Penanganan Stunting Bantaeng Dinilai Bisa Jadi Percontohan Nasional
loading...
A
A
A
BANTAENG - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pembangunan Masyarakat dan Kebudayaan RI, Muhadjir Effendy menyebut penanganan stunting di Kabupaten Bantaeng bisa menjadi percontohan di daerah lain.
Hal itu ia sampaikan saat meresmikan gedung pelayanan Gizi Terpadu di Desa Lumpangan, Kabupaten Bantaeng, Selasa, (2/02/2021). Dalam kesempatan itu, Muhadjir yang didampingi Pelaksana tugas (Plt) Gubernur Sulsel, Sudirman Sulaiman, Anggota DPR RI, Aliyah Mustika Ilham. Ia mengakui dan memberikan apresiasi atas inovasi penanganan stunting di Bantaeng.
"Saya mengapresiasi apa yang pak Bupati prakarsai yang telah membangun pusat layanan gizi terpadu . Ini saya kira yang pertama di Indonesia," jelasdi, Selasa, (2/02/2021).
Dia mengatakan, keberadaan gedung Pelayanan Gizi Terpadu ini adalah sebuah inovasi yang sangat baik. Penanganan stunting bisa dilakukan secara integral dan komprehensif secara bersama-sama di gedung berlantai dua itu. Dia juga mengajak daerah lainnya untuk ikut mereplikasi inovasi dari Kabupaten Bantaeng ini.
"Ini patut dikembangkan atau direplikasi di daerah lainnya," jelas dia.
Dia menambahkan, Bantaeng juga memiliki angka stunting yang relatif kecil. Berada di kisaran 21 persen. Angka ini terkecil di Indonesia dan mengalahkan angka stunting nasional yang saat ini berada di angka 24 persen.
"Kita harapkan angka stunting di Bantaeng terus turun hingga menyentuh standar WHO sebesar 14 persen," jelas dia.
Muhadjir menambahkan, stunting harus ditangani secara bersama-sama. Menurutnya, hal ini juga berkaitan dengan pengembangan SDM daerah. Menurutnya, stunting bukan hanya pada persoalan tinggi tubuh anak. Melainkan juga perkembangan kognitif dan kemampuan berfikir anak.
"Ada anak yang pernah saya dapati, tubuhnya baik, tinggi, tetapi daya ingatnya rendah. Diajar kemudian dalam satu jam sudah lupa pelajarannya," jelas dia.
Kepala BKKBN RI, Hasto Wardoyo, berharap gedung ini bisa menjadi refleksi untuk penanganan gizi di Indonesia. Terutama untuk gizi ibu hamil.
Ia menyebut, gizi untuk ibu hamil sangat menentukan masa depan anak-anaknya selama tiga generasi. Oleh karena itu, dia menyebut hal ini sebagai bentuk upaya peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) di Bantaeng.
"Keturunan tiga generasi ditentukan ibu hamil yang sekarang. Mencegah stunting tiga generasi harus dilakukan dari sekarang. Bisa bayangkan, ketika seorang ibu hamilkan anak perempuan dengan kondisi gizi yang tidak baik, maka efeknya bisa terjadi tiga generasi," jelas dia.
Dia juga berharap kepada gedung penanggulangan Gizi ini untuk ikut melakukan sosialisasi 75 hari persiapan nikah. Dia mengatakan, 75 hari persiapan nikah ini terkait dengan gizi untuk perbaikan kualitas sperma.
"Ini juga terkait dengan peningkatan SDM. Karena sperma yang digunakan hari ini adalah sperma yang diproduksi 75 hari lalu," jelas dia.
Hal itu ia sampaikan saat meresmikan gedung pelayanan Gizi Terpadu di Desa Lumpangan, Kabupaten Bantaeng, Selasa, (2/02/2021). Dalam kesempatan itu, Muhadjir yang didampingi Pelaksana tugas (Plt) Gubernur Sulsel, Sudirman Sulaiman, Anggota DPR RI, Aliyah Mustika Ilham. Ia mengakui dan memberikan apresiasi atas inovasi penanganan stunting di Bantaeng.
"Saya mengapresiasi apa yang pak Bupati prakarsai yang telah membangun pusat layanan gizi terpadu . Ini saya kira yang pertama di Indonesia," jelasdi, Selasa, (2/02/2021).
Dia mengatakan, keberadaan gedung Pelayanan Gizi Terpadu ini adalah sebuah inovasi yang sangat baik. Penanganan stunting bisa dilakukan secara integral dan komprehensif secara bersama-sama di gedung berlantai dua itu. Dia juga mengajak daerah lainnya untuk ikut mereplikasi inovasi dari Kabupaten Bantaeng ini.
"Ini patut dikembangkan atau direplikasi di daerah lainnya," jelas dia.
Dia menambahkan, Bantaeng juga memiliki angka stunting yang relatif kecil. Berada di kisaran 21 persen. Angka ini terkecil di Indonesia dan mengalahkan angka stunting nasional yang saat ini berada di angka 24 persen.
"Kita harapkan angka stunting di Bantaeng terus turun hingga menyentuh standar WHO sebesar 14 persen," jelas dia.
Muhadjir menambahkan, stunting harus ditangani secara bersama-sama. Menurutnya, hal ini juga berkaitan dengan pengembangan SDM daerah. Menurutnya, stunting bukan hanya pada persoalan tinggi tubuh anak. Melainkan juga perkembangan kognitif dan kemampuan berfikir anak.
"Ada anak yang pernah saya dapati, tubuhnya baik, tinggi, tetapi daya ingatnya rendah. Diajar kemudian dalam satu jam sudah lupa pelajarannya," jelas dia.
Kepala BKKBN RI, Hasto Wardoyo, berharap gedung ini bisa menjadi refleksi untuk penanganan gizi di Indonesia. Terutama untuk gizi ibu hamil.
Ia menyebut, gizi untuk ibu hamil sangat menentukan masa depan anak-anaknya selama tiga generasi. Oleh karena itu, dia menyebut hal ini sebagai bentuk upaya peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) di Bantaeng.
"Keturunan tiga generasi ditentukan ibu hamil yang sekarang. Mencegah stunting tiga generasi harus dilakukan dari sekarang. Bisa bayangkan, ketika seorang ibu hamilkan anak perempuan dengan kondisi gizi yang tidak baik, maka efeknya bisa terjadi tiga generasi," jelas dia.
Dia juga berharap kepada gedung penanggulangan Gizi ini untuk ikut melakukan sosialisasi 75 hari persiapan nikah. Dia mengatakan, 75 hari persiapan nikah ini terkait dengan gizi untuk perbaikan kualitas sperma.
"Ini juga terkait dengan peningkatan SDM. Karena sperma yang digunakan hari ini adalah sperma yang diproduksi 75 hari lalu," jelas dia.
(agn)