Ini Destinasi Pengisi Konten Medsos Selama Cuti Bersama di Blitar
loading...
A
A
A
BLITAR - Sejumlah destinasi wisata di Kabupaten Blitar bisa menjadi pilihan untuk menikmati libur cuti bersama pekan ini. Terutama bagi yang ingin menghabiskan long weekend di kampung halaman. Berikut diantaranya.
Candi Penataran
Berdiri di atas tanah seluas 12.946 meter persegi, dengan tinggi 450 meter, candi terbesar di Provinsi Jawa Timur itu, selalu menarik dilancongi. Tidak hanya belajar sejarah masa silam. Keeksotisan candi Hindu Syiwa yang dibangun pada masa Kerajaan Kediri tersebut, adalah surga bagi pengguna media sosial.
"Bagi milenial menarik menjadi konten medsos," tutur Geovani pelajar Jogjakarta yang tengah pulang kampung ke Blitar. Candi Penataran berada di sisi utara wilayah Kabupaten Blitar. Arah barat daya Gunung Kelud. Dari Makam Bung Karno Kota Blitar, kata Geovani ikuti saja jalan raya menuju Kabupaten Kediri.
"Nanti akan ketemu. Yang belum tahu, lokasi candi ada di Desa Penataran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar," tambah Geovani. Pada masa kekuasan Raja Jayanegara atau Raja Majapahit yang kedua, Candi Penataran resmi sebagai candi negara. Pada pintu gerbang candi ditempatkan dua arca dwarapala. Posisinya bersiaga menghadap arah matahari terbenam.
Arca yang juga beken dinamai reco pentung itu tertera angka tahun 1320 masehi atau 1242 Saka. Geovani dan tiga temannya berhenti sejenak. Di tempat dwarapala mereka bergantian jeprat jepret dengan kamera gadget. Berbagai sudut dicoba untuk mencari view paling menawan.
"Foto di dekat reco pentung (Dwarapala) jangan sampai terlewatkan," kata Geovani yang berpose menyandar pada bahu dwarapala. Seluruh komplek candi dikelilingi pagar kawat berduri. Beberapa pohon maja tua tumbuh di sebelah pos jaga. Di musim apapun, suku jeruk jerukan asal Asia Tropika yang bernama latin Aegle Marmelos dan berasa pahit itu, tak berhenti berbuah.
(Baca juga: Kebun Binatang Surabaya Masih Jadi Jujukan Libur Panjang )
"Ya ini yang dinamai buah Maja yang rasanya pahit itu," kata Geovani. Langkah mereka berhenti di depan Bale Agung. Sebuah bangunan terbuat dari batu yang seluruh tubuh bangunannya dililit ukiran naga. Di masa silam, Bale Agung yang memiliki panjang 37 meter, lebar 18,84 meter dan tinggi 1,44 meter, menjadi tempat musyawarah para pedanda atau pendeta Hindu.
Setelah dirasa cukup, mereka bergegas menuju Pendopo Teras yang berada di sisi Tenggara Bale Agung. Pada dinding Pendopo Teras berukir angka tahun 1375 Masehi atau 1297 Saka. Terdapat relief fragmen Bhubuksah dan Gagang Aking. "Katanya pendirian Pendopo Teras untuk meletakkan sesaji atau peristirahatan raja serta bangsawan lainnya," kata Geovani.
Usai jeprat jepret, perlancongan mereka berlanjut ke Candi Candra Sengkala atau Candi Brawijaya. Sebuah arca batu Ganesha dalam posisi padmasana atau duduk terlihat di dalam ruangan candi. Pada bagian atas candi terukir relief Surya Majapahit. Sementara arca perwujudan Gayatri Rajapatni ada di sisi kiri candi. Dari Candi Brawijaya, Geovani melanjutkan foto foto di Candi Naga, halaman tengah dan halaman belakang.
Persinggahan paling lama berlangsung di candi induk. Candi utama ini terdiri dari tiga teras. Tingginya mencapai 7,19 meter. Terdapat angka tahun 1347 Masehi atau 1269 Saka "Nah, ini puncaknya," terang Geovani. Di atas bangunan dengan luas cukup lapang tersebut, pengambilan foto dari berbagai sisi dilakukan berkali kali.
