10% Persen Covid-19 di Surabaya dari Daerah Non Pandemi

Selasa, 21 April 2020 - 20:11 WIB
loading...
10% Persen Covid-19 di Surabaya dari Daerah Non Pandemi
ilustrasi
A A A
SURABAYA - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini meminta seluruh warganya untuk tidak melaksanakan mobilitas penduduk atau mudik ke daerah asal. Di tengah pandemi Covid-19 saat ini memiliki risiko besar bagi seseorang untuk tertular virus tersebut.

“Saya berharap untuk warga Surabaya tidak melakukan mudik, karena kondisi saat ini. Saya tahu bahwa semua inginnya mudik, tapi kita harus tahu bahwa saat ini kondisinya tidak memungkinkan untuk kita melakukan perpindahan atau mudik. Karena resikonya sangat besar sekali,” kata Risma, Selasa (21/4/2020).

Ia melanjutkan, hampir 90 persen kasus positif Covid-19 di Surabaya karena adanya mobilitas penduduk, baik dari luar kota atau luar negeri yang kemudian dia menjadi positif. Nah, ketika dia menjadi positif, maka hal ini pasti berpengaruh terhadap keluarga, teman-teman, ataupun tetangga di sekitar.

“Akhirnya semua terkena dampak yang harus bukan hanya tinggal 14 hari, tapi ada kemungkinan kita menjadi positif kemudian kita harus rawat jalan atau rawat inap sampai beberapa hari kalau positif, dan itu tidak boleh kemana-mana,” ucapnya.

Dengan risiko besar itu, pihaknya berharap kepada seluruh warga agar tidak melakukan mudik. Anjuran itu tentunya berlaku bagi semua warga Surabaya, meskipun saat ini dalam kondisi sehat atau negatif Covid-19. Sebab, ia menilai, ketika melakukan mobilitas mudik, bisa saja daerah yang dituju itu ada yang terjangkit atau risiko ketika proses perjalanan.

Wali kota perempuan pertama di Surabaya ini juga menjelaskan, ada tiga pilihan ketika seseorang melaksanakan mudik atau tidak. Pertama, berisiko sakit dan masuk ke rumah sakit bahkan berimplikasi pada kematian. Kedua, ketika masuk ke rumah sakit, orang tersebut tidak bisa mencari nafkah. Dan ketiga, tidak melaksanakan mudik dan tetap sehat.

“Nah, kalau memilih sehat, ayo kita tidak melakukan pergerakan mudik itu. Karena resikonya sangat besar sekali,” terangnya.

Presiden UCLG ASPAC ini juga mengungkapkan, dari beberapa kasus positif Covid-19 di Surabaya, 10 persennya tertular setelah bepergian ke daerah yang tidak sama sekali disangka ada yang terjangkit. Namun, setelah pihaknya melakukan tracing atau pengecekan dan hasilnya positif, ternyata mobilitas orang tersebut dari sebuah kota lain di luar pandemi.

“Jadi karena itu kita tidak ngomong di sana tidak ada (terjangkit), tapi saat bergerak itu kemungkinan resiko sangat tinggi. Ayo mari kita bersama-sama yang bijak, bukan untuk diri kita sendiri, tapi untuk keluarga kita,” tegasnya.
(msd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1714 seconds (0.1#10.140)