Di Tengah Pandemi COVID-19, Laba Jamsyar Tumbuh 17,23 Persen

Kamis, 14 Mei 2020 - 16:43 WIB
loading...
Di Tengah Pandemi COVID-19,...
Video conference media virtual bertajuk Jamsyar Menyikapi Kondisi Pandemi COVID-19, Kamis (14/5/2020). Foto/Ist
A A A
JAKARTA - PT Jamkrindo Syariah (Jamsyar) mampu bertahan bahkan mengalami pertumbuhan baik dari sisi aset, laba maupun produksi, di tengah pandemi COVID-19.

“Hingga April 2020 Jamsyar menunjukkan kinerja bisnis yang cukup baik dan ini memberikan kami rasa optimistis bahwa kami dapat bertahan dan melewati masa-masa sulit ini dengan baik,” kata Direktur Utama Jamsyar Gatot Suprabowo didampingi Direktur Operasional Achmad Sonhaji dan Direktur Keuangan, SDM dan Umum Endang Sri Winarni, pada video conference media virtual bertajuk Jamsyar Menyikapi Kondisi Pandemi COVID-19, Kamis (14/5/2020).

Gatot mengakui, pandemi COVID-19 memang berpengaruh besar pada bisnis keuangan di Indonesia termasuk Jamsyar. Namun hingga April 2020, Jamsyar bersyukur karena masih mampu membukukan laba yang cukup signifikan, bahkan meningkat dibanding periode yang sama tahun 2019. (Baca Juga: Cekal Corona, Jamsyar-Dompet Dhuafa-MES Bagikan 1.000 Paket Sembako).

“Hasil laporan keuangan perusahaan, hingga April 2020, Jamsyar mampu membukukan laba hingga Rp18,71 miliar atau sebesar 35,27% dari keseluruhan target laba tahun 2020. Apabila dibandingkan dengan pencapaian laba di posisi yang sama tahun lalu, maka laba Jamsyar tumbuh sebesar 17,23%,” ungkap Gatot.

Dari sisi produksi, kata Gatot, volume penjaminan lanjut Gatoto, dapat dikatakan masih sesuai dengan target. Sesuai dengan siklus tahunan produksi, pada posisi April adalah sebesar 30%, sementara realisasi penjaminan adalah sebesar Rp10,4 triliun atau 29,69% dari target. Produk utama pada periode tersebut adalah Surety Bond, Kontra Bank Garansi dan Penjaminan FLPP.

Sesuai dengan POJK mengenai tingkat kesehatan keuangan perusahaan penjaminan, pada periode tersebut nilai tingkat Kesehatan adalah sebesar 1,2 yang berarti Jamsyar berada pada kondisi Sangat Sehat.

Terkait aset, hingga April 2020 Jamsyar mengalami pertumbuhan sebesar 14,09% dibanding posisi akhir tahun 2019. Pertumbuhan tersebut merupakan kontribusi dari pertumbuhan bisnis, di samping adanya penambahan modal disetor oleh Jamkrindo sebesar Rp75 miliar pada awal tahun 2020.

Namun demikian, Gatot mengakui perapan PSBB di berbagai provinsi, berpotensi menimbulkan risiko yang akan berdampak pada kinerja Jamsyar. Beberapa risiko terkait dengan hal tersebut antara lain berkurangnya pencairan pembiayaan yang dilakukan oleh perbankan dan proyek pemerintah maupun swasta. Hal tersebut membutuhkan kejelian bagi Jamsyar untuk tetap mempertahankan kegiatan bisnisnya.

“Selain itu, terdapat kemungkinan adanya peningkatan pengajuan klaim oleh mitra kerja,” kata Gatot.

Untuk itu, Jamsyar telah mengantisipasi dengan melakukan upaya pendekatan kepada mitra perbankan guna melakukan restrukturisasi sesuai dengan kebijakan relaksasi yang dikeluarkan oleh OJK.
Dari sisi kemampuan pembayaran kewajiban, likuiditas Jamsyar masih sangat bagus, yaitu sebesar 550%, dimana sesuai ketentuan POJK, nilai likuiditas dinyatakan dalam kondisi sangat bagus apabila berada di rentang 130% sampai dengan 800%.

“Alhamdulillah Jamsyar sampai saat ini tidak melakukan PHK terhadap karyawan baik yang berstatus karyawan tetap, kontrak atau tenaga outsourching. PHK yang dimaksud berhubungan dengan pandemi COVID-19,” kata Gatot.

Mengingat kondisi pandemi COVID-19 dan dampaknya bagi perekonomian, di mana pemerintah telah merevisi pertumbuhan ekonomi Indonesia, maka Jamsyar juga telah membuat kajian dampak COVID-19 terhadap kinerja Jamsyar pada tahun 2020 melalui 3 skenario.

Yaitu skenario jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Jangka pendek dengan asumsi pandemi COVID-19 akan berakhir Juni dan pada Juli kegiatan ekonomi sudah normal kembali.

Kemudian, skenario 2 adalah pandemi COVID-19 berakhir September dan aktivitas ekonomi baru berjalan Oktober. Skenario ketiga adalah jika pandemi COVID-19 baru berakhir hingga akhir tahun 2020.

Dalam skenario moderat, Jamsyar mengasumsikan pandemi COVID-19 berakhir pada bulan September 2020, dan perusahaan berjalan normal kembali pada Oktober 2020. Sesuai dengan asumsi tersebut, maka IJK Cash Basis ditargetkan mencapai Rp318 miliar dari target semula sebesar Rp400 miliar (79,50%).

Pada skenario ini, beban klaim diproyeksikan meningkat menjadi sebesar Rp114 miliar dari anggaran semula sebesar Rp93,5 miliar (121,93%). Atas klaim tersebut, diharapkan Jamsyar mendapatkan recovery sebesar Rp 34,9 miliar. Pendapatan investasi juga diproyeksikan menjadi sebesar Rp55,5 miliar dari target semula Rp58,5 miliar (94,87%).

Untuk mengimbangi berkurangnya pendapatan dan peningkatan beban klaim, maka Jamsyar melakukan efisiensi biaya, berupa beban operasional dan beban umum serta administrasi. Dengan upaya tersebut, diharapkan laba tahun berjalan mencapai Rp40 miliar dari target semula sebesar Rp53 miliar (75,47%).

Meskipun menurun dari target, namun laba tersebut tetap tumbuh dibandingkan dengan tahun lalu, yaitu sebesar Rp36,5 miliar atau tumbuh sebesar 9,59%.
(nth)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1511 seconds (0.1#10.140)