Pendirian Candi Penataran berfungsi untuk pemujaan kepada Girindra. Yakni perwujudan Syiwa sebagai dewa penguasa gunung atau Hyang Acapalat.
(Baca juga: Donor Darah Kolaborasi Komunitas Indonesia Timur Raih Dua Rekor Muri)
Pemujaan untuk melindungi permukiman penduduk dan pertanian dari amukan Gunung Kelud yang meletus. Karenanya Candi Penataran juga memiliki nama lain Candi Palah.
Perlancongan di Candi Penataran berakhir dengan bermain air di kolam patirtan. Keeksotisan kolam patirtan Candi Penataran tidak kalah menawan dengan yang lain.
Perkebunan Kopi Karanganyar
Dari Candi Penataran hanya berjarak sekitar 15 kilometer menuju arah Gunung Kelud. Adanya papan petunjuk di pertigaan, yang mana ke kiri menuju Kediri, memudahkan Pradita untuk langsung menemukan tujuan. "Hanya saja papan petunjuknya kurang besar," tutur Pradita yang datang bersama rombongan keluarga.
Sebidang tanah lapang seluas lapangan bola menjadi area parkir kendaraan pengunjung. Untuk masuk lokasi kebun setiap pengunjung harus melalui loket penjagaan. Loket dijaga pegawai yang berseragam tentara kompeni Belanda. "Belum masuk lokasi utama, nuansa kolonialnya sudah terasa," kata Pradita bercanda.
Perkebunan kopi Karanganyar di Desa Karanganyar memang peninggalan Belanda. Dulu bernama De Karanganjar Koffie Plantage. Sejak dibuka Desember 2016 sebagai destinasi wisata, tulisan De Karanganjar Koffie Plantage tetap dipertahankan. Sebuah bangunan tinggi menjulang bergaya art deco. Pintu dan kusennya masih asli. Begitu juga jendela, ornamen langit langit ruangan yang berhias lampu gantung. Semua masih original.
Tulisan itu (Karanganjar Koffie Plantage) menempel pada dinding gedung yang dulunya sebagai kantor pegawai perkebunan. Sampai saat ini fungsi gedung juga masih dipertahankan. "Katanya menjadi tempat pegawai ngantor," tambah Pradita. Perkebunan kopi Karanganyar seluas 250 hektar dengan seluruh tanaman kopi jenis robusta. Pemegang HGU (Hak Guna Usaha) kebun adalah keluarga Herry Noegroho, mantan Bupati Blitar dua periode.
Herry merupakan anak Denny Roshadi, pemegang HGU pertama paska penjajahan kolonial Belanda. Tidak hanya mempertahankan bangunan bekas kantor, pabrik kopi, mesin mesin tua, serta properti berupa kendaraan truk lawas yang dipakai mengangkut hasil kebun. Di tangan keluarga Herry Noegroho, kawasan kebun dilengkapi sejumlah museum. Yakni museum pusaka, museum purna bakti, dan museum mblitaran.
"Museum mblitaran isinya benda benda lawas khas Blitar," papar Pradita yang tidak berhenti berfoto. Di beberapa titik juga tersedia spot foto menarik yang digemari kalangan milenial. Ada juga kedai kopi yang dilengkapi properti dan pernak pernik yang menonjolkan nuansa kolonial. Bagi yang ingin bermalam, juga tersedia penginapan yang didesain seperti paviliun dan bungalow.
"Kalau ingin jalan jalan mengelilingi kebun kopi ada juga kendaraan ATV dan Jeep yang bisa disewa," tambah Pradita. Tidak hanya sekedar destinasi wisata. Di Perkebunan Kopi Karanganyar juga terdapat pelatihan seputar kopi. Mulai menanam, merawat, sampai bagaimana mengolah biji kopi menjadi minuman kopi yang memikat.
Pantai Serang
Melancong ke Blitar rasanya kurang lengkap jika belum mampir ke Pantai Serang. "Di Serang makan sate cumi dan bakar ikan," kata Fauzi yang sehari lalu datang dari Depok, Jawa Barat.
