Bisa Picu Perang ! Amerika Kirim Pesawat Pembom Nuklir Dekati China
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Aksi Amerika Serikat (AS) yang mengirim pesawat pembom B-1B Lancer mendekati sebuah perairan di China, diklaim bisa memicu perang antar kedua negara. Pesawat B-1B Lancer ini sendiri dirancang untuk membawa bom nuklir ke target tujuan.
Dalam pengumumannya di Twitter, Angkatan Udara Pasifik AS mengatakan pesawat pembom B-1B melakukan misi di Laut China Selatan, hanya beberapa hari setelah menjalani latihan dengan Angkatan Laut Amerika di dekat Hawaii. "(Guna) menunjukkan kredibilitas Angkatan Udara AS untuk mengatasi lingkungan keamanan yang beragam dan tidak pasti," bunyi pengumuman tersebut yang dilansir South China Morning Post,20 Mei 2020.
Militer Washington tidak merinci kapan penerbangan pesawat pembom berkemampuan nuklir itu berlangsung dan berapa jumlah pesawat yang dikerahkan. Pengumuman itu sudah dirilis Selasa lalu.
Beijing dan Washington masih terkunci dalam perang kata-kata terkait penanganan krisis Covid-19 dan asal-usul virus yang telah menewaskan lebih dari 329.000 orang dan menginfeksi lebih 5 juta orang di seluruh dunia.
Kedua negara sebelumnya juga bersitegang terkait sejumlah isu, termasuk jurnalisme, perdagangan, teknologi, dan militer.
Pada 1 Mei lalu, Angkatan Udara AS mengerahkan empat pesawat pembom B-1B dan sekitar 200 penerbang dari Texas ke Pangkalan Angkatan Udara Andersen di Guam. Misinya adalah untuk mendukung Angkatan Udara Pasifik AS dan untuk melakukan pelatihan dan operasi dengan negara-negara sekutu dan mitra Amerika.
Baca : Angkatan Laut Inggris Investigasi Kebocoran di Kapal Induk Senilai Rp54 T
Li Jie, seorang spesialis militer yang berbasis di Beijing, mengatakan penyebaran pesawat pembom nuklir itu menunjukkan bahwa AS berusaha untuk menjaga pencegahan strategis, di mana Angkatan Udara Amerika telah melakukan 11 penerbangan pada bulan Maret dan 13 penerbangan pada bulan April di atas Selat Taiwan dan Laut China Selatan.
“Jelas, para pembuat keputusan di Pentagon sedang mencoba menggunakan pembom sebagai alat baru dalam pencegahan strategisnya terhadap China. Kami akan melihat gangguan B-1 yang intensif ke wilayah udara di Selat Taiwan dan Laut China Selatan pada bulan Mei," kata Li.
Dia mencatat bahwa segera setelah pengerahan ke Guam, dua pesawat pembom B-1B terbang di atas Laut China Timur dan juga terbang di atas perairan lepas pantai timur laut Taiwan pada 6 Mei yang katanya merupakan indikasi kepada Taiwan bahwa AS belum memberikan pengaruh militernya di wilayah tersebut.
Pada 29 April, Angkatan Udara AS mengirim dua B-1B Lancers untuk penerbangan bolak-balik 32 jam di atas Laut China Selatan. Pesawat itu merotasi pesawat pembom B-1, B-2 dan B-52.
Dalam pengumumannya di Twitter, Angkatan Udara Pasifik AS mengatakan pesawat pembom B-1B melakukan misi di Laut China Selatan, hanya beberapa hari setelah menjalani latihan dengan Angkatan Laut Amerika di dekat Hawaii. "(Guna) menunjukkan kredibilitas Angkatan Udara AS untuk mengatasi lingkungan keamanan yang beragam dan tidak pasti," bunyi pengumuman tersebut yang dilansir South China Morning Post,20 Mei 2020.
Militer Washington tidak merinci kapan penerbangan pesawat pembom berkemampuan nuklir itu berlangsung dan berapa jumlah pesawat yang dikerahkan. Pengumuman itu sudah dirilis Selasa lalu.
Beijing dan Washington masih terkunci dalam perang kata-kata terkait penanganan krisis Covid-19 dan asal-usul virus yang telah menewaskan lebih dari 329.000 orang dan menginfeksi lebih 5 juta orang di seluruh dunia.
Kedua negara sebelumnya juga bersitegang terkait sejumlah isu, termasuk jurnalisme, perdagangan, teknologi, dan militer.
Pada 1 Mei lalu, Angkatan Udara AS mengerahkan empat pesawat pembom B-1B dan sekitar 200 penerbang dari Texas ke Pangkalan Angkatan Udara Andersen di Guam. Misinya adalah untuk mendukung Angkatan Udara Pasifik AS dan untuk melakukan pelatihan dan operasi dengan negara-negara sekutu dan mitra Amerika.
Baca : Angkatan Laut Inggris Investigasi Kebocoran di Kapal Induk Senilai Rp54 T
Li Jie, seorang spesialis militer yang berbasis di Beijing, mengatakan penyebaran pesawat pembom nuklir itu menunjukkan bahwa AS berusaha untuk menjaga pencegahan strategis, di mana Angkatan Udara Amerika telah melakukan 11 penerbangan pada bulan Maret dan 13 penerbangan pada bulan April di atas Selat Taiwan dan Laut China Selatan.
“Jelas, para pembuat keputusan di Pentagon sedang mencoba menggunakan pembom sebagai alat baru dalam pencegahan strategisnya terhadap China. Kami akan melihat gangguan B-1 yang intensif ke wilayah udara di Selat Taiwan dan Laut China Selatan pada bulan Mei," kata Li.
Dia mencatat bahwa segera setelah pengerahan ke Guam, dua pesawat pembom B-1B terbang di atas Laut China Timur dan juga terbang di atas perairan lepas pantai timur laut Taiwan pada 6 Mei yang katanya merupakan indikasi kepada Taiwan bahwa AS belum memberikan pengaruh militernya di wilayah tersebut.
Pada 29 April, Angkatan Udara AS mengirim dua B-1B Lancers untuk penerbangan bolak-balik 32 jam di atas Laut China Selatan. Pesawat itu merotasi pesawat pembom B-1, B-2 dan B-52.