WHO Akan Kirim Tim Investigasi ke Wuhan Lacak Asal-usul Covid-19
loading...
A
A
A
JENEWA - Untuk menyelidiki asal usul SARS-CoV-2, virus yang menyebabkannya pandemi Covid-19, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan mengirim tim investigasi ke Wuhan, China pada awal tahun depan.
Hal itu diungkapkan anggota dan diplomat dari beberapa negara. Tim yang terdiri dari 12-15 ahli internasional tengah bersiap untuk pergi ke Wuhan guna memeriksa bukti, termasuk sampel manusia dan hewan yang dikumpulkan oleh para peneliti China , serta membangun studi awal mereka.
Seorang anggota asal Denmark, Thea Fischer, mengatakan tim akan pergi tepat setelah Tahun Baru untuk misi selama enam minggu, termasuk dua minggu karantina pada saat kedatangan.
“Fase 1 seharusnya sudah selesai sekarang, sesuai dengan kerangka acuan, dan kami akan mendapatkan beberapa hasil. Jika itu yang kita dapatkan saat kita datang ke China itu akan luar biasa. Maka kami sudah berada di fase 2,” terangnya seperti dikutip dari Reuters, Sabtu, (17/12/2020).
Sedangkan seorang ahli di Organisasi Dunia untuk Kesehatan Hewan (OIE) yang akan ambil bagian, Keith Hamilton, mengatakan: "Saya mengantisipasi misi akan berlangsung segera."
Hamilton mengatakan virus serupa tetapi tidak identik diidentifikasi pada kelelawar tapal kuda. Hal itu menunjukkan bahwa virus tersebut ditularkan terlebih dahulu ke hewan, atau inang perantara, sebelum menginfeksi manusia.
“Saat kami melakukan pengawasan hewan, itu sulit, seperti mencari jarum di tumpukan jerami,” jelasnya.
Peter Ben Embarek, pakar utama penyakit hewan WHO , bulan lalu mengatakan misi tersebut ingin mewawancarai pekerja pasar tentang bagaimana mereka terinfeksi virus tersebut.
"Tidak ada yang menunjukkan bahwa itu adalah buatan manusia," tambahnya.
Juru bicara WHO Tarik Jasarevic mengatakan bahwa tim internasional sedang mengerjakan pengaturan logistik untuk melakukan perjalanan ke China secepat mungkin.
"Kami berharap tim bisa melakukan perjalanan pada Januari,” katanya dalam email balasan email menjawab pertanyaan Reuters.
Beberapa negara Barat telah menyuarakan keprihatinan atas keterlambatan pengiriman ahli internasional.
Seorang diplomat senior Barat mengeluhkan kurangnya transparansi sementara para ahli tidak berada di lapangan untuk berbicara dengan dokter dan peneliti atau memeriksa sampel laboratorium.
Tetapi diplomat Barat lainnya mengatakan bahwa misi tersebut berada pada "pijakan yang baik" dan bahwa WHO harus menerima persyaratan China untuk mengamankan akses.
Amerika Serikat, yang menuduh China menyembunyikan luasnya wabah, telah menyerukan penyelidikan yang dipimpin WHO yang transparan dan mengkritik persyaratannya yang memungkinkan para ilmuwan China untuk melakukan tahap pertama dari penelitian pendahuluan.
Seorang diplomat Barat mengatakan bahwa tim tersebut diperkirakan akan bertolak ke China pada awal Januari, jelang pembukaan dewan eksekutif WHO pada 18 Januari.
"Ada tekanan kuat di China dan WHO," ia menambahkan.
China melaporkan kasus pertama pneumonia yang tidak diketahui penyebabnya di Wuhan, China tengah, ke WHO pada 31 Desember dan menutup pasar tempat virus Corona diyakini telah muncul.
