsa Bisa (YABB), organisasi nirlaba yang merupakan bagian dari GoTo Group, telah meluncurkan Catalyst Changemakers Lab (CCL) pada 5 November 2021 lalu. CCL merupakan sebuah program inovatif bagi parachangemakers(agen perubahan) untuk berkolaborasi dalam mengatasi permasalahan akses air minum layak dan ketahanan bencana hidrometeorologi melalui inovasi dan teknologi.
Untuk itu, CCL mengajak perusahaan rintisan (startup) dan organisasi masyarakat sipil (CSO) untuk bergabung dan melahirkan solusi yang akan diaplikasikan di berbagai kota di Indonesia.
Bersama dengan Social Innovation Accelerator Program (SIAP), sebuah platform pengembangan dan akselerasi wirausaha sosial, YABB menghadirkan CCL untuk mempertemukan para pemangku kepentingan dari multisektor dengan fokus pada pendekatan pola pikir sistematik (system change thinking)dan kepemimpinan transformasional (transformational leadership).
Selanjutnya, Pilot Project akan dilaksanakan untuk memastikan solusi dapat digunakan dengan baik, sehingga pemanfaatan teknologi bisa benar-benar membantu masyarakat luas di berbagai tempat.
Monica Oudang, Chairwoman Yayasan Anak Bangsa Bisamengatakan mengatakan, semua harus menyadari bahwa air merupakan penopang kehidupan manusia. "Namun kami melihat ada dua isu yang membutuhkan kita untuk bergerak bersama. Pertama, air minum layak harus dapat diakses oleh setiap individu. Kedua, bencana terkait air semestinya tidak memberikan kerugian sosial ekonomi yang berat kepada masyarakat," kata dia.
Dirinya melanjutkan, dengan prinsip gotong royong, YABB berkomitmen untuk mendorong perubahan yang mengakar dan berkesinambungan. "Kami berharap CCL dapat menjadi langkah perubahan pada sistem dengan memanfaatkan kolaborasi, inovasi dan teknologi. Hal ini pun kami lakukan dalam mendukung upaya pemerintah demi terwujudnya masyarakat Indonesia yang dapat menikmati air minum layak dan lebih tahan terhadap bencana terkait air," tandanya.
Direktur Perumahan dan Permukiman Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Tri Dewi Virgiyanti mengatakan, pihaknya mengapresiasi upaya yang dilakukan oleh YABB dengan membentuk kolaborasi para changemakers mulai dari perusahaan rintisan (start up), organisasi masyarakat sipil (CSO) serta komunitas untuk membantu percepatan akses terhadap air minum layak dan aman.
"Hal ini sesuai dengan target pemerintah dimana seluruh masyarakat Indonesia memiliki akses terhadap air minum layak di tahun 2024, termasuk 30% akses air minum perpipaan, dan 15% akses air minum yang aman,” katanya.
Tidak hanya permasalahan air minum layak yang masih menjadi pekerjaan kita bersama. Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat bahwa 98% bencana yang terjadi di Indonesia sejak Januari sampai Agustus 2021 adalah bencana hidrometeorologi basah.
Untuk itu, CCL mengajak perusahaan rintisan (startup) dan organisasi masyarakat sipil (CSO) untuk bergabung dan melahirkan solusi yang akan diaplikasikan di berbagai kota di Indonesia.
Bersama dengan Social Innovation Accelerator Program (SIAP), sebuah platform pengembangan dan akselerasi wirausaha sosial, YABB menghadirkan CCL untuk mempertemukan para pemangku kepentingan dari multisektor dengan fokus pada pendekatan pola pikir sistematik (system change thinking)dan kepemimpinan transformasional (transformational leadership).
Selanjutnya, Pilot Project akan dilaksanakan untuk memastikan solusi dapat digunakan dengan baik, sehingga pemanfaatan teknologi bisa benar-benar membantu masyarakat luas di berbagai tempat.
Monica Oudang, Chairwoman Yayasan Anak Bangsa Bisamengatakan mengatakan, semua harus menyadari bahwa air merupakan penopang kehidupan manusia. "Namun kami melihat ada dua isu yang membutuhkan kita untuk bergerak bersama. Pertama, air minum layak harus dapat diakses oleh setiap individu. Kedua, bencana terkait air semestinya tidak memberikan kerugian sosial ekonomi yang berat kepada masyarakat," kata dia.
Dirinya melanjutkan, dengan prinsip gotong royong, YABB berkomitmen untuk mendorong perubahan yang mengakar dan berkesinambungan. "Kami berharap CCL dapat menjadi langkah perubahan pada sistem dengan memanfaatkan kolaborasi, inovasi dan teknologi. Hal ini pun kami lakukan dalam mendukung upaya pemerintah demi terwujudnya masyarakat Indonesia yang dapat menikmati air minum layak dan lebih tahan terhadap bencana terkait air," tandanya.
Direktur Perumahan dan Permukiman Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Tri Dewi Virgiyanti mengatakan, pihaknya mengapresiasi upaya yang dilakukan oleh YABB dengan membentuk kolaborasi para changemakers mulai dari perusahaan rintisan (start up), organisasi masyarakat sipil (CSO) serta komunitas untuk membantu percepatan akses terhadap air minum layak dan aman.
"Hal ini sesuai dengan target pemerintah dimana seluruh masyarakat Indonesia memiliki akses terhadap air minum layak di tahun 2024, termasuk 30% akses air minum perpipaan, dan 15% akses air minum yang aman,” katanya.
Tidak hanya permasalahan air minum layak yang masih menjadi pekerjaan kita bersama. Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat bahwa 98% bencana yang terjadi di Indonesia sejak Januari sampai Agustus 2021 adalah bencana hidrometeorologi basah.