Diterjang Pandemi COVID-19, Ekonomi Jatim Selama 2020 Minus 2,39 Persen
loading...
A
A
A
SURABAYA - Pandemi COVID-19 membuat ekonomi Jawa Timur (Jatim) babak belur. Selama 2020, perekonomian di provinsi berpenduduk 40,6 juta jiwa ini terkontraksi atau -2,39%. Sedangkan di triwulan IV 2020, ekonomi Jatim terkontraksi -2,64%.
Dari sisi produksi, sebagian besar lapangan usaha mengalami kontraksi. Beberapa lapangan usaha yang masih tumbuh tinggi adalah Informasi dan Komunikasi sebesar 9,83%. Diikuti Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 8,70% serta Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang sebesar 5,03%.
Baca juga: Lereng Gunung Wilis Longsor, Empat Rumah Warga Rusak
“Pertumbuhan lapangan usaha Informasi dan Komunikasi akibat adanya pemberlakuan WFH (Work From Home) dan SFH (School From Home). Sehingga meningkatkan trafik data provider seluler serta meningkatnya penggunaan aplikasi rapat virtual seperti Zoom Meeting, seminar daring,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim Dadang Hardiwan, Jumat (5/2/2021).
Struktur perekonomian Jatim selama 2020, kata dia, didominasi oleh tiga lapangan usaha utama.Yakni Lapangan Usaha Industri Pengolahan dengan kontribusi sebesar 30,69%, Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 17,92%, serta Pertanian, Kehutanan dan Perikanan sebesar 11,90%. “Sebagian besar komponen PDRB (produk domestik regional bruto) menurut Pengeluaran mengalami kontraksi,” imbuh Dadang.
Data BPS Jatim menunjukkan, komponen pengeluaran yang masih tumbuh adalah konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) 0,23% dan Ekspor Luar Negeri 10,06%. Pertumbuhan komponen LNPRT sepanjang tahun 2020 dipicu Pilkada serentak yang berbarengan dengan kegiatan keagamaan. Sedangkan Ekspor Luar Negeri dipengaruhi ekspor perhiasan, kayu, barang dari kayu, tembaga dan perabot rumah tangga.
Baca juga: Jelang Berakhirnya PPKM, Zona Merah di Jatim Tinggal Dua Daerah
Komponen yang mengalami kontraksi terdalam yaitu Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) -4,31%. Disusul Pengeluaran Konsumsi Pemerintah -3,18%, Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga -0,83 persen dan Impor Luar Negeri -9,22 persen. Terkontraksinya komponen PMTB akibat realisasi semen dan belanja modal turun. “Disamping itu karena pandemi COVID-19, diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) menjadikan ruang gerak masyarakat terbatas,” pungkas Dadang
Dari sisi produksi, sebagian besar lapangan usaha mengalami kontraksi. Beberapa lapangan usaha yang masih tumbuh tinggi adalah Informasi dan Komunikasi sebesar 9,83%. Diikuti Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 8,70% serta Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang sebesar 5,03%.
Baca juga: Lereng Gunung Wilis Longsor, Empat Rumah Warga Rusak
“Pertumbuhan lapangan usaha Informasi dan Komunikasi akibat adanya pemberlakuan WFH (Work From Home) dan SFH (School From Home). Sehingga meningkatkan trafik data provider seluler serta meningkatnya penggunaan aplikasi rapat virtual seperti Zoom Meeting, seminar daring,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim Dadang Hardiwan, Jumat (5/2/2021).
Struktur perekonomian Jatim selama 2020, kata dia, didominasi oleh tiga lapangan usaha utama.Yakni Lapangan Usaha Industri Pengolahan dengan kontribusi sebesar 30,69%, Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 17,92%, serta Pertanian, Kehutanan dan Perikanan sebesar 11,90%. “Sebagian besar komponen PDRB (produk domestik regional bruto) menurut Pengeluaran mengalami kontraksi,” imbuh Dadang.
Data BPS Jatim menunjukkan, komponen pengeluaran yang masih tumbuh adalah konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) 0,23% dan Ekspor Luar Negeri 10,06%. Pertumbuhan komponen LNPRT sepanjang tahun 2020 dipicu Pilkada serentak yang berbarengan dengan kegiatan keagamaan. Sedangkan Ekspor Luar Negeri dipengaruhi ekspor perhiasan, kayu, barang dari kayu, tembaga dan perabot rumah tangga.
Baca juga: Jelang Berakhirnya PPKM, Zona Merah di Jatim Tinggal Dua Daerah
Komponen yang mengalami kontraksi terdalam yaitu Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) -4,31%. Disusul Pengeluaran Konsumsi Pemerintah -3,18%, Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga -0,83 persen dan Impor Luar Negeri -9,22 persen. Terkontraksinya komponen PMTB akibat realisasi semen dan belanja modal turun. “Disamping itu karena pandemi COVID-19, diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) menjadikan ruang gerak masyarakat terbatas,” pungkas Dadang
(msd)