Perjuangan Mahmudah, Nenek 3 Cucu Sopir Truk Tangki Pengantar Ribuan Liter BBM
loading...
A
A
A
SEMARANG - Usianya tak lagi muda, karena tahun depan sudah memasuki setengah abad. Meski begitu, energinya seolah tak berkurang, mengendarai truk tangki merah putih berisi 24.000 liter bahan bakar minyak (BBM).
Namanya Mahmudah, yang disebut sebagai satu-satunya perempuan di Tanah Air sebagai sopir truk tangki Pertamina. Perempuan berkerudung ini merupakan ibu tiga anak sekaligus nenek dari tiga cucu yang sedang lucu-lucunya.
Bukan menikmati hari tua menimang cucu, Mahmudah justru berjibaku di tengah jalan demi mengantarkan BBM hingga pelosok-pelosok daerah. Truk berukuran besar yang dikemudikannya senantiasa merayapi mulusnya aspal jalanan maupun jalan berbatu.
“Saya dari 2013 menjadi sopir truk tangki Pertamina,” katanya mengawali pembicaraan, Minggu (31/10/2021).
Baca juga: Masuk 500 Tokoh Muslim Paling Berpengaruh Dunia, Khofifah Sejajar Presiden Iran Ebrahim Raisi
“Tujuannya kenapa saya bertahan sebagai sopir ini karena ingin bisa mengantar BBM sampai masyarakat, agar kebutuhannya terpenuhi. Selain itu tentunya (penghasilan gaji sopir) juga untuk anak-anak dan keluarga,” imbuh perempuan yang senantiasa energik itu.
Warga Kedung Pucang Bener Purworejo ini pun rela kos di dekat Terminal BBM Rewulu Bantul Yogyakarta, agar pekerjaannya lancar. Setiap hari kerja, dia bisa bolak-balik dari menuju SPBU hingga empat kali. Hampir semua Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di wilayah Kedu meliputi Yogyakarta, Temanggung, Wonosari, dan Purworejo akrab dengan perempuan ini.
“Satu tangki itu isinya 24.000 liter. Di situ dibagi menjadi tiga lubang, masing-masing berisi 8.000 liter. Isinya bisa Solar, Pertamax, Pertalite. Sekali kirim ke SPBU misalnya hanya mengantar Pertalite, nanti sisanya Solar dan Pertamax diantar ke SPBU lain. Makanya kenal semua,” katanya tertawa renyah.
“Biasanya kita jalan mulai pagi pukul 05.00 WIB ambil dari depo, lalu kirim ke SPBU tujuan sampai pukul 08.00 WIB. Kita enggak bisa milih-milih lokasi tujuan, jadi sudah diatur ya kita tinggal jalankan saja. Kalau (pengantaran) kota-kota kita terima, tapi kalau keluar kota ya kita jalankan. Kadang sampai depo lagi itu bisa jam 11 malam atau jam 2 dinihari keesokan harinya, kalau pas luar kota jauh,” beber dia.
Baca juga: Diajak Kencan Bule Prancis, Erni Curi Kartu ATM dan Kuras Saldo Rp46,5 Juta
Keselamatan berkendara selalu menempati urutan pertama ketika Mahmudah hendak melakukan pengantaran BBM. Selain mengenakan sabuk keselamatan, dia juga berpantang menggunakan ponsel ketika berkendara.
“Semua kendaraan sebelum jalan sudah dipastikan kelayakannya. Misalnya ban tidak boleh ada yang gundul, kembangannya harus terlihat. Kondisi mesin juga harus bagus. Termasuk kenek harus ada, tidak diizinkan mengirim BBM tanpa didampingi kenek,” ungkap dia.
Perempuan kelahiran Purworejo 8 September 1972 itu menyampaikan mulai akrab dengan kemudi kendaraan roda empat sejak usia SD. Dia masih ingat ketika orangtuanya membeli truk untuk mengantar dagangan kelapa ke Semarang.
“Dulu bapak sering mengantar ibu ke Semarang. Alhamdulillah saat itu saya masih SD, bapak sudah bisa membeli gerobak (truk). Di situ saya mengamati bapak ketika nyetir, dan saya tertarik. Kemudian saya bisa maju-mundur dan bawa sendiri. Pernah jadi sopir truk pasir,” lugasnya.
Kemudian pada 1995 dia menjadi sopir bus Jurusan Purworejo-Magelang PP. Berlanjut pada 2007, perempuan yang gemar olahraga bulutangkis dan tenis meja itu berpindah mengawaki bus besar pariwisata. Dari semula trayek lokal, kini merambah lintas pulau termasuk Bali.
