Tambah 14 Positif COVID-19, Pabrik Rokok Tulungagung Tetap Operasi
loading...
A
A
A
TULUNGAGUNG - Jumlah kasus COVID-19 yang berasal dari kluster pabrik rokok Mustika Kabupaten Tulungagung, terus bertambah. Hasil swab terhadap 14 orang dengan 13 di antaranya buruh linting rokok, terkonfirmasi positif.
(Baca juga: Cemburu, Remaja Ini Tega Tusuk Leher Kekasihnya Hingga Tewas )
"Hari ini kita mendapati 14 pasien kita yang dinyatakan konfirmasi positif," ujar Galih Nusantoro juru bicara Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Kabupaten Tulungagung, kepada wartawan, Senin (18/5/2020) malam.
Ke 14 orang yang hasil swabnya positif tersebut seluruhnya warga Tulungagung. Di antaranya berasal dari wilayah Kecamatan Sendang, Kecamatan Karangrejo, Kecamatan Pakel, Kecamatan Gondang, Kecamatan Kauman, dan Kecamatan Boyolangu.
"Sebanyak 13 orang karyawan pabrik rokok dan satu orang PDP (Pasien dalam Pengawasan)," terang Galih. Dari 14 orang tersebut, 13 di antaranya berstatus Orang Tanpa Gejala (OTG). Mereka dalam kondisi sehat.
Namun saat rapid test massal yang diikuti 241 buruh, ke 14 tersebut dinyatakan reaktif. Begitu juga hasil swab testnya yang keluar Senin (18/5/2020), juga terkonfirmasi positif COVID-19 .
"Sebanyak 13 orang berstatus OTG. Yang satu orang dalam perawatan. Saat ini semuanya dikarantina di Rusunawa," tambah Galih.
Pada Senin (18/5/2020) petugas medis juga kembali melakukan rapid test massal di kawasan pabrik rokok. Rapid test massal dilakukan kepada 140 orang buruh serta warga sekitar pabrik.
Rapid test massal ulang tersebut kata Galih merupakan roll model yang pernah diterapkan dalam karantina kawasan di Desa Jabalsari Kecamatan Sumbergempol. Hasilnya (rapid test ulang) ditemukan lima orang reaktif. "Kelimanya sudah dikarantina," kata Galih.
Meski jumlah kasus positif terus bertambah, pabrik rokok Mustika hingga kini masih beroperasi. Begitu juga dua pabrik rokok lain yang masih satu grup keluarga. Juga tetap berproduksi. "Masih. Masih (beroperasi)," papar Galih.
Masih beroperasinya pabrik rokok tersebut, menurut Galih bukan persoalan. Sebab yang bekerja adalah karyawan yang statusnya normal sekaligus tidak sedang menjalani karantina mandiri.
Ia juga mengatakan rapid test massal terhadap dua pabrik rokok lain yang masih satu grup dengan pabrik Mustika, belum diperlukan. Galih berdalih, dalam pelaksanaan rapid test diperlukan skala prioritas, efektifitas, kecermatan, serta ketepatan.
Rapid test massal juga mempertimbangkan eskalasi kasus. Sementara yang terjadi di lingkungan pabrik, menurut Galih penyebarannya hanya sekian persen dan baginya tidak begitu berarti. "Juga menyangkut pembiayaan yang cukup mahal," tegas Galih.
Namun kendati demikian tim gugus tugas juga masih menunggu hasil perkembangan analisa. Hasil perkembangan analisa tersebut akan menjadi penentu, apakah perlu dilakukan penutupan seperti di daerah lain atau tidak. "Menunggu perkembangan analisa," ungkap Galih.
Sementara terkait produk rokok yang dihasilkan, Galih juga mengatakan tidak perlu dilakukan penarikan. Sebab kalaupun ada virus COVID-19 menempel di kertas rokok, ketahananya tidak akan berlangsung lama.
Virus Corona, kata Galih akan mati dengan sendirinya saat proses penggudangan produk. "Penarikan rokok saya kira masih jauh," pungkas Galih.
Seperti diketahui, sebelumnya kluster pabrik rokok di Tulungagung telah membuat lonjakan angka kasus COVID-19 di Kota dan Kabupaten Kediri. Tercatat ada 16 buruh pabrik rokok Tulungagung asal Kota Kediri yang hasil swab testnya terkonfirmasi positif COVID-19 . Kemudian 14 buruh rokok Tulungagung, asal Kabupaten Kediri, yang swab testnya juga dinyatakan positif.
