Januari-September, Ekspor Jawa Timur Merosot 6,06 Persen
loading...
A
A
A
SURABAYA - Selama Januari hingga September 2020, ekspor Jawa Timur (Jatim) mencapai sebesar USD14,25 miliar atau turun 6,06% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar USD15,17 miliar.
Sedangkan nilai ekspor pada September 2020 mencapai USD1,60 miliar atau naik sebesar 11,14% dibandingkan Agustus 2020.
Nilai tersebut dibandingkan September 2019 naik sebesar 0,21%. Ekspor nonmigas September 2020 mencapai USD1,53 miliar atau naik sebesar 11,49% dibandingkan Agustus 2020.
Nilai tersebut dibandingkan September 2019 turun sebesar 0,32%. "Ekspor migas pada September 2020 mencapai USD68,89 juta atau naik 4,08% dibandingkan Agustus 2020. Nilai tersebut naik sebesar 13,49% jika dibandingkan September 2019," kata kata Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Satriyo Wibowo, dalam rilisnya, Kamis (15/10/2020).
BPS Jatim mencatat, pada bulan September 2020, ekspor Jatim masih didominasi oleh sektor Industri dengan nilai ekspor mencapai USD1,35 miliar atau berkontribusi 84,76% dari total ekspor pada bulan ini.
Sementara itu, ekspor sektor pertanian berada diurutan berikutnya dengan nilai ekspor USD170,71 juta yang menyumbang 10,69%.
Berikutnya ekspor sektor migas mempunyai peranan sebesar 4,32% atau dengan nilai USD68,89 juta. Ekspor pertambangan dan lainnya menjadi sektor terkecil dengan nilai mencapai USD3,78 juta dengan kontribusi sebesar 0,24%.
Secara kumulatif selama Januari - September 2020, komoditas terbesar ekspor adalah emas dalam bentuk bongkah, ingot atau batang tuangan yang berkontribusi ekspor sebesar 8,16% atau sebesar USD1,16 miliar.
Disusul komoditas tembaga dimurnikan berupa katoda dan bagian dari katoda dengan peranan sebesar 7,02% atau sebesar USD999,74 juta.
Peringkat ketiga adalah komoditas sisa dan skrap dari logam mulia lainnya dengan peranan sebesar 5,32% atau dengan nilai sebesar USD757,91 juta.
Selama Januari-September 2020, ekspor nonmigas ke kawasan negara ASEAN sebesar USD 2,59 miliar atau dengan peranan 18,80%.
Singapura menjadi tujuan utama dengan nilai ekspor nonmigas mencapai USD922,66 juta (dengan peranan sebesar 6,69%).
Ekspor nonmigas ke Uni Eropa pada periode tersebut mencapai USD 1,07 miliar dengan kontribusisebesar 7,76%. (Baca juga: Sudah Almarhum, Henry J Gunawan Masih Terseret Kasus Tanah)
Ekspor ke Belanda merupakan yang terbesar ke Uni Eropa selama periode ini yakni senilai USD339,97 juta, atau dengan peranan sebesar 2,47%. (Baca juga: Penjualan Mobil di Jawa Timur Terpuruk Akibat COVID-19)
Ekspor nonmigas negara utama lainnya selama periode ini, yang terbesar adalah ke Jepang dengan nilai USD2,13 miliar atau dengan kontribusi sebesar 15,47%.
Disusul ke Tiongkok sebesar USD2,02 miliar atau dengan peranan sebesar 14,68% dan ke Amerika Serikat sebesar USD1,85 miliar atau dengan peranan sebesar 13,41%.
Sedangkan nilai ekspor pada September 2020 mencapai USD1,60 miliar atau naik sebesar 11,14% dibandingkan Agustus 2020.
Nilai tersebut dibandingkan September 2019 naik sebesar 0,21%. Ekspor nonmigas September 2020 mencapai USD1,53 miliar atau naik sebesar 11,49% dibandingkan Agustus 2020.
Nilai tersebut dibandingkan September 2019 turun sebesar 0,32%. "Ekspor migas pada September 2020 mencapai USD68,89 juta atau naik 4,08% dibandingkan Agustus 2020. Nilai tersebut naik sebesar 13,49% jika dibandingkan September 2019," kata kata Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Satriyo Wibowo, dalam rilisnya, Kamis (15/10/2020).
BPS Jatim mencatat, pada bulan September 2020, ekspor Jatim masih didominasi oleh sektor Industri dengan nilai ekspor mencapai USD1,35 miliar atau berkontribusi 84,76% dari total ekspor pada bulan ini.
Sementara itu, ekspor sektor pertanian berada diurutan berikutnya dengan nilai ekspor USD170,71 juta yang menyumbang 10,69%.
Berikutnya ekspor sektor migas mempunyai peranan sebesar 4,32% atau dengan nilai USD68,89 juta. Ekspor pertambangan dan lainnya menjadi sektor terkecil dengan nilai mencapai USD3,78 juta dengan kontribusi sebesar 0,24%.
Secara kumulatif selama Januari - September 2020, komoditas terbesar ekspor adalah emas dalam bentuk bongkah, ingot atau batang tuangan yang berkontribusi ekspor sebesar 8,16% atau sebesar USD1,16 miliar.
Disusul komoditas tembaga dimurnikan berupa katoda dan bagian dari katoda dengan peranan sebesar 7,02% atau sebesar USD999,74 juta.
Peringkat ketiga adalah komoditas sisa dan skrap dari logam mulia lainnya dengan peranan sebesar 5,32% atau dengan nilai sebesar USD757,91 juta.
Selama Januari-September 2020, ekspor nonmigas ke kawasan negara ASEAN sebesar USD 2,59 miliar atau dengan peranan 18,80%.
Singapura menjadi tujuan utama dengan nilai ekspor nonmigas mencapai USD922,66 juta (dengan peranan sebesar 6,69%).
Ekspor nonmigas ke Uni Eropa pada periode tersebut mencapai USD 1,07 miliar dengan kontribusisebesar 7,76%. (Baca juga: Sudah Almarhum, Henry J Gunawan Masih Terseret Kasus Tanah)
Ekspor ke Belanda merupakan yang terbesar ke Uni Eropa selama periode ini yakni senilai USD339,97 juta, atau dengan peranan sebesar 2,47%. (Baca juga: Penjualan Mobil di Jawa Timur Terpuruk Akibat COVID-19)
Ekspor nonmigas negara utama lainnya selama periode ini, yang terbesar adalah ke Jepang dengan nilai USD2,13 miliar atau dengan kontribusi sebesar 15,47%.
Disusul ke Tiongkok sebesar USD2,02 miliar atau dengan peranan sebesar 14,68% dan ke Amerika Serikat sebesar USD1,85 miliar atau dengan peranan sebesar 13,41%.
(boy)