Penyandang Tuna Netra Semarang Inginkan Kartu Prakerja Tanpa Seleksi
loading...
A
A
A
SEMARANG - Belasan penyandang tuna netra muslim mendatangi Kantor Dinas Tenaga Kerja Kota Semarang, untuk melakukan pendaftaran kartu prakerja, Senin (20/4/2020).
Mereka yang rata-rata bekerja sebagai pemijat berharap bisa mendapatkan kartu prakerja tanpa harus menjalani seleksi untuk menyambung hidup di tengah pandemi wabah vurus corona atau Covid-19.
Namun apa daya, karena terbentur aturan, para penyandang tuna netra tersebut tetap harus melalui seleksi bersaing dengan ribuan pendaftar lainnnya.
Hal tersebut sangat disayangkan oleh pembina dan penasehat Ikatan Tuna Netra Muslim Indonesia (ITMI) Kota Semarang, Zaenal Petir.
“Saya minta tolong kepada Pak Ganjar (Gubernur Jateng) dan Hendi selaku Walikota Semarang untuk mengusulkan kepada Presiden Jokowi agar temen-teman tuna netra bisa langsung diterima setelah tadi daftar ke Disnaker Porovinsi Jateng dan Kota Semarang,” tegas Zainal Petir kepada SINDOnews.
“Jangan diseleksi lagi, kasihan mereka yang memang tidak punya keahlian selain memijat,” tegasnya.
Dia mengungkapkan, ibaratnya mereka sudah terkapar bukan terpapar lagi. Di Kota Semarang, ada sekitar 180 tuna netra muslim yang perlu mendapatkan perhatian khusus dari Gubernur Jateng dan Wali Kota Semarang.
“Menurut UU 8 Tahun 2016 tentang penyandang disabilitas, pemerintah wajib melindungi dan memberdayakan penyandang disabilitas,” tandasnya.
Pihaknya meminta pihak Disnakertrans Provinsi Jateng dan Disnaker Kota Semarang agar bisa memandu, mengajari dan membantu para tunanetra. Dikarenakan alur pendaftaran bagi mereka dinilai susah.
"Apalagi disitu ada tes kemampuan dasar. Alhamdulillah, teman-teman tunanetra dibantu petugas untuk mengisi form pendaftaran," kata Zainal.
Dia juga berharap pemerintah bisa meloloskan mereka. Karena kompetisi mereka hanya bisa menjadi tukang pijat. Jika mereka lolos pelatihan, setidaknya akan mendapatkan insentif selama empat bulan.
Seorang penyandang tuna netra bernama Sandiman mengaku terpukul semenjak merebaknya virus corona. Dia yang berprofesi sebagai pemijat tuna netra mengungkapkan tak lagi ramai mendapatkan pelanggan.
"Biasanya sehari temen-temen mendapatkan 3 hingga 6 pasien, sekarang seminggu satu kadang blong (tidak dapat sama sekali), " ungkap Sandiman yang juga pengurus ITMI Kota Semarang.
Terpisah, Kepala Disnaker Kota Semarang, Sutrisno mengapresiasi para tunatera yang tergabung dalam ITMI. Pihaknya bahkan terjun langsung mendampingi mereka mengisi form pendaftaran.
Dia menyampaikan, ada pelatihan yang dikhususkan untuk penyandang disabilitas. Bagi tunanetra, pelatihan online nanti akan dibantu dengan materi melalui panduan suara.
"Khusus tunanetra, sudah ada Balai Latihan Kerja yang memandu dengan huruf braille. Tentunya kita berharap itu sangat memudahkan mereka mengikuti pelatihan,"ujarnya.
Mereka yang rata-rata bekerja sebagai pemijat berharap bisa mendapatkan kartu prakerja tanpa harus menjalani seleksi untuk menyambung hidup di tengah pandemi wabah vurus corona atau Covid-19.
Namun apa daya, karena terbentur aturan, para penyandang tuna netra tersebut tetap harus melalui seleksi bersaing dengan ribuan pendaftar lainnnya.
Hal tersebut sangat disayangkan oleh pembina dan penasehat Ikatan Tuna Netra Muslim Indonesia (ITMI) Kota Semarang, Zaenal Petir.
“Saya minta tolong kepada Pak Ganjar (Gubernur Jateng) dan Hendi selaku Walikota Semarang untuk mengusulkan kepada Presiden Jokowi agar temen-teman tuna netra bisa langsung diterima setelah tadi daftar ke Disnaker Porovinsi Jateng dan Kota Semarang,” tegas Zainal Petir kepada SINDOnews.
“Jangan diseleksi lagi, kasihan mereka yang memang tidak punya keahlian selain memijat,” tegasnya.
Dia mengungkapkan, ibaratnya mereka sudah terkapar bukan terpapar lagi. Di Kota Semarang, ada sekitar 180 tuna netra muslim yang perlu mendapatkan perhatian khusus dari Gubernur Jateng dan Wali Kota Semarang.
“Menurut UU 8 Tahun 2016 tentang penyandang disabilitas, pemerintah wajib melindungi dan memberdayakan penyandang disabilitas,” tandasnya.
Pihaknya meminta pihak Disnakertrans Provinsi Jateng dan Disnaker Kota Semarang agar bisa memandu, mengajari dan membantu para tunanetra. Dikarenakan alur pendaftaran bagi mereka dinilai susah.
"Apalagi disitu ada tes kemampuan dasar. Alhamdulillah, teman-teman tunanetra dibantu petugas untuk mengisi form pendaftaran," kata Zainal.
Dia juga berharap pemerintah bisa meloloskan mereka. Karena kompetisi mereka hanya bisa menjadi tukang pijat. Jika mereka lolos pelatihan, setidaknya akan mendapatkan insentif selama empat bulan.
Seorang penyandang tuna netra bernama Sandiman mengaku terpukul semenjak merebaknya virus corona. Dia yang berprofesi sebagai pemijat tuna netra mengungkapkan tak lagi ramai mendapatkan pelanggan.
"Biasanya sehari temen-temen mendapatkan 3 hingga 6 pasien, sekarang seminggu satu kadang blong (tidak dapat sama sekali), " ungkap Sandiman yang juga pengurus ITMI Kota Semarang.
Terpisah, Kepala Disnaker Kota Semarang, Sutrisno mengapresiasi para tunatera yang tergabung dalam ITMI. Pihaknya bahkan terjun langsung mendampingi mereka mengisi form pendaftaran.
Dia menyampaikan, ada pelatihan yang dikhususkan untuk penyandang disabilitas. Bagi tunanetra, pelatihan online nanti akan dibantu dengan materi melalui panduan suara.
"Khusus tunanetra, sudah ada Balai Latihan Kerja yang memandu dengan huruf braille. Tentunya kita berharap itu sangat memudahkan mereka mengikuti pelatihan,"ujarnya.
(nun)