(Baca juga: Cemburu, Remaja Ini Tega Tusuk Leher Kekasihnya Hingga Tewas )
"Hari ini kita mendapati 14 pasien kita yang dinyatakan konfirmasi positif," ujar Galih Nusantoro juru bicara Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Kabupaten Tulungagung, kepada wartawan, Senin (18/5/2020) malam.
Ke 14 orang yang hasil swabnya positif tersebut seluruhnya warga Tulungagung. Di antaranya berasal dari wilayah Kecamatan Sendang, Kecamatan Karangrejo, Kecamatan Pakel, Kecamatan Gondang, Kecamatan Kauman, dan Kecamatan Boyolangu.
"Sebanyak 13 orang karyawan pabrik rokok dan satu orang PDP (Pasien dalam Pengawasan)," terang Galih. Dari 14 orang tersebut, 13 di antaranya berstatus Orang Tanpa Gejala (OTG). Mereka dalam kondisi sehat.
Namun saat rapid test massal yang diikuti 241 buruh, ke 14 tersebut dinyatakan reaktif. Begitu juga hasil swab testnya yang keluar Senin (18/5/2020), juga terkonfirmasi positif COVID-19 .
"Sebanyak 13 orang berstatus OTG. Yang satu orang dalam perawatan. Saat ini semuanya dikarantina di Rusunawa," tambah Galih.
Pada Senin (18/5/2020) petugas medis juga kembali melakukan rapid test massal di kawasan pabrik rokok. Rapid test massal dilakukan kepada 140 orang buruh serta warga sekitar pabrik.
Rapid test massal ulang tersebut kata Galih merupakan roll model yang pernah diterapkan dalam karantina kawasan di Desa Jabalsari Kecamatan Sumbergempol. Hasilnya (rapid test ulang) ditemukan lima orang reaktif. "Kelimanya sudah dikarantina," kata Galih.
Meski jumlah kasus positif terus bertambah, pabrik rokok Mustika hingga kini masih beroperasi. Begitu juga dua pabrik rokok lain yang masih satu grup keluarga. Juga tetap berproduksi. "Masih. Masih (beroperasi)," papar Galih.
Masih beroperasinya pabrik rokok tersebut, menurut Galih bukan persoalan. Sebab yang bekerja adalah karyawan yang statusnya normal sekaligus tidak sedang menjalani karantina mandiri.
Ia juga mengatakan rapid test massal terhadap dua pabrik rokok lain yang masih satu grup dengan pabrik Mustika, belum diperlukan. Galih berdalih, dalam pelaksanaan rapid test diperlukan skala prioritas, efektifitas, kecermatan, serta ketepatan.
Rapid test massal juga mempertimbangkan eskalasi kasus. Sementara yang terjadi di lingkungan pabrik, menurut Galih penyebarannya hanya sekian persen dan baginya tidak begitu berarti. "Juga menyangkut pembiayaan yang cukup mahal," tegas Galih.
Namun kendati demikian tim gugus tugas juga masih menunggu hasil perkembangan analisa. Hasil perkembangan analisa tersebut akan menjadi penentu, apakah perlu dilakukan penutupan seperti di daerah lain atau tidak. "Menunggu perkembangan analisa," ungkap Galih.
Sementara terkait produk rokok yang dihasilkan, Galih juga mengatakan tidak perlu dilakukan penarikan. Sebab kalaupun ada virus COVID-19 menempel di kertas rokok, ketahananya tidak akan berlangsung lama.
Virus Corona, kata Galih akan mati dengan sendirinya saat proses penggudangan produk. "Penarikan rokok saya kira masih jauh," pungkas Galih.
Seperti diketahui, sebelumnya kluster pabrik rokok di Tulungagung telah membuat lonjakan angka kasus COVID-19 di Kota dan Kabupaten Kediri. Tercatat ada 16 buruh pabrik rokok Tulungagung asal Kota Kediri yang hasil swab testnya terkonfirmasi positif COVID-19 . Kemudian 14 buruh rokok Tulungagung, asal Kabupaten Kediri, yang swab testnya juga dinyatakan positif.
(eyt)