“Kira-kira sampai 2011, di situ saya rencana sudah mau berhenti. Mau di rumah saja, apalagi SIM juga sudah mati, tidak saya perpanjang. Ternyata ada teman yang bilang kalau adiknya kerja di situ (sebagai sopir tangki Pertamina). Saya lalu diajak menjadi awak mobil tangki (AMT), dan bertahan sampai sekarang,” ungkapnya.
Dukungan keluarga menjadi faktor utama, dia masih bertahan melakoni pekerjaannya. Suaminya yang telah pensiun tak keberatan, ketika ditinggal bekerja. Demikian pula anak bungsunya yang kini kelas XI SMA, mengaku bangga memiliki ibu sopir truk tangki BBM.
“Anak saya yang bontot itu cewek. Dia rajin sekali telepon saya hampir setiap jam, ya menanyakan posisi di mana, sudah makan belum, sudah salat belum. Makanya kalau libur saya benar-benar memanfaatkan waktu untuk anak dan cucu-cucu. Kan kalau libur, semua cucu pasti ke rumah,” tutur dia.
Sementara itu, Supervisor PT Ardina Prima, Sugito Ardina, mengatakan, Mahmudah menjadi salah satu dari 135 sopir yang berada di bawah koordinasinya. Meski satu-satunya perempuan, namun Mahmudah bisa beradaptasi dan menyelesaikan tugasnya.
"Kalau secara performa pekerjaan, Ibu Mahmudah baik-baik saja. Selama ini kinerja standar dengan teman-teman yang lain. Secara pekerjaan kami nilai bagus. Yang lain berangkat pagi pulang malam, dia juga sama,” kata Ardina.
Dia menegaskan, selalu menekankan kepada seluruh AMT untuk mengutamakan keselamatan berkendara. Bukan hanya armada truk berukuran besar, tetapi juga membawa muatan barang berbahaya.
“Safety driving selalu kita tekankan kepada mereka (AMT). Mereka di-briefing pagi setiap hari, kita ingatkan terkait safety driving, kemudian setiap pecan kita adakan juga sharing session setiap Rabu siang sambil makan siang,” ucap dia.
“Kemarin juga ada pelatihan perawatan mobil tangki, termasuk mengatasi jika ada kendala seperti teori api dan penggunaan Apar (alat pemadam api ringan), mengingat muatan mereka ini adalah kategori B3 Bahan Beracun dan Berbahaya. Ketika ada kondisi tidak normal, awak mobil tangki akan menghubungi kita, nanti ada tim yang menuju lokasi untuk penanganan darurat,” pungkasnya
Namanya Mahmudah, yang disebut sebagai satu-satunya perempuan di Tanah Air sebagai sopir truk tangki Pertamina. Perempuan berkerudung ini merupakan ibu tiga anak sekaligus nenek dari tiga cucu yang sedang lucu-lucunya.
Bukan menikmati hari tua menimang cucu, Mahmudah justru berjibaku di tengah jalan demi mengantarkan BBM hingga pelosok-pelosok daerah. Truk berukuran besar yang dikemudikannya senantiasa merayapi mulusnya aspal jalanan maupun jalan berbatu.
“Saya dari 2013 menjadi sopir truk tangki Pertamina,” katanya mengawali pembicaraan, Minggu (31/10/2021).
Baca juga: Masuk 500 Tokoh Muslim Paling Berpengaruh Dunia, Khofifah Sejajar Presiden Iran Ebrahim Raisi
“Tujuannya kenapa saya bertahan sebagai sopir ini karena ingin bisa mengantar BBM sampai masyarakat, agar kebutuhannya terpenuhi. Selain itu tentunya (penghasilan gaji sopir) juga untuk anak-anak dan keluarga,” imbuh perempuan yang senantiasa energik itu.
Warga Kedung Pucang Bener Purworejo ini pun rela kos di dekat Terminal BBM Rewulu Bantul Yogyakarta, agar pekerjaannya lancar. Setiap hari kerja, dia bisa bolak-balik dari menuju SPBU hingga empat kali. Hampir semua Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di wilayah Kedu meliputi Yogyakarta, Temanggung, Wonosari, dan Purworejo akrab dengan perempuan ini.
“Satu tangki itu isinya 24.000 liter. Di situ dibagi menjadi tiga lubang, masing-masing berisi 8.000 liter. Isinya bisa Solar, Pertamax, Pertalite. Sekali kirim ke SPBU misalnya hanya mengantar Pertalite, nanti sisanya Solar dan Pertamax diantar ke SPBU lain. Makanya kenal semua,” katanya tertawa renyah.