Pantai Serang berada di wilayah Kecamatan Panggungrejo. Dari Kota Blitar menuju arah selatan. Melintasi kawasan perbukitan dengan kontur jalan banyak tikungan serta tanjakan cukup curam. Memang cukup jauh. Namun semua kepenatan akan terbayar setiba di lokasi tujuan.
"Pasirnya berwarna putih dengan tumbuhan cemara udang yang merimbun di sepanjang bibir pantai," tutur Fauzi sambil menikmati debur ombak pantai selatan. Di bawah rimbun hutan cemara udang, tertata rapi kedai kuliner laut. Sate cumi, ikan bakar dan sejenisnya.
Pada perayaan hari besar tertentu, pengelola wisata rutin menggelar berbagai acara hiburan yang bersifat kolosal. Festival layang layang. Festival patung pasir. Juga festival musik jazz dan reggae. "Suasananya mengingatkan pada suasana pantai pulau dewata," tambah Fauzi.
Di Pantai Serang juga terdapat penangkaran penyu. Sebelum pandemi COVID-19, dua kali dalam setahun, pengelola wisata selalu menggelar acara pelepasan tukik atau anak penyu. Kegiatan yang disertai beragam acara hiburan tersebut, mendatangkan pengunjung dari berbagai daerah.
Bagi yang menyukai sejarah, di kawasan pantai Serang juga terdapat petilasan pahlawan kemerdekaan Syodanco Soeprijadi. Sebelum memberontak pada 14 Februari 1945, Soeprijadi yang menjadi perwira PETA pernah ditugaskan mengawasi romusha di Serang.
"Dalam Negarakertagama, pantai Serang juga disebut pernah dikunjungi Raja Hayam Wuruk. Raja Majapahit itu bahkan menginap beberapa hari," papar Fauzi. Seperti diketahui, untuk mengembangkan kawasan destinasi wisata, Pemkab Blitar membuat program paket wisata yang bernama Olas Kembar.
Olas Kembar merupakan akronim dari Ojo Lungo Adoh Sakdurunge Kemput Blitar (Jangan Pergi Jauh Sebelum Selesai di Blitar). Menurut Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah Kabupaten Blitar Akhsin Al Fata, program wisata yang disertai pembagian wilayah destinasi tersebut menargetkan kunjungan tinggi lintas destinasi wisata.
Candi Penataran
Berdiri di atas tanah seluas 12.946 meter persegi, dengan tinggi 450 meter, candi terbesar di Provinsi Jawa Timur itu, selalu menarik dilancongi. Tidak hanya belajar sejarah masa silam. Keeksotisan candi Hindu Syiwa yang dibangun pada masa Kerajaan Kediri tersebut, adalah surga bagi pengguna media sosial.
"Bagi milenial menarik menjadi konten medsos," tutur Geovani pelajar Jogjakarta yang tengah pulang kampung ke Blitar. Candi Penataran berada di sisi utara wilayah Kabupaten Blitar. Arah barat daya Gunung Kelud. Dari Makam Bung Karno Kota Blitar, kata Geovani ikuti saja jalan raya menuju Kabupaten Kediri.
"Nanti akan ketemu. Yang belum tahu, lokasi candi ada di Desa Penataran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar," tambah Geovani. Pada masa kekuasan Raja Jayanegara atau Raja Majapahit yang kedua, Candi Penataran resmi sebagai candi negara. Pada pintu gerbang candi ditempatkan dua arca dwarapala. Posisinya bersiaga menghadap arah matahari terbenam.
Arca yang juga beken dinamai reco pentung itu tertera angka tahun 1320 masehi atau 1242 Saka. Geovani dan tiga temannya berhenti sejenak. Di tempat dwarapala mereka bergantian jeprat jepret dengan kamera gadget. Berbagai sudut dicoba untuk mencari view paling menawan.
"Foto di dekat reco pentung (Dwarapala) jangan sampai terlewatkan," kata Geovani yang berpose menyandar pada bahu dwarapala. Seluruh komplek candi dikelilingi pagar kawat berduri. Beberapa pohon maja tua tumbuh di sebelah pos jaga. Di musim apapun, suku jeruk jerukan asal Asia Tropika yang bernama latin Aegle Marmelos dan berasa pahit itu, tak berhenti berbuah.
