Setiap Hari Ada 540 Anak Terlahir dengan Kondisi Bibir Sumbing
loading...
A
A
A
SURABAYA - Kelahiran anak dengan bibir sumbing atau celah langit-langit kian memprihatinkan. Apabila tidak ditangani, kondisi tersebut dapat membawa dampak berkepanjangan bagi fisik maupun psikologi anak.
Ketua Yayasan Dewi Kasih, Kepala UNEJ Medical Center sekaligus Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Jember, Dokter Spesialis Bedah Plastik dr. Ulfa Elfiah, menyebut di dunia setiap hari ada 540 anak yang terlahir dengan kondisi bibir sumbing . Bahkan di Jember, rasio angka pasien bibir sumbing mencapai 1:1.000 pada tahun 2019.
Angka ini mencerminkan bahwa butuh perhatian khusus dan serius agar tercipta kemudahan akses untuk mendapatkan penanganan bibir sumbing secara komprehensif, baik dari sebelum, saat, hingga sesudah operasi.
"Masyarakat Indonesia, khususnya di Jawa Timur hendaknya kini makin aware untuk berperan aktif. Apalagi Smile Train Indonesia kini sudah bermitra dengan banyak pihak untuk menyediakan operasi dan perawatan gratis, sehingga akses pun menjadi lebih luas dan terbuka," katanya, Selasa (31/8).
Ia menjelaskan, kondisi bibir sumbing dan celah langit-langit adalah salah satu bentuk kelainan daerah kraniofasial (tulang kepala dan tulang wajah) yang ditandai dengan adanya celah pada bibir, gusi, dan langit-langit akibat gangguan fusi (fusion) pada masa kandungan. Penyebabnya kerap tidak diketahui pasti, namun fokus terpenting adalah penanganannya.
"Jika tidak segera ditangani, bibir sumbing dapat menyebabkan komplikasi masalah seperti kesulitan makan, bernapas, mendengar, berbicara, serta meningkatnya resiko malnutrisi, dan bahkan gangguan psikologis," tuturnya. Baca: Dianiaya Puluhan Kakak Kelasnya, 12 Siswa SMAN Unggul Jaya Pidie Kabur dari Asrama.
Program Director Smile Train Indonesia, Ruth Monalisa, mengungkapkan diperlukan tindakan menyeluruh, mulai dari perbaikan gizi sebelum operasi, operasi perbaikan, observasi pasca-operasi, serta tindakan lanjutan seperti terapi wicara dan bimbingan psikologis untuk memastikan bahwa tumbuh kembang sang anak akan berjalan optimal.
Kehadiran Smile Train Indonesia bersama para mitranya bertujuan untuk memfasilitasi setiap anak yang hidup dalam kesenjangan, agar dapat menjalani hidup secara sehat dan produktif. Lebih jauh lagi, menggugah kesadaran masyarakat akan pentingnya penanganan yang komprehensif dan segera, bagi anak-anak yang terlahir dengan bibir sumbing. Baca Juga: PTM Bisa Tertunda, Banyak Wali Murid Tak Mengizinkan Anaknya Ikut.
"Pernahkah kita sadari bahwa kemampuan untuk tersenyum merupakan nikmat yang luar biasa? Anak-anak yang terlahir dengan kondisi bibir sumbing pun berhak untuk mendapatkan senyum mereka. Bibir sumbing atau celah langit-langit mulut bukanlah aib, melainkan kondisi fisik yang sangat bisa diperbaiki," jelasnya.
Ketua Yayasan Dewi Kasih, Kepala UNEJ Medical Center sekaligus Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Jember, Dokter Spesialis Bedah Plastik dr. Ulfa Elfiah, menyebut di dunia setiap hari ada 540 anak yang terlahir dengan kondisi bibir sumbing . Bahkan di Jember, rasio angka pasien bibir sumbing mencapai 1:1.000 pada tahun 2019.
Angka ini mencerminkan bahwa butuh perhatian khusus dan serius agar tercipta kemudahan akses untuk mendapatkan penanganan bibir sumbing secara komprehensif, baik dari sebelum, saat, hingga sesudah operasi.
"Masyarakat Indonesia, khususnya di Jawa Timur hendaknya kini makin aware untuk berperan aktif. Apalagi Smile Train Indonesia kini sudah bermitra dengan banyak pihak untuk menyediakan operasi dan perawatan gratis, sehingga akses pun menjadi lebih luas dan terbuka," katanya, Selasa (31/8).
Ia menjelaskan, kondisi bibir sumbing dan celah langit-langit adalah salah satu bentuk kelainan daerah kraniofasial (tulang kepala dan tulang wajah) yang ditandai dengan adanya celah pada bibir, gusi, dan langit-langit akibat gangguan fusi (fusion) pada masa kandungan. Penyebabnya kerap tidak diketahui pasti, namun fokus terpenting adalah penanganannya.
"Jika tidak segera ditangani, bibir sumbing dapat menyebabkan komplikasi masalah seperti kesulitan makan, bernapas, mendengar, berbicara, serta meningkatnya resiko malnutrisi, dan bahkan gangguan psikologis," tuturnya. Baca: Dianiaya Puluhan Kakak Kelasnya, 12 Siswa SMAN Unggul Jaya Pidie Kabur dari Asrama.
Program Director Smile Train Indonesia, Ruth Monalisa, mengungkapkan diperlukan tindakan menyeluruh, mulai dari perbaikan gizi sebelum operasi, operasi perbaikan, observasi pasca-operasi, serta tindakan lanjutan seperti terapi wicara dan bimbingan psikologis untuk memastikan bahwa tumbuh kembang sang anak akan berjalan optimal.
Kehadiran Smile Train Indonesia bersama para mitranya bertujuan untuk memfasilitasi setiap anak yang hidup dalam kesenjangan, agar dapat menjalani hidup secara sehat dan produktif. Lebih jauh lagi, menggugah kesadaran masyarakat akan pentingnya penanganan yang komprehensif dan segera, bagi anak-anak yang terlahir dengan bibir sumbing. Baca Juga: PTM Bisa Tertunda, Banyak Wali Murid Tak Mengizinkan Anaknya Ikut.
"Pernahkah kita sadari bahwa kemampuan untuk tersenyum merupakan nikmat yang luar biasa? Anak-anak yang terlahir dengan kondisi bibir sumbing pun berhak untuk mendapatkan senyum mereka. Bibir sumbing atau celah langit-langit mulut bukanlah aib, melainkan kondisi fisik yang sangat bisa diperbaiki," jelasnya.
(nag)