Ada Mitos Andaru Bakal Datang Jelang Pilkades, Apa Itu?
loading...
A
A
A
MAJALENGKA - Sebanyak 127 desa di Kabupaten Majalengka menggelar Pilkades (Pemilihan Kepala Desa) serentak pada Sabtu (22/5/2021) besok. Berbagai kepercayaan masyarakat setiap menjelang Pilkades hingga saat ini masih berlaku.
‘Andaru’ adalah salah satu kepercayaan yang sampai saat ini masih dipegang masyarakat saat menjelang hari H Pilkades . Masyarakat, khususnya Timses para Calon Kuwu (Kades) biasanya berinisiatif menanti turunnya Andaru pada malam menjelang hari H pencoblosan.
Masyarakat percaya bahwa ketika Andaru, yang disebut-sebut menyerupai bola api, jatuh di rumah salah satu calon maka dialah yang akan jadi pemenang. Andaru sendiri, menurut cerita yang beredar biasanya turun pada dini hari, dari pukul 00.00WIB hinga menjelang Subuh.
Budayawan Majalengka, Rahmat Iskandar mengatakan Andaru sendiri diambil dari salah satu ceritera dalam dunia pewayangan. Namun, dalam kisah asli pewayangan baik Ramayana maupun Mahabrata tidak terdapat cerita Andaru itu.
“Dalam salah satu cerita Putra Astina disebutkan bahwa penerus kerajaan itu mencari Wahyucakraningrat. Itu untuk menentukan siapa yang akan jadi Raja. Namun apa dan bagaimana Wahyucakraningrat itu, tidak dijelaskan. Apakah dalam bentuk cahaya, angin, atau bisikan, tidak dijelaskan. Namun, siapa yang mendapatkannya, dialah yang akan jadi,” kata Rais, demikian dia biasa disapa.
Kendati demikian, jelas dia, ada syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang yang akan mencari Wahyucakraningrat itu. Tahan terhadap godaan adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi. “Misalnya saja godaan perempuan cantik. Ketika tergoda maka Wahyucakraningrat itu akan keluar. Dari sana lah selanjutnya mungkin ada istilah Andaru atau ada juga yang nyebutnya Pulung,” ungkap dia.
Dari kisah itu, jelas dia, masyarakat di sejumlah daerah kemudian menerapkannya dalam setiap ada Pemilihan calon pemimpn. Rais menjelaskan, tidak hanya pada Pilkades saja, melainkan juga utuk level yang lebih atas yakni Pilkada. “Tradisi ini di beberapa daerah masih hidup. Namanya mungkin beda-beda, tapi ya ke sana juga arahnya,” jelas dia.
Jika ditarik dalam konteks modernisasi ini, jelas dia, Andaru bisa diartikan sebagai rakyat. Ketika seorang calon memiliki kepribadian yang baik, itikad baik untuk mensejahterakan rakyatnya, peluang yang bersangkutan untuk terpilih sebagai Kades sangat besar. Baca: Getaran Gempa M 6,2 di Tenggara Blitar Dirasakan Hingga Lombok dan Wonogiri.
“Rakyat akan datang, akan menjatuhkan pilihan kepada dia. Maka sudah dipastikan dia akan menang. Dan ketika sifatnya berubah jadi tidak amanah, korupsi, sewenang-wenang maka rakyat pun akan menjauhi. Ya seperti Wahyucakraningrat itu. Meskipun sudah masuk, tapi ketika tidak tahan godaan maka akan keluar lagi,” jelas dia.
Salah satu calon Kuwu di Kecamatan Maja, Taufik mengatakan, tradisi tersebut kembali kepada masing-masing orang. Namun, Taufik menilai mencari Andaru jatuh saat ini akan terasa lebih sulit. “Sekarang mah sangat susah ya. Karena sudah banyak penerangan. Saya mah nggak mencari, tapi nunggu pulung aja, nunggu keberuntungan,” kata dia. Baca Juga: Gempa M 6,2 Terasa di Malang Raya Kuat Mengguncang Kabupaten Blitar.
‘Andaru’ adalah salah satu kepercayaan yang sampai saat ini masih dipegang masyarakat saat menjelang hari H Pilkades . Masyarakat, khususnya Timses para Calon Kuwu (Kades) biasanya berinisiatif menanti turunnya Andaru pada malam menjelang hari H pencoblosan.
Masyarakat percaya bahwa ketika Andaru, yang disebut-sebut menyerupai bola api, jatuh di rumah salah satu calon maka dialah yang akan jadi pemenang. Andaru sendiri, menurut cerita yang beredar biasanya turun pada dini hari, dari pukul 00.00WIB hinga menjelang Subuh.
Budayawan Majalengka, Rahmat Iskandar mengatakan Andaru sendiri diambil dari salah satu ceritera dalam dunia pewayangan. Namun, dalam kisah asli pewayangan baik Ramayana maupun Mahabrata tidak terdapat cerita Andaru itu.
“Dalam salah satu cerita Putra Astina disebutkan bahwa penerus kerajaan itu mencari Wahyucakraningrat. Itu untuk menentukan siapa yang akan jadi Raja. Namun apa dan bagaimana Wahyucakraningrat itu, tidak dijelaskan. Apakah dalam bentuk cahaya, angin, atau bisikan, tidak dijelaskan. Namun, siapa yang mendapatkannya, dialah yang akan jadi,” kata Rais, demikian dia biasa disapa.
Kendati demikian, jelas dia, ada syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang yang akan mencari Wahyucakraningrat itu. Tahan terhadap godaan adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi. “Misalnya saja godaan perempuan cantik. Ketika tergoda maka Wahyucakraningrat itu akan keluar. Dari sana lah selanjutnya mungkin ada istilah Andaru atau ada juga yang nyebutnya Pulung,” ungkap dia.
Dari kisah itu, jelas dia, masyarakat di sejumlah daerah kemudian menerapkannya dalam setiap ada Pemilihan calon pemimpn. Rais menjelaskan, tidak hanya pada Pilkades saja, melainkan juga utuk level yang lebih atas yakni Pilkada. “Tradisi ini di beberapa daerah masih hidup. Namanya mungkin beda-beda, tapi ya ke sana juga arahnya,” jelas dia.
Jika ditarik dalam konteks modernisasi ini, jelas dia, Andaru bisa diartikan sebagai rakyat. Ketika seorang calon memiliki kepribadian yang baik, itikad baik untuk mensejahterakan rakyatnya, peluang yang bersangkutan untuk terpilih sebagai Kades sangat besar. Baca: Getaran Gempa M 6,2 di Tenggara Blitar Dirasakan Hingga Lombok dan Wonogiri.
“Rakyat akan datang, akan menjatuhkan pilihan kepada dia. Maka sudah dipastikan dia akan menang. Dan ketika sifatnya berubah jadi tidak amanah, korupsi, sewenang-wenang maka rakyat pun akan menjauhi. Ya seperti Wahyucakraningrat itu. Meskipun sudah masuk, tapi ketika tidak tahan godaan maka akan keluar lagi,” jelas dia.
Salah satu calon Kuwu di Kecamatan Maja, Taufik mengatakan, tradisi tersebut kembali kepada masing-masing orang. Namun, Taufik menilai mencari Andaru jatuh saat ini akan terasa lebih sulit. “Sekarang mah sangat susah ya. Karena sudah banyak penerangan. Saya mah nggak mencari, tapi nunggu pulung aja, nunggu keberuntungan,” kata dia. Baca Juga: Gempa M 6,2 Terasa di Malang Raya Kuat Mengguncang Kabupaten Blitar.
(nag)