Generasi Rebahan Booming, Bu Dosen: Ayo Bangkit Berkarya!
loading...
A
A
A
SEMARANG - Setahun lebih masa pandemi COVID-19 mengakibatkan banyak perubahan di masyarakat. Tak terkecuali bidang pendidikan yang harus dilakukan dengan sistem daring , hingga muncul istilah generasi rebahan.
Baca juga: Bikin Haru, Dosen Ini Tetap Ngajar Kuliah Online Meskipun Kena Stroke
“Kita harus bersyukur meskipun sudah setahun lebih bahkan ini masuk tiga semester kita belajar online, rasanya sudah jenuh, jengah, capai Kok enggak ketemu orang secara riil,” kata Dekan Fakultas Bahasa dan Ilmu Budaya (FBIB) Unisbank Semarang, Endang Yuliani Rahayu dikutip Sabtu (5/6/2021).
Baca juga: Pernah Tangani 100 Kasus Bayi Kembar Siam, dr Agus Harianto Meninggal Dunia
Dia pun mengapresiasi tiga mahasiswa yang tetap berkarya meski terkungkung pandemi. Mereka membuktikan masih dapat beraktivitas dan berguna bagi orang lain, dengan mengikuti program Kampus Mengajar yang digelar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud).
Ketiganya adalah mahasiswa Jurusan Sastra Inggris FBIB Unisbank yakni Tasya Tsania Anaraki (SD Suryo Bimo Kresno Semarang), Firlanda Dayu Pramesti (SDN 5 Getas), dan Inge Shafa Sekarningrum (SD Muhammadiyah 07 Semarang). Mereka menjadi pengajar di masing-masing sekolah sejak Maret-Juni 2021.
“Inge selain sebagai mahasiswa aktif juga merupakan penulis novel remaja yang produktif. Kemudian Tasya itu Ketua BEM FBIB, serta Firlanda yang juga aktif,” terangnya.
“Tiga dara ini membuktikan bahwa mahasiswa FBIB bisa keluar dari image kalian adalah generasi rebahan. Ternyata dengan kondisi yang sulit ini, mereka mampu berbuat dapat peluang. Itu juga bukti bahwa di masa sulit yang tidak mudah untuk orang bergerak, tapi di sisi lain bagi yang selalu positif thinking, selalu ada jalan untuk berbuat baik, melakukan kinerja yang baik,” imbuhnya.
Menurutnya, istilah generasi rebahan muncul karena pelajar dan mahasiswa kali ini banyak tinggal di rumah akibat pandemi COVID-19. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara daring, dengan memanfaatkan teknologi informasi.
“Jadi kita kan enggak pernah tahu, mereka ini ikut pembelajar di rumah seperti apa sikapnya. Bisa jadi sambil makan, sambil tiduran, atau aktivitas lainnya. Dari situlah muncul istilah generasi rebahan,” ujarnya.
Dia menambahkan, meski ketiga mahasiswa tersebut bukan berasal dari jurusan keguruan namun telah telah mendapat bekal mata kuliah kependidikan. Sehingga ketika diterjunkan ke sekolah, para mahasiswa ini langsung siap melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas.
“Khusus di jurusan mereka (Sastra Inggris) terdapat mata kuliah yang menyiapkan mahasiswa menjadi guru Bahasa Inggris, antara lain English for instructional Purpose, English Teaching Methodology, Micro Teaching, Language Testing, TEFL 1 dan 2,” bebernya.
“Tugas-tugas mereka di sekolah antara lain mengajar di kelas. Selain itu, satu hari misalnya hari Selasa, membantu guru melakukan koreksi tugas-tugas dan ulangan para siswa, atau membantu guru menyiapkan pemberkasan soal-soal latihan,” ungkapnya.
Sekadar diketahui, Kampus Mengajar Angkatan 1 Tahun 2021 merupakan bagian program Kampus Merdeka yang membuka peluang mahasiswa menjadi pendidik di SD. Kegiatan ini bertujuan menghadirkan mahasiswa sebagai bagian dari penguatan pembelajaran literasi dan numerasi.
Selain itu, membantu pembelajaran di masa pandemi, terutama SD di daerah 3T (tertinggal, terluar, terdepan) dan pelosok yang membutuhkan bantuan para pengajar dari para mahasiswa. Syarat mengikuti kegiatan ini yakni mahasiswa semester 5 ke atas dari semua program studi, minimal IPK 3,00.
Termasuk aktif di organisasi dan dengan izin atau rekomendasi dari masing-masing kampus. Bagi mahasiswa yang mengikuti program ini mendapat pengakuan setara 12 SKS, dengan aktivitas mengajar selama enam jam mulai Senin-Jumat.
