Tongkang Bertangki Coselle, Permudah Distribusikan Gas Bumi di Wilayah Timur
loading...
A
A
A
SURABAYA - Kondisi geografis yang ekstrem di wilayah timur Indonesia, membuat distribusi hasil produksi gas bumi kurang ekonomis. Para mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) merancang sebuah kapal tongkang bertangki coselle untuk mendistribusikan permintaan gas bumi di wilayah timur Indonesia.
Para mahasiswa yang terdiri atas Mujadid Aldin Albasyir, Adiv Gayu Athallah, dan Annisa Aulia yang tergabung dalam sebuah kelompok bernama Anglung Team. Ketiganya merupakan mahasiswa Departemen Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan (FTK) ITS. Mereka menginovasikan sebuah kapal tongkang dengan Winged Air Induction Pipe (WAIP) sebagai Air Lubrication System.
Mujadid Aldin Albasyir selaku ketua tim menuturkan, inovasi tersebut diangkat dari potensi wilayah timur Indonesia yang memiliki produksi gas bumi kurang lebih 1.000-1.500 MMSCFD dan 87 persennya diekspor ke negara lain.
Tetapi, karena kondisi geografis yang kurang mendukung akibat pulau-pulau yang terpencar menjadikan distribusi gas bumi di Indonesia menjadi susah. "Kita menginovasikan teknologi distribusi gas bumi dengan menggunakan kapal tongkang agar lebih mudah dan murah," kata Aldin, Senin (19/4/2021).
Ia melanjutkan, pada prinsipnya menggabungkan tiga teknologi yang ada di industri maritim. Tiga teknologi tersebut yaitu Kapal Tongkang, Tangki Coselle Compressed Natural Gas (CNG), dan WAIP. "Teknologi tersebut kami rasa lebih tepat dibandingkan menggunakan pipa dan kapal carrier dalam distribusi gas bumi ," jelasnya.
Aldin menambahkan, kapal tongkang dan tangki coselle digunakan untuk memaksimalkan kapasitas gas bumi yang akan dibawa. Sedangkan WAIP sendiri digunakan untuk mengurangi resistansi dan gesekan pada kapal. Dengan menggunakan inovasi WAIP secara otomatis dapat mengurangi sekaligus menghemat bahan bakar sebesar 10 persen dibandingkan dengan kapal tongkang konvensional.
Para mahasiswa yang terdiri atas Mujadid Aldin Albasyir, Adiv Gayu Athallah, dan Annisa Aulia yang tergabung dalam sebuah kelompok bernama Anglung Team. Ketiganya merupakan mahasiswa Departemen Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan (FTK) ITS. Mereka menginovasikan sebuah kapal tongkang dengan Winged Air Induction Pipe (WAIP) sebagai Air Lubrication System.
Mujadid Aldin Albasyir selaku ketua tim menuturkan, inovasi tersebut diangkat dari potensi wilayah timur Indonesia yang memiliki produksi gas bumi kurang lebih 1.000-1.500 MMSCFD dan 87 persennya diekspor ke negara lain.
Tetapi, karena kondisi geografis yang kurang mendukung akibat pulau-pulau yang terpencar menjadikan distribusi gas bumi di Indonesia menjadi susah. "Kita menginovasikan teknologi distribusi gas bumi dengan menggunakan kapal tongkang agar lebih mudah dan murah," kata Aldin, Senin (19/4/2021).
Ia melanjutkan, pada prinsipnya menggabungkan tiga teknologi yang ada di industri maritim. Tiga teknologi tersebut yaitu Kapal Tongkang, Tangki Coselle Compressed Natural Gas (CNG), dan WAIP. "Teknologi tersebut kami rasa lebih tepat dibandingkan menggunakan pipa dan kapal carrier dalam distribusi gas bumi ," jelasnya.
Aldin menambahkan, kapal tongkang dan tangki coselle digunakan untuk memaksimalkan kapasitas gas bumi yang akan dibawa. Sedangkan WAIP sendiri digunakan untuk mengurangi resistansi dan gesekan pada kapal. Dengan menggunakan inovasi WAIP secara otomatis dapat mengurangi sekaligus menghemat bahan bakar sebesar 10 persen dibandingkan dengan kapal tongkang konvensional.