“Biasanya kita jalan mulai pagi pukul 05.00 WIB ambil dari depo, lalu kirim ke SPBU tujuan sampai pukul 08.00 WIB. Kita enggak bisa milih-milih lokasi tujuan, jadi sudah diatur ya kita tinggal jalankan saja. Kalau (pengantaran) kota-kota kita terima, tapi kalau keluar kota ya kita jalankan. Kadang sampai depo lagi itu bisa jam 11 malam atau jam 2 dinihari keesokan harinya, kalau pas luar kota jauh,” beber dia.
Baca juga: Diajak Kencan Bule Prancis, Erni Curi Kartu ATM dan Kuras Saldo Rp46,5 Juta
Keselamatan berkendara selalu menempati urutan pertama ketika Mahmudah hendak melakukan pengantaran BBM. Selain mengenakan sabuk keselamatan, dia juga berpantang menggunakan ponsel ketika berkendara.
“Semua kendaraan sebelum jalan sudah dipastikan kelayakannya. Misalnya ban tidak boleh ada yang gundul, kembangannya harus terlihat. Kondisi mesin juga harus bagus. Termasuk kenek harus ada, tidak diizinkan mengirim BBM tanpa didampingi kenek,” ungkap dia.
Perempuan kelahiran Purworejo 8 September 1972 itu menyampaikan mulai akrab dengan kemudi kendaraan roda empat sejak usia SD. Dia masih ingat ketika orangtuanya membeli truk untuk mengantar dagangan kelapa ke Semarang.
“Dulu bapak sering mengantar ibu ke Semarang. Alhamdulillah saat itu saya masih SD, bapak sudah bisa membeli gerobak (truk). Di situ saya mengamati bapak ketika nyetir, dan saya tertarik. Kemudian saya bisa maju-mundur dan bawa sendiri. Pernah jadi sopir truk pasir,” lugasnya.
Kemudian pada 1995 dia menjadi sopir bus Jurusan Purworejo-Magelang PP. Berlanjut pada 2007, perempuan yang gemar olahraga bulutangkis dan tenis meja itu berpindah mengawaki bus besar pariwisata. Dari semula trayek lokal, kini merambah lintas pulau termasuk Bali.
“Kira-kira sampai 2011, di situ saya rencana sudah mau berhenti. Mau di rumah saja, apalagi SIM juga sudah mati, tidak saya perpanjang. Ternyata ada teman yang bilang kalau adiknya kerja di situ (sebagai sopir tangki Pertamina). Saya lalu diajak menjadi awak mobil tangki (AMT), dan bertahan sampai sekarang,” ungkapnya.
Dukungan keluarga menjadi faktor utama, dia masih bertahan melakoni pekerjaannya. Suaminya yang telah pensiun tak keberatan, ketika ditinggal bekerja. Demikian pula anak bungsunya yang kini kelas XI SMA, mengaku bangga memiliki ibu sopir truk tangki BBM.
“Anak saya yang bontot itu cewek. Dia rajin sekali telepon saya hampir setiap jam, ya menanyakan posisi di mana, sudah makan belum, sudah salat belum. Makanya kalau libur saya benar-benar memanfaatkan waktu untuk anak dan cucu-cucu. Kan kalau libur, semua cucu pasti ke rumah,” tutur dia.
Sementara itu, Supervisor PT Ardina Prima, Sugito Ardina, mengatakan, Mahmudah menjadi salah satu dari 135 sopir yang berada di bawah koordinasinya. Meski satu-satunya perempuan, namun Mahmudah bisa beradaptasi dan menyelesaikan tugasnya.
"Kalau secara performa pekerjaan, Ibu Mahmudah baik-baik saja. Selama ini kinerja standar dengan teman-teman yang lain. Secara pekerjaan kami nilai bagus. Yang lain berangkat pagi pulang malam, dia juga sama,” kata Ardina.
Dia menegaskan, selalu menekankan kepada seluruh AMT untuk mengutamakan keselamatan berkendara. Bukan hanya armada truk berukuran besar, tetapi juga membawa muatan barang berbahaya.
“Safety driving selalu kita tekankan kepada mereka (AMT). Mereka di-briefing pagi setiap hari, kita ingatkan terkait safety driving, kemudian setiap pecan kita adakan juga sharing session setiap Rabu siang sambil makan siang,” ucap dia.
“Kemarin juga ada pelatihan perawatan mobil tangki, termasuk mengatasi jika ada kendala seperti teori api dan penggunaan Apar (alat pemadam api ringan), mengingat muatan mereka ini adalah kategori B3 Bahan Beracun dan Berbahaya. Ketika ada kondisi tidak normal, awak mobil tangki akan menghubungi kita, nanti ada tim yang menuju lokasi untuk penanganan darurat,” pungkasnya
(msd)