Peringati Hari Ibu, Ketua PKK Apresiasi Perjuangan Perempuan Aceh di Masa Pandemi
loading...
A
A
A
BANDA ACEH - Ketua Tim Penggerak PKK Aceh Dyah Erti Idawati mengapresiasi perjuangan para perempuan Aceh di tengah pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia dan dunia. Kaum perempuan disebut memainkan peran yang cukup besar dalam upaya memutus mata rantai penyebaran virus itu.
Hal tersebut disampaikan Dyah dalam sambutannya pada acara puncak peringatan Hari Ibu ke-92 tahun 2020 di Anjong Mon Mata, Komplek Meuligo Gubernur Aceh, Selasa (22/12/2020).
"Sisi lain perjuangan perempuan dalam menghentikan penyebaran Covid-19, mulai dari membimbing keluarga saat berada dirumah, menjadi tulang punggung bagi keluarga hingga menjadi garda terdepan pencegahan dan penyembuhan Covid-19 sebagai dokter dan perawat," ujar Dyah.
Sejarah perjuangan dan kehebatan perempuan Aceh, kata Dyah, telah mengakar sejak berabad-abad silam. Aceh disebut selalu melahirkan generasi perempuan tangguh mulai dari masa kerajaan hingga saat ini.
"Sebagaimana kita ketahui bahwa Aceh tercatat dalam sejarah telah melahirkan perempuan-perempuan pejuang yang ikut berperang melawan penjajah, diantaranya Laksamana Malahayati yang terkenal sebagai pemimpin armada Inong Balee dilengkapi lebih 100 kapal perang dengan 2000 pasukan," kata Dyah.
Selain itu, Dyah juga menyebut Cut Nyak Dhien, yang dikenal sebagai pejuang perempuan berhati baja karena bersikeras terus melakukan perlawanan terhadap Belanda. Demikian juga Cut Meutia, Pocut Meurah Intan dan Pocut Baren, jiwa dan semangat perjuangan mereka dalam merebut kemerdekaan disebut tidak kalah dengan kaum laki-laki.
Karena itu, menurut Dyah, sangat disayangkan apabila perempuan masa kini masih harus menghadapi berbagai ketimpangan, mulai dari mengakses, berpartisipasi, ikut menentukan arah, serta menikmati manfaat pembangunan.
Terlebih masa-masa pandemi Covid-19 menempatkan perempuan dalam situasi yang lebih rentan. Hal ini kata Dyah tertuang dalam hasil survei dari UN-Women yang menunjukkan bahwa pandemi Covid-19 telah memperparah kerentanan ekonomi perempuan dan ketidaksetaraan gender serta dapat mengancam upaya pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG’s).
Untuk itu, Peringatan Hari Ibu yang setiap tahunnya dirayakan pada tanggal 22 Desember 2020 merupakan bentuk penghargaan kepada Perempuan Indonesia dari masa ke masa.
Kongres Perempuan I di tahun 1928 menjadi tonggak perjuangan Perempuan Indonesia dalam mengambil peran di setiap derap pembangunan di Indonesia. Dimana perempuan mengisi ruang-ruang kontribusi dalam merebut kemerdekaan, menyuarakan berbagai permasalahan dan turut mencari serta menjadi solusi untuk mengantarkan Indonesia di titik sekarang.
Hal tersebut disampaikan Dyah dalam sambutannya pada acara puncak peringatan Hari Ibu ke-92 tahun 2020 di Anjong Mon Mata, Komplek Meuligo Gubernur Aceh, Selasa (22/12/2020).
"Sisi lain perjuangan perempuan dalam menghentikan penyebaran Covid-19, mulai dari membimbing keluarga saat berada dirumah, menjadi tulang punggung bagi keluarga hingga menjadi garda terdepan pencegahan dan penyembuhan Covid-19 sebagai dokter dan perawat," ujar Dyah.
Sejarah perjuangan dan kehebatan perempuan Aceh, kata Dyah, telah mengakar sejak berabad-abad silam. Aceh disebut selalu melahirkan generasi perempuan tangguh mulai dari masa kerajaan hingga saat ini.
"Sebagaimana kita ketahui bahwa Aceh tercatat dalam sejarah telah melahirkan perempuan-perempuan pejuang yang ikut berperang melawan penjajah, diantaranya Laksamana Malahayati yang terkenal sebagai pemimpin armada Inong Balee dilengkapi lebih 100 kapal perang dengan 2000 pasukan," kata Dyah.
Selain itu, Dyah juga menyebut Cut Nyak Dhien, yang dikenal sebagai pejuang perempuan berhati baja karena bersikeras terus melakukan perlawanan terhadap Belanda. Demikian juga Cut Meutia, Pocut Meurah Intan dan Pocut Baren, jiwa dan semangat perjuangan mereka dalam merebut kemerdekaan disebut tidak kalah dengan kaum laki-laki.
Karena itu, menurut Dyah, sangat disayangkan apabila perempuan masa kini masih harus menghadapi berbagai ketimpangan, mulai dari mengakses, berpartisipasi, ikut menentukan arah, serta menikmati manfaat pembangunan.
Terlebih masa-masa pandemi Covid-19 menempatkan perempuan dalam situasi yang lebih rentan. Hal ini kata Dyah tertuang dalam hasil survei dari UN-Women yang menunjukkan bahwa pandemi Covid-19 telah memperparah kerentanan ekonomi perempuan dan ketidaksetaraan gender serta dapat mengancam upaya pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG’s).
Untuk itu, Peringatan Hari Ibu yang setiap tahunnya dirayakan pada tanggal 22 Desember 2020 merupakan bentuk penghargaan kepada Perempuan Indonesia dari masa ke masa.
Kongres Perempuan I di tahun 1928 menjadi tonggak perjuangan Perempuan Indonesia dalam mengambil peran di setiap derap pembangunan di Indonesia. Dimana perempuan mengisi ruang-ruang kontribusi dalam merebut kemerdekaan, menyuarakan berbagai permasalahan dan turut mencari serta menjadi solusi untuk mengantarkan Indonesia di titik sekarang.