Tempati Posisi Puncak Nasional, Realisasi Investasi di Jabar Tembus Rp120 Triliun
loading...
A
A
A
BANDA ACEH - Provinsi Jawa Barat menempati posisi puncak dalam realisasi investasi sepanjang 2020 lalu. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan, dari total realisasi nasional yang mencapai Rp826 triliun, Jabar sukses mencetak realisasi investasi sebesar Rp120,4 triliun.
"Investasi Jabar terbanyak, provinsi lain perlu belajar dari Kang Emil (Gubernur Jabar, Ridwan Kamil). Apakah karena ada infrastruktur pendukung seperti Pelabuhan Patimban atau apa? Sehingga menarik datangnya investor ke Jabar," ungkap Bahlil dalam acara Bisnis Indonesia Business Challenges 2021 secara daring, Selasa (26/1/2021).
Menurut Bahlil, pertumbuhan ekonomi sangat bergantung pada investasi dan konsumsi. Saat ini investasi memberikan andil sebesar 30 persen, sementara konsumsi sebesar 57 persen bagi pertumbuhan ekonomi.
Namun demikian, investasi akan menjadi pintu masuk untuk peningkatan konsumsi yang masif. Dia menilai, dengan nilai investasi terbesar secara nasional, Jabar telah memberikan andil bagi pertumbuhan ekonomi.
"Jika ada investasi, maka akan ada penyerapan tenaga kerja, memberikan penghasilan dan kepastian pendapatan, sehingga konsumsi masyarakat meningkat," jelasnya.
Bahlil juga mengatakan, pertumbuhan ekonomi tidak bisa hanya mengandalkan lapangan pekerjaan yang disediakan oleh negara, seperti menjadi PNS atau pegawai BUMN, maka perlu peran swasta melalui investasi.
Lebih lanjut dia mengatakan, target investasi pada 2020 telah tercapai. Dari perubahan target menjadi Rp817,2 triliun, BKPM mendapat Rp826,2 triliun atau 101,1 persen dari target.
Berdasarkan catatan BKPM, pada kuartal I/2020 capaian PMA (penanaman modal asing) sebesar Rp98 triliun dan PMDN (penanaman modal dalam negeri) Rp112,7 triliun. Pada kuartal II, perolehan PMA dan PMDN turun dimana PMA nilainya Rp97,6 triliun dan PMDN Rp94,3 triliun.
Lalu, periode selanjutnya saat pemerintah mulai mengurangi pembatasan sosial, realisasi kembali naik dimana PMA mencapai 106,1 triliun atau lebih tinggi dari PMDN sebesar Rp102,9 triliun.
Pada kuartal akhir tahun ketika Indang-Undamg UU Cipta Kerja disahkan dan kepastian adanya vaksin kembali membuat PMA naik lagi mencapai Rp111,1 triliun dan lebih tinggi ketimbang PMDN yang mencapai 103,6 triliun.
Sementara itu, Gubernur Jabar, Ridwan Kamil mengatakan, ada sejumlah alasan investor tertarik berinvestasi di Jabar.
Menurut Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, investor menganggap infrastuktur di Jabar sangat mendukung terhadap rencana investasi dan mereka mengakui bahwa infrastruktur Jabar lebih baik dibandingkan provinsi lain.
"Pembangunan (Pelabuhan) Patimban itu viral di antara para pengusaha dunia, sehingga banyak yang tertarik masuk Jabar. Ada 13 kota industri baru yang menarik bagi investor di kawasan Rebana," ujarnya.
Baca juga: Bantu Daur Ulang APD RS Rujukan COVID-19, ITB Kirim Kabin Sterilisasi
Hal lain adalah tingkat produktivitas pekerja Jabar jauh lebih tinggi dibandingkan daerah lain. Bahkan, pengusaha yang memindahkan perusahaannya ke luar Jabar banyak yang balik lagi. "Isu upah tidak terlalu menjadi masalah tetapi produktifitas pekerja lebih penting," terang Emil.
Baca juga: Derita Fauzian, Terbaring Lemah dengan Kepala Terus Membesar
Emil menegaskan, pihaknya tidak membatasi investor dari negara tertentu saja. Semua investor bisa datang untuk berinvestasi, sehingga tidak akan ada negara atau investor yang paling dominan di Jabar.