Belakangan, media pemerintah China menyebut bahwa virus itu berasal dari luar negeri sebelum ditemukan di Wuhan. Laporan itu mengutip keberadaan virus itu pada kemasan makanan beku impor dan makalah ilmiah yang mengklaim virus itu telah beredar di Eropa tahun lalu.
Hal itu diungkapkan anggota dan diplomat dari beberapa negara. Tim yang terdiri dari 12-15 ahli internasional tengah bersiap untuk pergi ke Wuhan guna memeriksa bukti, termasuk sampel manusia dan hewan yang dikumpulkan oleh para peneliti China , serta membangun studi awal mereka.
Seorang anggota asal Denmark, Thea Fischer, mengatakan tim akan pergi tepat setelah Tahun Baru untuk misi selama enam minggu, termasuk dua minggu karantina pada saat kedatangan.
“Fase 1 seharusnya sudah selesai sekarang, sesuai dengan kerangka acuan, dan kami akan mendapatkan beberapa hasil. Jika itu yang kita dapatkan saat kita datang ke China itu akan luar biasa. Maka kami sudah berada di fase 2,” terangnya seperti dikutip dari Reuters, Sabtu, (17/12/2020).
Sedangkan seorang ahli di Organisasi Dunia untuk Kesehatan Hewan (OIE) yang akan ambil bagian, Keith Hamilton, mengatakan: "Saya mengantisipasi misi akan berlangsung segera."
Hamilton mengatakan virus serupa tetapi tidak identik diidentifikasi pada kelelawar tapal kuda. Hal itu menunjukkan bahwa virus tersebut ditularkan terlebih dahulu ke hewan, atau inang perantara, sebelum menginfeksi manusia.
“Saat kami melakukan pengawasan hewan, itu sulit, seperti mencari jarum di tumpukan jerami,” jelasnya.
Peter Ben Embarek, pakar utama penyakit hewan WHO , bulan lalu mengatakan misi tersebut ingin mewawancarai pekerja pasar tentang bagaimana mereka terinfeksi virus tersebut.
"Tidak ada yang menunjukkan bahwa itu adalah buatan manusia," tambahnya.
Juru bicara WHO Tarik Jasarevic mengatakan bahwa tim internasional sedang mengerjakan pengaturan logistik untuk melakukan perjalanan ke China secepat mungkin.
"Kami berharap tim bisa melakukan perjalanan pada Januari,” katanya dalam email balasan email menjawab pertanyaan Reuters.
Beberapa negara Barat telah menyuarakan keprihatinan atas keterlambatan pengiriman ahli internasional.
Seorang diplomat senior Barat mengeluhkan kurangnya transparansi sementara para ahli tidak berada di lapangan untuk berbicara dengan dokter dan peneliti atau memeriksa sampel laboratorium.
Tetapi diplomat Barat lainnya mengatakan bahwa misi tersebut berada pada "pijakan yang baik" dan bahwa WHO harus menerima persyaratan China untuk mengamankan akses.
Amerika Serikat, yang menuduh China menyembunyikan luasnya wabah, telah menyerukan penyelidikan yang dipimpin WHO yang transparan dan mengkritik persyaratannya yang memungkinkan para ilmuwan China untuk melakukan tahap pertama dari penelitian pendahuluan.
Seorang diplomat Barat mengatakan bahwa tim tersebut diperkirakan akan bertolak ke China pada awal Januari, jelang pembukaan dewan eksekutif WHO pada 18 Januari.
"Ada tekanan kuat di China dan WHO," ia menambahkan.
China melaporkan kasus pertama pneumonia yang tidak diketahui penyebabnya di Wuhan, China tengah, ke WHO pada 31 Desember dan menutup pasar tempat virus Corona diyakini telah muncul.
Belakangan, media pemerintah China menyebut bahwa virus itu berasal dari luar negeri sebelum ditemukan di Wuhan. Laporan itu mengutip keberadaan virus itu pada kemasan makanan beku impor dan makalah ilmiah yang mengklaim virus itu telah beredar di Eropa tahun lalu.
(agn)