(Baca juga: Kebun Binatang Surabaya Masih Jadi Jujukan Libur Panjang )
"Ya ini yang dinamai buah Maja yang rasanya pahit itu," kata Geovani. Langkah mereka berhenti di depan Bale Agung. Sebuah bangunan terbuat dari batu yang seluruh tubuh bangunannya dililit ukiran naga. Di masa silam, Bale Agung yang memiliki panjang 37 meter, lebar 18,84 meter dan tinggi 1,44 meter, menjadi tempat musyawarah para pedanda atau pendeta Hindu.
Setelah dirasa cukup, mereka bergegas menuju Pendopo Teras yang berada di sisi Tenggara Bale Agung. Pada dinding Pendopo Teras berukir angka tahun 1375 Masehi atau 1297 Saka. Terdapat relief fragmen Bhubuksah dan Gagang Aking. "Katanya pendirian Pendopo Teras untuk meletakkan sesaji atau peristirahatan raja serta bangsawan lainnya," kata Geovani.
Usai jeprat jepret, perlancongan mereka berlanjut ke Candi Candra Sengkala atau Candi Brawijaya. Sebuah arca batu Ganesha dalam posisi padmasana atau duduk terlihat di dalam ruangan candi. Pada bagian atas candi terukir relief Surya Majapahit. Sementara arca perwujudan Gayatri Rajapatni ada di sisi kiri candi. Dari Candi Brawijaya, Geovani melanjutkan foto foto di Candi Naga, halaman tengah dan halaman belakang.
Persinggahan paling lama berlangsung di candi induk. Candi utama ini terdiri dari tiga teras. Tingginya mencapai 7,19 meter. Terdapat angka tahun 1347 Masehi atau 1269 Saka "Nah, ini puncaknya," terang Geovani. Di atas bangunan dengan luas cukup lapang tersebut, pengambilan foto dari berbagai sisi dilakukan berkali kali.
Pendirian Candi Penataran berfungsi untuk pemujaan kepada Girindra. Yakni perwujudan Syiwa sebagai dewa penguasa gunung atau Hyang Acapalat.
(Baca juga: Donor Darah Kolaborasi Komunitas Indonesia Timur Raih Dua Rekor Muri)
Pemujaan untuk melindungi permukiman penduduk dan pertanian dari amukan Gunung Kelud yang meletus. Karenanya Candi Penataran juga memiliki nama lain Candi Palah.
Perlancongan di Candi Penataran berakhir dengan bermain air di kolam patirtan. Keeksotisan kolam patirtan Candi Penataran tidak kalah menawan dengan yang lain.
Perkebunan Kopi Karanganyar
Dari Candi Penataran hanya berjarak sekitar 15 kilometer menuju arah Gunung Kelud. Adanya papan petunjuk di pertigaan, yang mana ke kiri menuju Kediri, memudahkan Pradita untuk langsung menemukan tujuan. "Hanya saja papan petunjuknya kurang besar," tutur Pradita yang datang bersama rombongan keluarga.
Sebidang tanah lapang seluas lapangan bola menjadi area parkir kendaraan pengunjung. Untuk masuk lokasi kebun setiap pengunjung harus melalui loket penjagaan. Loket dijaga pegawai yang berseragam tentara kompeni Belanda. "Belum masuk lokasi utama, nuansa kolonialnya sudah terasa," kata Pradita bercanda.
Perkebunan kopi Karanganyar di Desa Karanganyar memang peninggalan Belanda. Dulu bernama De Karanganjar Koffie Plantage. Sejak dibuka Desember 2016 sebagai destinasi wisata, tulisan De Karanganjar Koffie Plantage tetap dipertahankan. Sebuah bangunan tinggi menjulang bergaya art deco. Pintu dan kusennya masih asli. Begitu juga jendela, ornamen langit langit ruangan yang berhias lampu gantung. Semua masih original.
