Akses Listrik Masih Minim di Sumbawa, DPR Minta Pemda Segera Benahi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sebanyak 44 dusun di Pulau Sumbawa belum mendapatkan akses listrik. Dampaknya, sebanyak 5.000 Kepala Keluarga (KK) belum menikmati listrik. Sedangkan dari 24 kecamatan di Sumbawa, hanya 2 kecamatan yang dialiri jaringan listrik selama 24 jam.
Anggota DPR Fraksi Gerindra Dapil Sumbawa, Zainul Arifin kecewa karena belum semua masyarakat Sumbawa dapat menikmati listrik. Karena itu, dia mendesak pemda bergerak untuk menjadi ujung tombak pembenahan masalah listrik ini. (Baca juga: Gempa 5,3 SR Guncang Pesisir Selatan hingga Padang)
"Pemdanya harus berjuang keras. Memang pemda itu ujung tombak. Sedangkan pihak di luar pemda itu tetap memperjuangkan sesuai dengan kemampuan masing-masing. Intinya, tidak boleh ada daerah yang tidak dapat listrik. Indonesia sudah 75 tahun merdeka. Masa sudah 75 tahun tidak bisa menikmati listrik," kata Zainul, Rabu (18/11/2020). (Baca juga: Gempa 5,3 SR di Pesisir Selatan Hingga Padang, BMKG: Awas Gempa Susulan)
Hal senada disampaikan Wakil Ketua Komisi VII DPR, Eddy Soeparno. Pemkab dan Pemprov diminta untuk segera mencarikan alternatif sumber lain andai jaringan listrik belum dapat menjangkau daerah 3T (tertinggal, terluar dan terdepan) di Indonesia. Program tabung listrik bisa menjadi alternatif sementara. Hal lain yang perlu dipikirkan untuk wilayah tertinggal adalah penyediaan PLTS.
“PLT tidak perlu membangun pembangkit listrik biasa, tapi yang dibangun pembangkit listrik surya karena biayanya juga lebih rendah,” sebutnya.
Sedangkan pengamat energi dari Direktur Indonesia Resources Studies (IRESS), Marwan Batubara menyebut kondisi ini harus segera diperbaiki semua pihak di daerah terkait. Kepala daerah harus berupaya memenuhi kebutuhan layanan dasar untuk warganya, terutama listrik. Terlebih, upaya penyediaan internet pun sangat membutuhkan listrik.
“Paling tidak memang sudah ada aliran listriknya, kalau tidak ya susah juga. Mungkin orang pakai baterai dan satelit, tapi apakah itu sudah dikembangkan di sana. Pemanfaatan satelit dengan listrik memakai baterai aki yang besar itu bisa. Cuma skalanya belum bisa besar,” ucapnya.
Jadi, buat penyediaan listrik yang cepat, solusinya bisa menggunakan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Kebanyakan daerah terpencil menggunakan PLTS.
Untuk pemerintah, dia mengingatkan agar mengedepankan informasi yang akurat mengenai ketersediaan listrik. “Nyatanya masih ada ribuan warga yang belum dapat aliran listrik. Artinya, kita mau akurasi informasi,” tegasnya.
Anggota DPR Fraksi Gerindra Dapil Sumbawa, Zainul Arifin kecewa karena belum semua masyarakat Sumbawa dapat menikmati listrik. Karena itu, dia mendesak pemda bergerak untuk menjadi ujung tombak pembenahan masalah listrik ini. (Baca juga: Gempa 5,3 SR Guncang Pesisir Selatan hingga Padang)
"Pemdanya harus berjuang keras. Memang pemda itu ujung tombak. Sedangkan pihak di luar pemda itu tetap memperjuangkan sesuai dengan kemampuan masing-masing. Intinya, tidak boleh ada daerah yang tidak dapat listrik. Indonesia sudah 75 tahun merdeka. Masa sudah 75 tahun tidak bisa menikmati listrik," kata Zainul, Rabu (18/11/2020). (Baca juga: Gempa 5,3 SR di Pesisir Selatan Hingga Padang, BMKG: Awas Gempa Susulan)
Hal senada disampaikan Wakil Ketua Komisi VII DPR, Eddy Soeparno. Pemkab dan Pemprov diminta untuk segera mencarikan alternatif sumber lain andai jaringan listrik belum dapat menjangkau daerah 3T (tertinggal, terluar dan terdepan) di Indonesia. Program tabung listrik bisa menjadi alternatif sementara. Hal lain yang perlu dipikirkan untuk wilayah tertinggal adalah penyediaan PLTS.
“PLT tidak perlu membangun pembangkit listrik biasa, tapi yang dibangun pembangkit listrik surya karena biayanya juga lebih rendah,” sebutnya.
Sedangkan pengamat energi dari Direktur Indonesia Resources Studies (IRESS), Marwan Batubara menyebut kondisi ini harus segera diperbaiki semua pihak di daerah terkait. Kepala daerah harus berupaya memenuhi kebutuhan layanan dasar untuk warganya, terutama listrik. Terlebih, upaya penyediaan internet pun sangat membutuhkan listrik.
“Paling tidak memang sudah ada aliran listriknya, kalau tidak ya susah juga. Mungkin orang pakai baterai dan satelit, tapi apakah itu sudah dikembangkan di sana. Pemanfaatan satelit dengan listrik memakai baterai aki yang besar itu bisa. Cuma skalanya belum bisa besar,” ucapnya.
Jadi, buat penyediaan listrik yang cepat, solusinya bisa menggunakan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Kebanyakan daerah terpencil menggunakan PLTS.
Untuk pemerintah, dia mengingatkan agar mengedepankan informasi yang akurat mengenai ketersediaan listrik. “Nyatanya masih ada ribuan warga yang belum dapat aliran listrik. Artinya, kita mau akurasi informasi,” tegasnya.
(shf)