Cerita Ibu Kevin, 1 dari 6 Pemuda Palembang yang Hilang Misterius di Garut
loading...
A
A
A
PALEMBANG - Inilah kata-kata terakhir yang diucapkan oleh Ita (42), “Hati-hati di jalan ya Nak,” saat berkomunikasi dengan putranya, Kevin Kenzora Pratama, terakhir kali pada 15 September 2017 lalu. Sang ibu tidak menyangka setelah itu anaknya dinyatakan hilang.
Kevin atau Agam, begitu panggilan akrab mahasiswa Universitas Indo Global Mandiri (UIGM) ini, merupakan satu dari enam pemuda asal Palembang yang dinyatakan hilang saat berada di Garut, Jawa Barat.
Bahkan setelah hampir tiga tahun kasus hilangnya enam pemuda itu, hingga kini belum ditemukan titik terang. Selama itu pula sang ibu tak henti-hentinya berdoa agar anak pertamanya itu diberikan keselamatan. ( Baca:Kemenperin Rencana Ekspor APD di Saat Ada Daerah Masih Kekurangan )
Masih jelas dalam ingatan Ita, tatkala melakukan berbagai upaya untuk memperoleh informasi terkait keberadaan Kevin. Dirinya bersama keluarga dari lima pemuda lainnya, bahkan sudah beberapa kali datang ke Garut . Tapi hasilnya tetap nihil.
Diceritakan oleh Ita, awalnya ia mengira kalau Kevin yang berangkat bersama Aat dan Adit ke Garut itu hanya untuk jalan-jalan, pada 5 September 2017 lalu. Ita tidak tahu jika ternyata Ihsan, Taufan, dan Dian Wahyudi juga ikut dalam rombongan itu.
Bahkan sebelum hilang, Kevin sempat menghubunginya untuk memberitahukan kalau malam di tanggal 14 September 2017, mereka menginap di rumah milik Aji, warga Palembang yang menjadi salah satu pengusaha kulit di Garut.
"Nah besoknya atau sekitar pulul 09.00 WIB, tanggal 15 September. Anak saya sempat menghubungi lagi dan bilang kalau akan pulang. Selain itu juga Kevin sempat menghubungi kakeknya minta diisikan pulsa," katanya, Senin (18/5/2020).
Pada saat itu memang percakapan di telepon terdengar bising, dan memang menggambarkan kalau kondisinya sedang berada di jalan. Akan tetapi, selang beberapa jam kemudian, Ita sudah tidak bisa lagi menghubungi putranya itu. Hanphone Kevin sudah tidak aktif serta tidak bisa dihubungi.
Kemudian ia mendapatkan firasat yang tidak enak, dan berusaha mencoba berkomunikasi dengan keluarga teman-teman yang berangkat bersama Kevin. Ternyata hasilnya sama, semua teman-temannya itu juga tidak bisa dihubungi lagi.
Saat dalam situasi kebingungan, salah satu keluarga pemuda itu mendapatkan informasi dari Adeng, salah seorang dari karyawan Aji. Mereka diminta untuk berangkat ke Garut untuk mencari keenam pemuda itu.
Akhinya Ita, bersama nenek Kevin, Istri Taufan, dan ibu Aat, tiba di Garut . Di sana mereka berbagi tugas untuk mencari informasi terkait keberadaan enam orang itu. Mulai dari ke pasar, kantor kepolisian, dan tempat-tempat keramaian lainnya. Namun, keenamnya hilang bak ditelan bumi. Tak satu pun petunjuk didapatkan.
"Sekitar satu minggu kami tinggal di rumah Aji, dan diberi fasilitas kendaraan untuk mencarinya. Hingga akhirnya saya mendengar jika Aji berkata kepada salah satu dari kami bahwa mereka akan pulang sendiri," katanya.
Setelah kembali pulang ke Palembang, upaya pencarian terus dilakukan, baik melaporkan kehilangan secara resmi ke pihak kepolisian maupun dengan jalan melalui paranormal. Tapi lagi-lagi, semua usaha itu belum berbuah hasil.
Dalam kenangan Ita, Kevin merupakan anak yang manja, dan lingkungan teman-temannya juga tidak ada yang aneh. Anaknya itu dapat dikatakan rajin beribadah. Selain itu, jika pun main ke rumah temannya, Kevin pasti pulang.
"Kevin itu manja, dia juga gampang sakit. Bahkan kalau mandi pagi saja harus dengan air hangat. Saat pamitan mau berangkat pun tidak ada yang mencurigakan, dan barang bawaannya juga pakaian biasa," katanya.