Mahasiswa yang ikut serta ke dalam Kampus Mengajar Angkatan 1 berhak mendapatkan insentif dari LPDP. Bantuan biaya hidup Rp700 ribu per bulan dan bantuan Uang Kuliah Tunggal (UKT) maksimal sebesar Rp2,4 juta.
Baca juga: Bikin Haru, Dosen Ini Tetap Ngajar Kuliah Online Meskipun Kena Stroke
“Kita harus bersyukur meskipun sudah setahun lebih bahkan ini masuk tiga semester kita belajar online, rasanya sudah jenuh, jengah, capai Kok enggak ketemu orang secara riil,” kata Dekan Fakultas Bahasa dan Ilmu Budaya (FBIB) Unisbank Semarang, Endang Yuliani Rahayu dikutip Sabtu (5/6/2021).
Baca juga: Pernah Tangani 100 Kasus Bayi Kembar Siam, dr Agus Harianto Meninggal Dunia
Dia pun mengapresiasi tiga mahasiswa yang tetap berkarya meski terkungkung pandemi. Mereka membuktikan masih dapat beraktivitas dan berguna bagi orang lain, dengan mengikuti program Kampus Mengajar yang digelar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud).
Ketiganya adalah mahasiswa Jurusan Sastra Inggris FBIB Unisbank yakni Tasya Tsania Anaraki (SD Suryo Bimo Kresno Semarang), Firlanda Dayu Pramesti (SDN 5 Getas), dan Inge Shafa Sekarningrum (SD Muhammadiyah 07 Semarang). Mereka menjadi pengajar di masing-masing sekolah sejak Maret-Juni 2021.
“Inge selain sebagai mahasiswa aktif juga merupakan penulis novel remaja yang produktif. Kemudian Tasya itu Ketua BEM FBIB, serta Firlanda yang juga aktif,” terangnya.
“Tiga dara ini membuktikan bahwa mahasiswa FBIB bisa keluar dari image kalian adalah generasi rebahan. Ternyata dengan kondisi yang sulit ini, mereka mampu berbuat dapat peluang. Itu juga bukti bahwa di masa sulit yang tidak mudah untuk orang bergerak, tapi di sisi lain bagi yang selalu positif thinking, selalu ada jalan untuk berbuat baik, melakukan kinerja yang baik,” imbuhnya.
Menurutnya, istilah generasi rebahan muncul karena pelajar dan mahasiswa kali ini banyak tinggal di rumah akibat pandemi COVID-19. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara daring, dengan memanfaatkan teknologi informasi.
“Jadi kita kan enggak pernah tahu, mereka ini ikut pembelajar di rumah seperti apa sikapnya. Bisa jadi sambil makan, sambil tiduran, atau aktivitas lainnya. Dari situlah muncul istilah generasi rebahan,” ujarnya.
Dia menambahkan, meski ketiga mahasiswa tersebut bukan berasal dari jurusan keguruan namun telah telah mendapat bekal mata kuliah kependidikan. Sehingga ketika diterjunkan ke sekolah, para mahasiswa ini langsung siap melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas.
“Khusus di jurusan mereka (Sastra Inggris) terdapat mata kuliah yang menyiapkan mahasiswa menjadi guru Bahasa Inggris, antara lain English for instructional Purpose, English Teaching Methodology, Micro Teaching, Language Testing, TEFL 1 dan 2,” bebernya.
“Tugas-tugas mereka di sekolah antara lain mengajar di kelas. Selain itu, satu hari misalnya hari Selasa, membantu guru melakukan koreksi tugas-tugas dan ulangan para siswa, atau membantu guru menyiapkan pemberkasan soal-soal latihan,” ungkapnya.
Sekadar diketahui, Kampus Mengajar Angkatan 1 Tahun 2021 merupakan bagian program Kampus Merdeka yang membuka peluang mahasiswa menjadi pendidik di SD. Kegiatan ini bertujuan menghadirkan mahasiswa sebagai bagian dari penguatan pembelajaran literasi dan numerasi.
Selain itu, membantu pembelajaran di masa pandemi, terutama SD di daerah 3T (tertinggal, terluar, terdepan) dan pelosok yang membutuhkan bantuan para pengajar dari para mahasiswa. Syarat mengikuti kegiatan ini yakni mahasiswa semester 5 ke atas dari semua program studi, minimal IPK 3,00.
Termasuk aktif di organisasi dan dengan izin atau rekomendasi dari masing-masing kampus. Bagi mahasiswa yang mengikuti program ini mendapat pengakuan setara 12 SKS, dengan aktivitas mengajar selama enam jam mulai Senin-Jumat.
Mahasiswa yang ikut serta ke dalam Kampus Mengajar Angkatan 1 berhak mendapatkan insentif dari LPDP. Bantuan biaya hidup Rp700 ribu per bulan dan bantuan Uang Kuliah Tunggal (UKT) maksimal sebesar Rp2,4 juta.
(shf)