Disdik Kota Makassar Bakal Menelusuri Siswa Putus Sekolah
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Makassar akan menjejaki siswa putus sekolah. Hal itu sebagai langkah tindak lanjut terhadap banyaknya jumlah temuan anak jalanan (anjal) yang terjaring oleh Dinas Sosial (Dinsos) Kota Makassar.
Banyaknya temuan anjal diduga berkaitan dengan anak yang putus sekolah di Kota Makassar. Salah satu alasan yang menjadi penyebab mereka putus sekolah adalah akses terhadap pembelajaran daring selama pandemi Covid-19.
Fenomena meningkatnya jumlah anjal bisa dijumpai di berbagai titik kota, mulai dari persimpangan jalan, trotoar hingga warkop-warkop.
Sekretaris Disdik Kota Makassar, Amalia Malik mengatakan pihaknya akan menelusuri anak putus sekolah hingga ke tingkat RT/RW.
"Kita berharap bukan saja dari Dinsos, tapi dari kecamatan, karena yang tahu betul warganya adalah mereka. Kita harap ini mulai dari RT/RW sampai kelurahan dan kecamatan bisa bantu kami beri data dan masukan kalau memang ada anak tidak sekolah di wilayahnya," katanya.
Jumlah siswa yang putus sekolah juga dapat dikalkulasi lewat pengisian data Dapodik, dimana akan dibandingkan jumlah siswa yang tamat dan jumlah siswa yang mendaftar.
Namun data tersebut tidak sepenuhnya akurat, pasalnya jumlah siswa putus sekolah tak hanya menyasar siswa baru, melainkan siswa pertengahan dan akhir sekolah.
"Anak putus sekolah itu tidak hanya dari yang siswa yang baru masuk, baik TK ke SD atau SD ke SMP tapi anak putus sekolah bisa saja mungkin dia di kelas tiga. Jadi sekolah dalam kondisi pandemi seperti ini, itu juga kita harapkan bisa memberikan data ke kami kalau memang ada anak yang putus sekolah," lanjutnya.
Setelah melakukan tracing, Disdik akan berupaya agar menarik mereka kembali untuk melanjutkan sekolah. Meski tersandung masalah ekonomi di masa pandemi, orang tua tetap berkewajiban untuk memastikan anaknya memperoleh pendidikan yang layak.
"Anak harus tetap sekolah apalagi dengan kondisi daring seperti ini harus tetap bisa. Apa kendalanya sehingga kita beri jalan keluar agar tetap bisa sekolah," lanjut Amalia.
Sementara itu banyaknya anak yang ditemukan putus sekolah tersebut juga diatensi oleh Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan (APIK) Makassar.
Direktur LBH APIK, Rosmiati Sain mengatakan tingginya anak putus sekolah berkolerasi dengan meningkatnya angka kekerasan dan perceraian yang dilaporkan tinggi selama masa pandemi Covid-19.
Selain itu, faktor lainnya adalah meningkatnya jumlah perkawinan anak. Anak yang putus sekolah, kata dia, cenderung banyak dinikahkan oleh orang tuanya.
"Jadi ini semua sebenarnya berkolerasi dengan jumlah putus sekolah. Karena kita lihat salah satu pemicu tingginya perkawinan anak-anak karena tidak sekolah, cenderungnya begitu," ujarnya.
Sebelumnya, Plt Kepala Dinas Sosial Kota Makassar , Asvira Anwar mengatakan banyaknya anak jalan yang ditemukan tersebut adalah imbas dari meningkatnya jumlah putus sekolah selama pandemi Covid-19.
"Itu kodong anak-anak kita yang seharusnya sekolah mereka dieksploitasi oleh oknum orang tua sampai mengemis dan cari-cari sumbangan," ujarnya.
Banyaknya temuan anjal diduga berkaitan dengan anak yang putus sekolah di Kota Makassar. Salah satu alasan yang menjadi penyebab mereka putus sekolah adalah akses terhadap pembelajaran daring selama pandemi Covid-19.
Fenomena meningkatnya jumlah anjal bisa dijumpai di berbagai titik kota, mulai dari persimpangan jalan, trotoar hingga warkop-warkop.
Sekretaris Disdik Kota Makassar, Amalia Malik mengatakan pihaknya akan menelusuri anak putus sekolah hingga ke tingkat RT/RW.
"Kita berharap bukan saja dari Dinsos, tapi dari kecamatan, karena yang tahu betul warganya adalah mereka. Kita harap ini mulai dari RT/RW sampai kelurahan dan kecamatan bisa bantu kami beri data dan masukan kalau memang ada anak tidak sekolah di wilayahnya," katanya.
Jumlah siswa yang putus sekolah juga dapat dikalkulasi lewat pengisian data Dapodik, dimana akan dibandingkan jumlah siswa yang tamat dan jumlah siswa yang mendaftar.
Namun data tersebut tidak sepenuhnya akurat, pasalnya jumlah siswa putus sekolah tak hanya menyasar siswa baru, melainkan siswa pertengahan dan akhir sekolah.
"Anak putus sekolah itu tidak hanya dari yang siswa yang baru masuk, baik TK ke SD atau SD ke SMP tapi anak putus sekolah bisa saja mungkin dia di kelas tiga. Jadi sekolah dalam kondisi pandemi seperti ini, itu juga kita harapkan bisa memberikan data ke kami kalau memang ada anak yang putus sekolah," lanjutnya.
Setelah melakukan tracing, Disdik akan berupaya agar menarik mereka kembali untuk melanjutkan sekolah. Meski tersandung masalah ekonomi di masa pandemi, orang tua tetap berkewajiban untuk memastikan anaknya memperoleh pendidikan yang layak.
"Anak harus tetap sekolah apalagi dengan kondisi daring seperti ini harus tetap bisa. Apa kendalanya sehingga kita beri jalan keluar agar tetap bisa sekolah," lanjut Amalia.
Sementara itu banyaknya anak yang ditemukan putus sekolah tersebut juga diatensi oleh Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan (APIK) Makassar.
Direktur LBH APIK, Rosmiati Sain mengatakan tingginya anak putus sekolah berkolerasi dengan meningkatnya angka kekerasan dan perceraian yang dilaporkan tinggi selama masa pandemi Covid-19.
Selain itu, faktor lainnya adalah meningkatnya jumlah perkawinan anak. Anak yang putus sekolah, kata dia, cenderung banyak dinikahkan oleh orang tuanya.
"Jadi ini semua sebenarnya berkolerasi dengan jumlah putus sekolah. Karena kita lihat salah satu pemicu tingginya perkawinan anak-anak karena tidak sekolah, cenderungnya begitu," ujarnya.
Sebelumnya, Plt Kepala Dinas Sosial Kota Makassar , Asvira Anwar mengatakan banyaknya anak jalan yang ditemukan tersebut adalah imbas dari meningkatnya jumlah putus sekolah selama pandemi Covid-19.
"Itu kodong anak-anak kita yang seharusnya sekolah mereka dieksploitasi oleh oknum orang tua sampai mengemis dan cari-cari sumbangan," ujarnya.
(agn)