Sempat Tersandera, Polwan Cantik Ini 15 Bulan Jaga Daerah Konflik di Afrika Tengah

Senin, 02 November 2020 - 20:19 WIB
loading...
Sempat Tersandera, Polwan Cantik Ini 15 Bulan Jaga Daerah Konflik di Afrika Tengah
Briptu Hikma Nur Syafaatun (26) bertugas selama 15 bulan sebagai petugas penjaga perdamaian PBB di Bangui, Afrika Tengah. Foto/SINDOnews/Priyo Setyawan
A A A
SLEMAN - Brigadir Sat (Briptu) Hikma Nur Syafaatun (26) anggota Satlantas Polres Bantul baru saja pulang sebagai petugas penjaga perdamaian PBB di Bangui, Afrika Tengah. Ima panggilan Hikma Nur Syafaatun bergabung dalam Formed Police Unit (FPU). Rombongan FPU dari Indonesia ada 140 anggota Polri, di mana 14 di antaranya Polwan termasuk Ima.

Ima bertugas selama 15 bulan, yaitu mulai 27 Juni 2019 hingga September 2020 sebagai tactical troops dan security camp di daerah konflik tersebut. Ima menjelaskan, Polwan bertugas sebagai penjaga perdamaian PBB ini baru pertama kali. (Baca juga: Rombongan Cawabup Banggai Laut Tenggelam di Perairan Pulau Sonit)

Namun pada tahun 2018 dibuka untuk Polwan. Ia pun mengikuti tes dan dinyatakan lolos untuk melaksanakan misi di luar negeri. Sehingga penugasan ini merupakan misi pertama Polwan sebagai pejaga perdamaian PBB. (Baca juga: Joglo Citakan, Kesaktian Demang Wonopawiro dan Berdirinya Wonosari)

"Awalnya kami tidak bertugas di Bangui, Afrika Tengah, tetapi di Sudan Selatan. Namun setelah pasukan PBB datang dan karena Indonesia dinilai berkualitas yang lebih, maka ditukar ke Bangui yang memiliki konflik lebih tinggi," kata Ima di Mapolda DIY, Senin (2/11/2020).

Setibanya di Bangui, lokasinya masih tanah lapang dan belum ada bangunan untuk camp. Sehingga tim harus membangun dari nol hingga layak huni. Selain itu mereka harus bertahan dengan kondisi cuaca yang sering berubah. Paling tidak selama 3 bulan pertama harus beradaptasi. Apalagi selama misi, harus berhadapan dengan kelompok bersenjata dan setiap wilayah saling berkonflik.

"Ini juga menjadi kerawanan bagi kami. Apalagi tahun 2020 di sana bersamaan dengan pemilihan presiden dan kelompok bersenjata masing-masing memiliki calon presiden, sehingga ini juga menjadi kerawanan," paparnya.

Ima menceritakan pengalamannya sempat mendapatkan ancaman dari kelompok bersenjata. Saat itu di bersama rekan-rekannya tengah berpatroli. Tiba-tiba mendapat serangan dari kelompok bersenjata. Rombongannya dihentikan dan juga dimintai imbalan secara langsung. Ima sempat tersandera di dalam mobil. Tetapi dengan komunikasi dan memberikan pengertian ke kelompok bersenjata serta dibantu UN, dia akhirnya dibebaskan.

“Selain itu, penyerangan juga sering terjadi. Bahkan sempat berada di tengah-tengah kelompok bersenjata yang sedang baku tembak. Tapi semua bisa pulang dengan selamat dan sehat," kata alumni Sepolwan 2013 itu.

Selama bertugas, FPU Polwan Indonesia juga mengelar charity dengan memberikan peralatan sekolah dan belajar kepada anak-anak di Bangui. Untuk komunikasi sedikit menjadi kendala karena masyarakat Bangui memakai bahasa Perancis.

Namun dengan pendekatan akhirnya bisa berjalan dengan baik. Termasuk disukai oleh warga Bangui. Terbukti saat akan misi telah selesai, mereka seperti ingin menahanan FPU untuk tetap di sana. "Saya pun ingin bisa bertugas lagi sebagai penjaga perdamaian PBB jika ada kesempatan," ungkapnya.

Kasubbid Penmas Humas Polda DIY, AKBP Verena menambahkan bahwa Polwan Polda DIY yang bertugas sebagai penjaga perdamaian di Bangui, Afrika Tengah sebenarnya ada 2 orang. Selain Briptu Hikma Nur Syafaatun, satu lagi AKP Leonisa. Namun karena sedang ada tugas lain, tidak bisa dihadirkan di Mapolda DIY.

Briptu Hikma Nur Syafaatun memberikan keterangan soal pengugasan sebagai penjaga perdamaian di Bangui, Afrika Tengah, di Mapolda DIY, Senin (2/11/2020)
(shf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2614 seconds (0.1#10.140)