Namun, investor yang datang wajib berkomitmen untuk berinvestasi dalam jangka waktu yang panjang. "Kami pun tak segan memberikan akses komunikasi secara langsung bagi para investor," katanya.
"Investasi Jabar terbanyak, provinsi lain perlu belajar dari Kang Emil (Gubernur Jabar, Ridwan Kamil). Apakah karena ada infrastruktur pendukung seperti Pelabuhan Patimban atau apa? Sehingga menarik datangnya investor ke Jabar," ungkap Bahlil dalam acara Bisnis Indonesia Business Challenges 2021 secara daring, Selasa (26/1/2021).
Menurut Bahlil, pertumbuhan ekonomi sangat bergantung pada investasi dan konsumsi. Saat ini investasi memberikan andil sebesar 30 persen, sementara konsumsi sebesar 57 persen bagi pertumbuhan ekonomi.
Namun demikian, investasi akan menjadi pintu masuk untuk peningkatan konsumsi yang masif. Dia menilai, dengan nilai investasi terbesar secara nasional, Jabar telah memberikan andil bagi pertumbuhan ekonomi.
"Jika ada investasi, maka akan ada penyerapan tenaga kerja, memberikan penghasilan dan kepastian pendapatan, sehingga konsumsi masyarakat meningkat," jelasnya.
Bahlil juga mengatakan, pertumbuhan ekonomi tidak bisa hanya mengandalkan lapangan pekerjaan yang disediakan oleh negara, seperti menjadi PNS atau pegawai BUMN, maka perlu peran swasta melalui investasi.
Lebih lanjut dia mengatakan, target investasi pada 2020 telah tercapai. Dari perubahan target menjadi Rp817,2 triliun, BKPM mendapat Rp826,2 triliun atau 101,1 persen dari target.
Berdasarkan catatan BKPM, pada kuartal I/2020 capaian PMA (penanaman modal asing) sebesar Rp98 triliun dan PMDN (penanaman modal dalam negeri) Rp112,7 triliun. Pada kuartal II, perolehan PMA dan PMDN turun dimana PMA nilainya Rp97,6 triliun dan PMDN Rp94,3 triliun.
Lalu, periode selanjutnya saat pemerintah mulai mengurangi pembatasan sosial, realisasi kembali naik dimana PMA mencapai 106,1 triliun atau lebih tinggi dari PMDN sebesar Rp102,9 triliun.
Pada kuartal akhir tahun ketika Indang-Undamg UU Cipta Kerja disahkan dan kepastian adanya vaksin kembali membuat PMA naik lagi mencapai Rp111,1 triliun dan lebih tinggi ketimbang PMDN yang mencapai 103,6 triliun.
Sementara itu, Gubernur Jabar, Ridwan Kamil mengatakan, ada sejumlah alasan investor tertarik berinvestasi di Jabar.
Menurut Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, investor menganggap infrastuktur di Jabar sangat mendukung terhadap rencana investasi dan mereka mengakui bahwa infrastruktur Jabar lebih baik dibandingkan provinsi lain.
"Pembangunan (Pelabuhan) Patimban itu viral di antara para pengusaha dunia, sehingga banyak yang tertarik masuk Jabar. Ada 13 kota industri baru yang menarik bagi investor di kawasan Rebana," ujarnya.
Baca juga: Bantu Daur Ulang APD RS Rujukan COVID-19, ITB Kirim Kabin Sterilisasi
Hal lain adalah tingkat produktivitas pekerja Jabar jauh lebih tinggi dibandingkan daerah lain. Bahkan, pengusaha yang memindahkan perusahaannya ke luar Jabar banyak yang balik lagi. "Isu upah tidak terlalu menjadi masalah tetapi produktifitas pekerja lebih penting," terang Emil.
Baca juga: Derita Fauzian, Terbaring Lemah dengan Kepala Terus Membesar
Emil menegaskan, pihaknya tidak membatasi investor dari negara tertentu saja. Semua investor bisa datang untuk berinvestasi, sehingga tidak akan ada negara atau investor yang paling dominan di Jabar.
Namun, investor yang datang wajib berkomitmen untuk berinvestasi dalam jangka waktu yang panjang. "Kami pun tak segan memberikan akses komunikasi secara langsung bagi para investor," katanya.
(boy)