Peneliti UGM Kembangkan Alat Sterilisasi Masker N95
loading...
A
A
A
YOGYAKARTA - Tim penelitian UGM mengembangkan alat steriliasi masker N95 yang biasa digunakan oleh tenaga medis dengan sinar ultraviolet-C (UV-C). Dengan sterilisasi ini masker N95 bisa dipakai berulang kali oleh tenaga medis di rumah sakit atau klinik kesehatan.
Peneliti Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM , Trisasi Lestari, mengatakan, ide awal pembuatan alat ini dilatarbelakangi kelangkaan dan mahalnya masker N95 di pasaran
saat pendemi corona. Tidak hanya di Indonesia tetapi juga di dunia, sehingga para tenaga medis kesulitannya mendapatkan masker N95.
Berdasarkan pengalamannya saat menangani pasien penderita Tuberkulosis (TB) yang juga harus menggunakan masker N95 , petugas TB di puskesmas melakukan mensterilkan masker N95 dengan digantung atau diangin anginkan di bawah sinar matahari. (Baca Juga: Unit Tanggap Bencana UGM Bikin Face Shield dengan Printer 3 Dimensi)
"Karena itu kami terdorong untuk membuat alat ini, bersama peneliti dari Fakultas Teknik UGM ," kata Trisari dalam keterangan tertulisnya, Rabu (13/5/2020).
Proses pembuatan alat ini dimulai sejak awal April dan selesai dalam waktu satu bulan. Alatnya pun dibuat dalam dua ukuran yang mampu menampung 3 atau 9 masker sekaligus. Pemilihan gelombang gelombang sinar ultraviolet UV-C, menurutnya, dengan pertimbangan matang agar tidak merusak kualitas masker saat disterilisasi. Selain itu juga mampu merusak langsung DNA dan RNA bakteri atau virus yang efektif mematikan bakteri dan virus. Sinar UV-C yang digunakan dengan panjang gelombang antara 250-270 nm.
"Proses sterilisasi masker dengan menggunakan paparan sinar ultraviolet UV-C ini hanya memakan waktu selama kurang lebih lima menit untuk membunuh kuman dan virus yang menempel. Untuk box yang kami buat ini dengan waktu sterilisasi 5 menit sudah terbukti tidak ada kuman yang tumbuh," ujarnya.(Baca Juga: Peneliti UGM Ungkap Bahan untuk Hancurkan Material Virus Corona)
Trisari menambahkan, alat sterilisasi ini sebenarnya tidak hanya bisa diterapkan pada masker tapi juga alat medis lainnya seperti gunting, pisau bedah, dan kasa. "Berapa lama efektif paparannya belum kami ukur. Tetapi asumsinya ddngan lama paparan 5-10 menit sudah cukup mematikan," katanya.
Alat ini akan distribusikan dulu ke beberapa puskesmas dan RS di DIY, termasuk Lab Mikrobiologi FKKMK tempat alat ini diuji coba. Alat ini akan terus dikembangkan agar bisa bisa diproduksi secara masal. "Mudah mudahan nanti bisa diproduksi dengan harga yang lebih murah, sehingga terjangkau dan bisa tersedia di seluruh puskesmas dan fasilitas kesehatan lain di Indonesia," katanya.
Peneliti Fakukltas Teknik UGM Eka Firmansyah menambahkan, membuat dua desain alat steriliasai masker N95. Pertama dimensi internal 40 x 40 x 30 cm dan dimensi eksternal 40 x 40 x 40 cm. Dimensi ini memungkinkan sterilisasi dengan volume 48 liter yang dapat mensterilisasi 9 masker N95.
Kedua dengan dimensi eksternal 35 x 15 x 15 dan dimensi eksternal 45 x 15 x 17 cm. Dimensi ini memiliki bilik sterilisasi dengan kapasistas 7,8 liter yang dapat mensterilkan 3 buah masker N95.
Peneliti Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM , Trisasi Lestari, mengatakan, ide awal pembuatan alat ini dilatarbelakangi kelangkaan dan mahalnya masker N95 di pasaran
saat pendemi corona. Tidak hanya di Indonesia tetapi juga di dunia, sehingga para tenaga medis kesulitannya mendapatkan masker N95.
Berdasarkan pengalamannya saat menangani pasien penderita Tuberkulosis (TB) yang juga harus menggunakan masker N95 , petugas TB di puskesmas melakukan mensterilkan masker N95 dengan digantung atau diangin anginkan di bawah sinar matahari. (Baca Juga: Unit Tanggap Bencana UGM Bikin Face Shield dengan Printer 3 Dimensi)
"Karena itu kami terdorong untuk membuat alat ini, bersama peneliti dari Fakultas Teknik UGM ," kata Trisari dalam keterangan tertulisnya, Rabu (13/5/2020).
Proses pembuatan alat ini dimulai sejak awal April dan selesai dalam waktu satu bulan. Alatnya pun dibuat dalam dua ukuran yang mampu menampung 3 atau 9 masker sekaligus. Pemilihan gelombang gelombang sinar ultraviolet UV-C, menurutnya, dengan pertimbangan matang agar tidak merusak kualitas masker saat disterilisasi. Selain itu juga mampu merusak langsung DNA dan RNA bakteri atau virus yang efektif mematikan bakteri dan virus. Sinar UV-C yang digunakan dengan panjang gelombang antara 250-270 nm.
"Proses sterilisasi masker dengan menggunakan paparan sinar ultraviolet UV-C ini hanya memakan waktu selama kurang lebih lima menit untuk membunuh kuman dan virus yang menempel. Untuk box yang kami buat ini dengan waktu sterilisasi 5 menit sudah terbukti tidak ada kuman yang tumbuh," ujarnya.(Baca Juga: Peneliti UGM Ungkap Bahan untuk Hancurkan Material Virus Corona)
Trisari menambahkan, alat sterilisasi ini sebenarnya tidak hanya bisa diterapkan pada masker tapi juga alat medis lainnya seperti gunting, pisau bedah, dan kasa. "Berapa lama efektif paparannya belum kami ukur. Tetapi asumsinya ddngan lama paparan 5-10 menit sudah cukup mematikan," katanya.
Alat ini akan distribusikan dulu ke beberapa puskesmas dan RS di DIY, termasuk Lab Mikrobiologi FKKMK tempat alat ini diuji coba. Alat ini akan terus dikembangkan agar bisa bisa diproduksi secara masal. "Mudah mudahan nanti bisa diproduksi dengan harga yang lebih murah, sehingga terjangkau dan bisa tersedia di seluruh puskesmas dan fasilitas kesehatan lain di Indonesia," katanya.
Peneliti Fakukltas Teknik UGM Eka Firmansyah menambahkan, membuat dua desain alat steriliasai masker N95. Pertama dimensi internal 40 x 40 x 30 cm dan dimensi eksternal 40 x 40 x 40 cm. Dimensi ini memungkinkan sterilisasi dengan volume 48 liter yang dapat mensterilisasi 9 masker N95.
Kedua dengan dimensi eksternal 35 x 15 x 15 dan dimensi eksternal 45 x 15 x 17 cm. Dimensi ini memiliki bilik sterilisasi dengan kapasistas 7,8 liter yang dapat mensterilkan 3 buah masker N95.
(abd)