Sampai saat ini, Ita masih percaya jika anaknya dalam kondisi baik-baik saja. Selain itu, keluarga juga masih memiliki harapan besar jika Kevin dapat pulang kembali ke rumah.
Kevin atau Agam, begitu panggilan akrab mahasiswa Universitas Indo Global Mandiri (UIGM) ini, merupakan satu dari enam pemuda asal Palembang yang dinyatakan hilang saat berada di Garut, Jawa Barat.
Bahkan setelah hampir tiga tahun kasus hilangnya enam pemuda itu, hingga kini belum ditemukan titik terang. Selama itu pula sang ibu tak henti-hentinya berdoa agar anak pertamanya itu diberikan keselamatan. ( Baca:Kemenperin Rencana Ekspor APD di Saat Ada Daerah Masih Kekurangan )
Masih jelas dalam ingatan Ita, tatkala melakukan berbagai upaya untuk memperoleh informasi terkait keberadaan Kevin. Dirinya bersama keluarga dari lima pemuda lainnya, bahkan sudah beberapa kali datang ke Garut . Tapi hasilnya tetap nihil.
Diceritakan oleh Ita, awalnya ia mengira kalau Kevin yang berangkat bersama Aat dan Adit ke Garut itu hanya untuk jalan-jalan, pada 5 September 2017 lalu. Ita tidak tahu jika ternyata Ihsan, Taufan, dan Dian Wahyudi juga ikut dalam rombongan itu.
Bahkan sebelum hilang, Kevin sempat menghubunginya untuk memberitahukan kalau malam di tanggal 14 September 2017, mereka menginap di rumah milik Aji, warga Palembang yang menjadi salah satu pengusaha kulit di Garut.
"Nah besoknya atau sekitar pulul 09.00 WIB, tanggal 15 September. Anak saya sempat menghubungi lagi dan bilang kalau akan pulang. Selain itu juga Kevin sempat menghubungi kakeknya minta diisikan pulsa," katanya, Senin (18/5/2020).
Pada saat itu memang percakapan di telepon terdengar bising, dan memang menggambarkan kalau kondisinya sedang berada di jalan. Akan tetapi, selang beberapa jam kemudian, Ita sudah tidak bisa lagi menghubungi putranya itu. Hanphone Kevin sudah tidak aktif serta tidak bisa dihubungi.
Kemudian ia mendapatkan firasat yang tidak enak, dan berusaha mencoba berkomunikasi dengan keluarga teman-teman yang berangkat bersama Kevin. Ternyata hasilnya sama, semua teman-temannya itu juga tidak bisa dihubungi lagi.
Saat dalam situasi kebingungan, salah satu keluarga pemuda itu mendapatkan informasi dari Adeng, salah seorang dari karyawan Aji. Mereka diminta untuk berangkat ke Garut untuk mencari keenam pemuda itu.
Akhinya Ita, bersama nenek Kevin, Istri Taufan, dan ibu Aat, tiba di Garut . Di sana mereka berbagi tugas untuk mencari informasi terkait keberadaan enam orang itu. Mulai dari ke pasar, kantor kepolisian, dan tempat-tempat keramaian lainnya. Namun, keenamnya hilang bak ditelan bumi. Tak satu pun petunjuk didapatkan.
"Sekitar satu minggu kami tinggal di rumah Aji, dan diberi fasilitas kendaraan untuk mencarinya. Hingga akhirnya saya mendengar jika Aji berkata kepada salah satu dari kami bahwa mereka akan pulang sendiri," katanya.
Setelah kembali pulang ke Palembang, upaya pencarian terus dilakukan, baik melaporkan kehilangan secara resmi ke pihak kepolisian maupun dengan jalan melalui paranormal. Tapi lagi-lagi, semua usaha itu belum berbuah hasil.
Dalam kenangan Ita, Kevin merupakan anak yang manja, dan lingkungan teman-temannya juga tidak ada yang aneh. Anaknya itu dapat dikatakan rajin beribadah. Selain itu, jika pun main ke rumah temannya, Kevin pasti pulang.
"Kevin itu manja, dia juga gampang sakit. Bahkan kalau mandi pagi saja harus dengan air hangat. Saat pamitan mau berangkat pun tidak ada yang mencurigakan, dan barang bawaannya juga pakaian biasa," katanya.
Sampai saat ini, Ita masih percaya jika anaknya dalam kondisi baik-baik saja. Selain itu, keluarga juga masih memiliki harapan besar jika Kevin dapat pulang kembali ke rumah.
(ihs)