Sunami dan Samagit Harus Berjuang Sendiri di Tengah Pandemi
loading...
A
A
A
SAMPANG - Badai pandemi COVID-19 belum juga mereda. Di rumah petak yang sempit dan penuh kesederhanaan, Sunami dan Samagit mencoba tetap bertahan hidup di antara badai itu.
(Baca juga: Jelang Akhir PSBB Malang Raya, Satu Keluarga Positif COVID-19 )
Pasangan suami istri yang kini telah memasuki usia senja itu, tak banyak memiliki bekal untuk bisa bertahan menghadapi pandemi COVID-19. Mereka hanya bisa bertahan dengan penghasilan seadanya dari usaha memijat.
Samagit, sang kepala keluarga sudah sejak 10 tahun terakhir menderita kebutaan. Selama itu juga, dia hanya bisa mencari nafkah dengan menjual jasa memijat kepada warga di sekitar rumahnya.
Sementara sang istri, Sunami bekerja serabutan dengan penghasilan ala kadarnya. Saat badai virus Corona mewabah secara global, kedua lansia yang tinggal di rumah petak di Jalan Mutiara Kelurahan Banyuanyar, Kecamatan Sampang, Kabupaten Sampang, harus kehilangan pelanggan pijatnya.
Usaha pijatnya sepi, karena banyak tetangganya yang harus membatasi aktivitas di luar rumah. Kedua lansia ini juga sangat rentan terpapar COVID-19, karena usianya yang sudah senja, dan terbatasnya asupan gizi untuk menjaga sistem imunitas tubuhnya.
Saat banjir bantuan datang dari pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, hingga pemerintah desa, untuk warga kurang mampu dan terdampak pandemi COVID-19. Keduanya terlewatkan. Seumur hidup mereka, tak pernah ada bantuan sosial (Bansos) yang mampir ke rumah petak sederhana mereka.
"Kami belum pernah mendapatkan bantuan apapun dari pemerintah. Baik itu uang tunai maupun bantuan kebutuhan pokok. Kami sebenarnya berharap ada bantuan pemerintah, karena saat ini kondisinya sedang tidak menentu, dan penghasilan juga tidak ada," ujar Sunami.
Pasangan yang tidak memiliki anak ini, berharap bantuan dari pemerintah untuk bisa menyambung hidup mereka. "Sekarang yang pijat ke suami saya paling banyak dua orang saja. Sering juga tidak ada yang datang untuk pijat," ujar Sunami.
"Tak toman eberrik sakaleh salama dedih manosah nak (Tidak pernah mendapat bantuan sama sekali nak)," ungkap Sunami pakai Bahasa Madura, saat ditanya soal bansos yang mereka terima.
Sementara Ketua RT 1 RW 1 Kelurahan Banyuanyar, Heru Susanto mengungkapkan, pasangan suami istri Sunami dan Samagit ini memang belum pernah menerima bantuan apapun dari pemerintah.
Bahkan, di lingkungannya bukan hanya pasangan suami istri ini saja yang belum mendapatkan bansos, tetapi masih ada ratusan kepala keluarga yang berada di bawah garis kemiskinan, dan bernasib sama dengan Sunami dan Samagit.
Dia berjanji akan kembali mengusulkan warganya yang belum mendapatkan bantuan dari pemerintah, karena mereka sangat membutuhkan di massa pandemi COVID-19 ini. "Saya tetap berupaya bersama pengurus RT, agar warga kami yang benar-benar miskin bisa menerima bantuan," tuturnya.
Evaluasi dan pengawasan dalam penyaluran bantuan, diakuinya terus dilakukan bersama-sama pengurus RT. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi adanya bantuan yang salah penyaluran. Pendataan ulang juga dilakukannya, agar warga miskin yang belum terdata tetap bisa masuk dalam daftar penerima bantuan.
Banyak jenis bantuan yang sudah disalurkan pemerintah. Di antaranya Bantuan Langsung Tunai (BLT) dari Dana Desa, dan Bantuan Sosial Tunai (BST) dari Kementrian Sosial (Kemensos). Dua jenis bantuan itu besarannya Rp600 ribu/keluarga/bulan, dan disalurkan selama tuga bulan.
Warga terdampak pandemi COVID-19 di Kabupaten Sampang, juga semakin meluas. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah warga yang positif terpapar COVID-19. Hingga Sabtu (30/5/2020) tercatat ada sebanyak 26 warga positif COVID-19, 21 orang berstatus Pasien Dalam Pengawasan (PDP), dan 485 orang berstatus Orang Dalam Pantuan (ODP).
