Pesawat Berputar-putar di Langit Bandung, Begini Penjelasan BMKG
loading...
A
A
A
BANDUNG - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika ( BMKG ) Bandung mencatat adanya faktor awan cumulonimbus (Cb) yang menyebabkan pesawat terhambat mendarat di Bandara Husein Sastranegara Bandung pada Kamis (21/10/2021) petang.
Menurut Prakirawan BMKG Bandung Yan Firdaus, kondisi pesawat Citilink yang kesulitan mendarat di Bandara Husien Sastranegara Bandung diduga terjadi akibat faktor cuaca. Di mana kondisi cuaca pada pukul 16.00 hingga 21.00 WIB kurang mendukung untuk pendaratan pesawat. Baca Juga: Waspada! BMKG Sebut Dampak La Nina Berpotensi Menyebabkan Terjadinya Bencana Alam di Akhir Tahun
"Kalau dari data kejadiannya antara jam 4 sore sampai jam 9 malam. Memang pada masa peralihan menuju musim hujan, bahkan ketika sudah memasuki musim hujan, peluang seperti ini akan meningkat," jelas Yan kepada MPI, Jumat (22/10/2021).
Berdasarkan data, pada pukul 16.00 WIB tercatat tidak ada hujan dengan visibilitas 6 km. Semenatara angin barat dengan kecepatan 12 knot, temperatur 28,7 derajat Celcius. Saat itu terdapat awan rendah Cumulus (Cu), awan menengah altocumulus dan awan tinggi cirrus.
Sementara pada pukul 19:00 WIB, terjadi hujan dalam 6 jam terakhir dengan visibilitas 7 km dan kecepatan angin utara 7 knot. Namun terdapat awan rendah Cumulonimbus (Cb), awan menengah altocumulus, dan tidak ada awan tinggi.
"Pesawat akan kesulitan mendarat terutama jika ada awan Cu atau Cb tumbuh tepat di atas bandara. Karena pada saat awan Cb tumbuh, gaya angkat vertikal sangat kuat, sehingga pesawat akan mengalami kesulitan untuk mendarat," beber dia.
Selain gaya angkat (updraft), awan Cb biasanya menghasilkan downdraft (angin kencang ke arah permukaan bumi). Apabila akan mendarat pesawat terkena downdraft, pesawat bisa terhempas ke bawah atau mengalami gangguan arah pendaratan.
Menurut Prakirawan BMKG Bandung Yan Firdaus, kondisi pesawat Citilink yang kesulitan mendarat di Bandara Husien Sastranegara Bandung diduga terjadi akibat faktor cuaca. Di mana kondisi cuaca pada pukul 16.00 hingga 21.00 WIB kurang mendukung untuk pendaratan pesawat. Baca Juga: Waspada! BMKG Sebut Dampak La Nina Berpotensi Menyebabkan Terjadinya Bencana Alam di Akhir Tahun
"Kalau dari data kejadiannya antara jam 4 sore sampai jam 9 malam. Memang pada masa peralihan menuju musim hujan, bahkan ketika sudah memasuki musim hujan, peluang seperti ini akan meningkat," jelas Yan kepada MPI, Jumat (22/10/2021).
Berdasarkan data, pada pukul 16.00 WIB tercatat tidak ada hujan dengan visibilitas 6 km. Semenatara angin barat dengan kecepatan 12 knot, temperatur 28,7 derajat Celcius. Saat itu terdapat awan rendah Cumulus (Cu), awan menengah altocumulus dan awan tinggi cirrus.
Sementara pada pukul 19:00 WIB, terjadi hujan dalam 6 jam terakhir dengan visibilitas 7 km dan kecepatan angin utara 7 knot. Namun terdapat awan rendah Cumulonimbus (Cb), awan menengah altocumulus, dan tidak ada awan tinggi.
"Pesawat akan kesulitan mendarat terutama jika ada awan Cu atau Cb tumbuh tepat di atas bandara. Karena pada saat awan Cb tumbuh, gaya angkat vertikal sangat kuat, sehingga pesawat akan mengalami kesulitan untuk mendarat," beber dia.
Selain gaya angkat (updraft), awan Cb biasanya menghasilkan downdraft (angin kencang ke arah permukaan bumi). Apabila akan mendarat pesawat terkena downdraft, pesawat bisa terhempas ke bawah atau mengalami gangguan arah pendaratan.
(don)