Mengkhawatirkan, Pantai Timur Surabaya Terpapar Mikroplastik
loading...
A
A
A
SURABAYA - Perairan Timur Surabaya ( Pamurbaya ), mulai dari Kenjeran hingga Tambak Wedi terkontaminasi mikroplastik. Hal itu terungkap dari temuan terbaru ECOTON (Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah) pada Desember 2020.
Hasilnya, dalam 100 liter air laut di Kenjeran hingga Tambak Wedi mengandung 195 partikel hingga 598 partikel. Di wilayah timur (Gununganyar) jumlah mikroplastik yang ditemukan lebih sedikit 89 pertikel-124 partikel dalam setiap 100 liter air.
Peneliti mikroplastik ECOTON, Eka Chlara Budiarti, menilai kondisi ini mengkhawatirkan karena kawasan pesisir Timur Surabaya adalah daerah tangkapan perikanan bagi nelayan. Air yang telah terkontaminasi mikroplastik berpengaruh pada kualitas perikanan.
(Baca juga: Kasus COVID-19 di Jatim Meningkat, Puluhan Warga Malah Bandel Tak Bermasker )
“Selain di perairan ada temuan lain yang menunjukkan bahwa sedimen, kerang dan udang dikawasan timur Surabaya juga telah terkontaminasi mikroplastik,” katanya.
Lebih lanjut, alumni Jurusan Kimia Universitas Diponegoro Semarang ini mengatakan, dalam uji rapid test mikroplastik yang dilakukan oleh Anisa Ayudiah Universitas Hang Tuah Surabaya terhadap kerang hijau di kenjeran dan tambak wedi juga telah terkontaminasi mikroplastik sebesar 10-20 partikel dalam satu ekor.
“Mikroplastik adalah serpihan plastik berukuran kurang dari 5 mm. Jenis mikroplastik yang ditemukan dalam tubuh kerang adalah jenis fiber, fragmen dan filament. Sumber mikroplastik umumnya berasal dari limbah cair domestik dari pemukiman dan industri yang ada disepanjang DAS Brantas," paparnya.
Kata dia, sampah plastik seperti tas kresek, sedotan, styrofoam, bungkus plastik dan sachet juga bisa membentuk mikroplastik karena teronggok di bantaran, kemudian terbawa aliran sungai dan terpapar sinar matahari yang membuatnya terdegradasi menjadi serpihan plastic kecil yang disebut mikroplastik.
(Baca juga: Gresik Masih Kebanjiran, Sampai Mana Revitalisasi Sungai Kali Lamong? )
Menurutnya, temuan mikroplastik di ekosistem Pantai Timur Surabaya (Pamurbaya) sangat mengkhawatirkan karena disana sebagai tempat bertumpunya perekonomian nelayan-nelayan Surabaya.
“Pamurbaya menjadi daerah tangkapan perikanan seperti ikan, udang, kepiting dan kerang sehingga dengan temuan kontaminasi mikroplastik ini akan menjadi ancaman baru bagi kesehatan manusia yang mengkonsumsi pangan ikan yang berasal dari Pamurbaya,” tutur Chlara.
Sebelumnya, pada Agustus 2020, Kelompok Perempuan Pejuang Kali Surabaya telah melaporkan terdapat 313 timbulan sampah disepanjang bantaran Kali Surabaya. Sedangkan pada Tahun 2019 ECOTON juga menemukan bahwa 11 industri kertas di sepanjang DAS Brantas yang mana menjadi sumber terbentuknya mikroplastik.
Sebanyak 80% sampah yang ada di perairan laut berasal dari sungai yang mana 42% adalah jenis sampah plastik. Dari hasil penelitian mahasiswa Universitas Hang Tuah dimungkinkan juga mikroplastik adalah hasil akumulasi kontaminan dari sungai Kali Surabaya.
Chlara menyebut, selama masa pandemi jumlah sampah plastik meningkat lantaran masyarakat lebih cenderung membeli kebutuhan menggunakan packaging plastik, baik membeli secara online atau belanja langsung untuk dibawa pulang.
Gempuran sampah plastik di masa ini pada gilirannya akan menimbulkan pencemaran mikroplastik di perairan menjadi semakin meningkat. Awal tahun 2020 Penelitian Teknik lingkungan ITS, Fakultas Saintek UNAIR dan ECOTON menunjukkan bahwa air Kali Surabaya telah terkontaminasi mikroplastik.
Untuk mengendalikan kontaminasi mikroplastik di perairan, ECOTON mendorong upaya pengurangan sumber mikroplastik. Termasuk perlunya kebijakan untuk mengurangi atau pelarangan penggunaan plastik sekali pakai seperti Tas kresek, Sachet, Sedotan, Styrofoam. Dimana saat ini di Indonesia terdapat 42 Kota/kabupaten dan Propinsi yang memiliki Peraturan Daerah pembatasan dan pelarangan pemakaian plastik sekali pakai.
Kemudian melakukan Kajian lebih lanjut untuk menetukan kawasan tangkap nelayan yang minim kontaminasi mikroplastik. "Perlu ada kajian lebih luas tentang kontaminasi mikroplastik di Kawasan Pamurbaya untuk menentukan zona-zona berdasarkan tingkat kontaminasi mikroplastik, sehingga bisa ditetapkan kawasan dengan minim kontaminasi mikroplastik sebagai zona tangkap," tegasnya.