Tulisan itu (Karanganjar Koffie Plantage) menempel pada dinding gedung yang dulunya sebagai kantor pegawai perkebunan. Sampai saat ini fungsi gedung juga masih dipertahankan. "Katanya menjadi tempat pegawai ngantor," tambah Pradita. Perkebunan kopi Karanganyar seluas 250 hektar dengan seluruh tanaman kopi jenis robusta. Pemegang HGU (Hak Guna Usaha) kebun adalah keluarga Herry Noegroho, mantan Bupati Blitar dua periode.
Herry merupakan anak Denny Roshadi, pemegang HGU pertama paska penjajahan kolonial Belanda. Tidak hanya mempertahankan bangunan bekas kantor, pabrik kopi, mesin mesin tua, serta properti berupa kendaraan truk lawas yang dipakai mengangkut hasil kebun. Di tangan keluarga Herry Noegroho, kawasan kebun dilengkapi sejumlah museum. Yakni museum pusaka, museum purna bakti, dan museum mblitaran.
"Museum mblitaran isinya benda benda lawas khas Blitar," papar Pradita yang tidak berhenti berfoto. Di beberapa titik juga tersedia spot foto menarik yang digemari kalangan milenial. Ada juga kedai kopi yang dilengkapi properti dan pernak pernik yang menonjolkan nuansa kolonial. Bagi yang ingin bermalam, juga tersedia penginapan yang didesain seperti paviliun dan bungalow.
"Kalau ingin jalan jalan mengelilingi kebun kopi ada juga kendaraan ATV dan Jeep yang bisa disewa," tambah Pradita. Tidak hanya sekedar destinasi wisata. Di Perkebunan Kopi Karanganyar juga terdapat pelatihan seputar kopi. Mulai menanam, merawat, sampai bagaimana mengolah biji kopi menjadi minuman kopi yang memikat.
Pantai Serang
Melancong ke Blitar rasanya kurang lengkap jika belum mampir ke Pantai Serang. "Di Serang makan sate cumi dan bakar ikan," kata Fauzi yang sehari lalu datang dari Depok, Jawa Barat.
Pantai Serang berada di wilayah Kecamatan Panggungrejo. Dari Kota Blitar menuju arah selatan. Melintasi kawasan perbukitan dengan kontur jalan banyak tikungan serta tanjakan cukup curam. Memang cukup jauh. Namun semua kepenatan akan terbayar setiba di lokasi tujuan.
"Pasirnya berwarna putih dengan tumbuhan cemara udang yang merimbun di sepanjang bibir pantai," tutur Fauzi sambil menikmati debur ombak pantai selatan. Di bawah rimbun hutan cemara udang, tertata rapi kedai kuliner laut. Sate cumi, ikan bakar dan sejenisnya.
Pada perayaan hari besar tertentu, pengelola wisata rutin menggelar berbagai acara hiburan yang bersifat kolosal. Festival layang layang. Festival patung pasir. Juga festival musik jazz dan reggae. "Suasananya mengingatkan pada suasana pantai pulau dewata," tambah Fauzi.
Di Pantai Serang juga terdapat penangkaran penyu. Sebelum pandemi COVID-19, dua kali dalam setahun, pengelola wisata selalu menggelar acara pelepasan tukik atau anak penyu. Kegiatan yang disertai beragam acara hiburan tersebut, mendatangkan pengunjung dari berbagai daerah.
Bagi yang menyukai sejarah, di kawasan pantai Serang juga terdapat petilasan pahlawan kemerdekaan Syodanco Soeprijadi. Sebelum memberontak pada 14 Februari 1945, Soeprijadi yang menjadi perwira PETA pernah ditugaskan mengawasi romusha di Serang.
"Dalam Negarakertagama, pantai Serang juga disebut pernah dikunjungi Raja Hayam Wuruk. Raja Majapahit itu bahkan menginap beberapa hari," papar Fauzi. Seperti diketahui, untuk mengembangkan kawasan destinasi wisata, Pemkab Blitar membuat program paket wisata yang bernama Olas Kembar.
Olas Kembar merupakan akronim dari Ojo Lungo Adoh Sakdurunge Kemput Blitar (Jangan Pergi Jauh Sebelum Selesai di Blitar). Menurut Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah Kabupaten Blitar Akhsin Al Fata, program wisata yang disertai pembagian wilayah destinasi tersebut menargetkan kunjungan tinggi lintas destinasi wisata.
(msd)