(Baca juga: Jelang Akhir PSBB Malang Raya, Satu Keluarga Positif COVID-19 )
Pasangan suami istri yang kini telah memasuki usia senja itu, tak banyak memiliki bekal untuk bisa bertahan menghadapi pandemi COVID-19. Mereka hanya bisa bertahan dengan penghasilan seadanya dari usaha memijat.
Samagit, sang kepala keluarga sudah sejak 10 tahun terakhir menderita kebutaan. Selama itu juga, dia hanya bisa mencari nafkah dengan menjual jasa memijat kepada warga di sekitar rumahnya.
Sementara sang istri, Sunami bekerja serabutan dengan penghasilan ala kadarnya. Saat badai virus Corona mewabah secara global, kedua lansia yang tinggal di rumah petak di Jalan Mutiara Kelurahan Banyuanyar, Kecamatan Sampang, Kabupaten Sampang, harus kehilangan pelanggan pijatnya.
Usaha pijatnya sepi, karena banyak tetangganya yang harus membatasi aktivitas di luar rumah. Kedua lansia ini juga sangat rentan terpapar COVID-19, karena usianya yang sudah senja, dan terbatasnya asupan gizi untuk menjaga sistem imunitas tubuhnya.
Saat banjir bantuan datang dari pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, hingga pemerintah desa, untuk warga kurang mampu dan terdampak pandemi COVID-19. Keduanya terlewatkan. Seumur hidup mereka, tak pernah ada bantuan sosial (Bansos) yang mampir ke rumah petak sederhana mereka.
"Kami belum pernah mendapatkan bantuan apapun dari pemerintah. Baik itu uang tunai maupun bantuan kebutuhan pokok. Kami sebenarnya berharap ada bantuan pemerintah, karena saat ini kondisinya sedang tidak menentu, dan penghasilan juga tidak ada," ujar Sunami.
Pasangan yang tidak memiliki anak ini, berharap bantuan dari pemerintah untuk bisa menyambung hidup mereka. "Sekarang yang pijat ke suami saya paling banyak dua orang saja. Sering juga tidak ada yang datang untuk pijat," ujar Sunami.
"Tak toman eberrik sakaleh salama dedih manosah nak (Tidak pernah mendapat bantuan sama sekali nak)," ungkap Sunami pakai Bahasa Madura, saat ditanya soal bansos yang mereka terima.
Sementara Ketua RT 1 RW 1 Kelurahan Banyuanyar, Heru Susanto mengungkapkan, pasangan suami istri Sunami dan Samagit ini memang belum pernah menerima bantuan apapun dari pemerintah.
Bahkan, di lingkungannya bukan hanya pasangan suami istri ini saja yang belum mendapatkan bansos, tetapi masih ada ratusan kepala keluarga yang berada di bawah garis kemiskinan, dan bernasib sama dengan Sunami dan Samagit.
Dia berjanji akan kembali mengusulkan warganya yang belum mendapatkan bantuan dari pemerintah, karena mereka sangat membutuhkan di massa pandemi COVID-19 ini. "Saya tetap berupaya bersama pengurus RT, agar warga kami yang benar-benar miskin bisa menerima bantuan," tuturnya.
Evaluasi dan pengawasan dalam penyaluran bantuan, diakuinya terus dilakukan bersama-sama pengurus RT. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi adanya bantuan yang salah penyaluran. Pendataan ulang juga dilakukannya, agar warga miskin yang belum terdata tetap bisa masuk dalam daftar penerima bantuan.
Banyak jenis bantuan yang sudah disalurkan pemerintah. Di antaranya Bantuan Langsung Tunai (BLT) dari Dana Desa, dan Bantuan Sosial Tunai (BST) dari Kementrian Sosial (Kemensos). Dua jenis bantuan itu besarannya Rp600 ribu/keluarga/bulan, dan disalurkan selama tuga bulan.
Warga terdampak pandemi COVID-19 di Kabupaten Sampang, juga semakin meluas. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah warga yang positif terpapar COVID-19. Hingga Sabtu (30/5/2020) tercatat ada sebanyak 26 warga positif COVID-19, 21 orang berstatus Pasien Dalam Pengawasan (PDP), dan 485 orang berstatus Orang Dalam Pantuan (ODP).
(eyt)