Hasilnya, dalam 100 liter air laut di Kenjeran hingga Tambak Wedi mengandung 195 partikel hingga 598 partikel. Di wilayah timur (Gununganyar) jumlah mikroplastik yang ditemukan lebih sedikit 89 pertikel-124 partikel dalam setiap 100 liter air.
Peneliti mikroplastik ECOTON, Eka Chlara Budiarti, menilai kondisi ini mengkhawatirkan karena kawasan pesisir Timur Surabaya adalah daerah tangkapan perikanan bagi nelayan. Air yang telah terkontaminasi mikroplastik berpengaruh pada kualitas perikanan.
(Baca juga: Kasus COVID-19 di Jatim Meningkat, Puluhan Warga Malah Bandel Tak Bermasker )
“Selain di perairan ada temuan lain yang menunjukkan bahwa sedimen, kerang dan udang dikawasan timur Surabaya juga telah terkontaminasi mikroplastik,” katanya.
Lebih lanjut, alumni Jurusan Kimia Universitas Diponegoro Semarang ini mengatakan, dalam uji rapid test mikroplastik yang dilakukan oleh Anisa Ayudiah Universitas Hang Tuah Surabaya terhadap kerang hijau di kenjeran dan tambak wedi juga telah terkontaminasi mikroplastik sebesar 10-20 partikel dalam satu ekor.
“Mikroplastik adalah serpihan plastik berukuran kurang dari 5 mm. Jenis mikroplastik yang ditemukan dalam tubuh kerang adalah jenis fiber, fragmen dan filament. Sumber mikroplastik umumnya berasal dari limbah cair domestik dari pemukiman dan industri yang ada disepanjang DAS Brantas," paparnya.
Kata dia, sampah plastik seperti tas kresek, sedotan, styrofoam, bungkus plastik dan sachet juga bisa membentuk mikroplastik karena teronggok di bantaran, kemudian terbawa aliran sungai dan terpapar sinar matahari yang membuatnya terdegradasi menjadi serpihan plastic kecil yang disebut mikroplastik.
(Baca juga: Gresik Masih Kebanjiran, Sampai Mana Revitalisasi Sungai Kali Lamong? )
Menurutnya, temuan mikroplastik di ekosistem Pantai Timur Surabaya (Pamurbaya) sangat mengkhawatirkan karena disana sebagai tempat bertumpunya perekonomian nelayan-nelayan Surabaya.
“Pamurbaya menjadi daerah tangkapan perikanan seperti ikan, udang, kepiting dan kerang sehingga dengan temuan kontaminasi mikroplastik ini akan menjadi ancaman baru bagi kesehatan manusia yang mengkonsumsi pangan ikan yang berasal dari Pamurbaya,” tutur Chlara.
Sebelumnya, pada Agustus 2020, Kelompok Perempuan Pejuang Kali Surabaya telah melaporkan terdapat 313 timbulan sampah disepanjang bantaran Kali Surabaya. Sedangkan pada Tahun 2019 ECOTON juga menemukan bahwa 11 industri kertas di sepanjang DAS Brantas yang mana menjadi sumber terbentuknya mikroplastik.
Sebanyak 80% sampah yang ada di perairan laut berasal dari sungai yang mana 42% adalah jenis sampah plastik. Dari hasil penelitian mahasiswa Universitas Hang Tuah dimungkinkan juga mikroplastik adalah hasil akumulasi kontaminan dari sungai Kali Surabaya.
Chlara menyebut, selama masa pandemi jumlah sampah plastik meningkat lantaran masyarakat lebih cenderung membeli kebutuhan menggunakan packaging plastik, baik membeli secara online atau belanja langsung untuk dibawa pulang.
Gempuran sampah plastik di masa ini pada gilirannya akan menimbulkan pencemaran mikroplastik di perairan menjadi semakin meningkat. Awal tahun 2020 Penelitian Teknik lingkungan ITS, Fakultas Saintek UNAIR dan ECOTON menunjukkan bahwa air Kali Surabaya telah terkontaminasi mikroplastik.
Untuk mengendalikan kontaminasi mikroplastik di perairan, ECOTON mendorong upaya pengurangan sumber mikroplastik. Termasuk perlunya kebijakan untuk mengurangi atau pelarangan penggunaan plastik sekali pakai seperti Tas kresek, Sachet, Sedotan, Styrofoam. Dimana saat ini di Indonesia terdapat 42 Kota/kabupaten dan Propinsi yang memiliki Peraturan Daerah pembatasan dan pelarangan pemakaian plastik sekali pakai.
Kemudian melakukan Kajian lebih lanjut untuk menetukan kawasan tangkap nelayan yang minim kontaminasi mikroplastik. "Perlu ada kajian lebih luas tentang kontaminasi mikroplastik di Kawasan Pamurbaya untuk menentukan zona-zona berdasarkan tingkat kontaminasi mikroplastik, sehingga bisa ditetapkan kawasan dengan minim kontaminasi mikroplastik sebagai zona tangkap," tegasnya.
(msd)