La Nina Terdeteksi di Pasifik, Pemerintah Diminta Antisipasi Musim Hujan

Sabtu, 10 Oktober 2020 - 11:16 WIB
loading...
La Nina Terdeteksi di Pasifik, Pemerintah Diminta Antisipasi Musim Hujan
Dampak bencana banjir bandang yang menerjang kawasan Cicurug, Sukabumi, Jawa Barat, Senin (21/9/2020) lalu. Foto/BNPB
A A A
BANDUNG - Badan Meteorologi Kilmatologi dan Geofisika ( BMKG ) meminta pemerintah mengantisipasi datangnya musim hujan menyusul terdeteksinya La Nina di Samudra Pasifik berdampak terhadap tingginya curah hujan di Indonesia.

Hal itu dikatakan Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam rapat virtual bersama Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan dan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil terkait dampak bencana di musim hujan terhadap kenaikan kasus COVID-19 dari Gedung Pakuan, Kota Bandung, Jumat (9/10/2020) kemarin. (Baca: Curah Hujan Meningkat Akibat La Nina, BMKG Imbau Cegah Zero Victim)

Dwikorita menjelaskan, saat ini, Indonesia sudah memasuki musim hujan. Musim hujan di Indonesia sendiri datang secara bertahap dan diprediksi berakhir sekitar akhir Maret atau April 2021.

Menurut dia, pemerintah perlu mengantisipasi peningkatan curah hujan. Sebab, bersamaan dengan masuknya musim hujan di Indonesia, BMKG Jepang, Amerika Serikat, dan Australia telah mendeteksi terjadinya La Nina di Samudera Pasifik.

Dijelaskan Dwikorita, La Nina merupakan anomali suhu muka air laut dimana suhu di laut akan lebih dingin, bahkan bisa sampai minus satu derajat celcius atau lebih. Akibatnya, aliran masa udara basah lebih kuat dibandingkan saat normal dari wilayah pasifik masuk ke Indonesia, terutama Indonesia timur, tengah, dan utara. "Dampaknya adalah curah hujan bulanan di Indonesia ini akan semakin meningkat. Peningkatan ini bervariasi atau tidak seragam dari segi ruang dan waktu," jelasnya.

Dia mencontohkan, akhir Oktober 2020 sebagian atau 30 persen wilayah Indonesia diprediksi masuk musim hujan. Menurutnya, mulai Oktober 2020 sudah mulai terjadi peningkatan curah hujan hingga 40 persen, bahkan lebih di hampir seluruh wilayah Indonesia, kecuali Sumatera yang diprediksi mulai Oktober atau November. "Pada Desember, Januari, dan Februari mendatang, curah hujan akan meningkat di wilayah Indonesia bagian tengah, timur, dan utara," sebutnya.

Dia mengingatkan, potensi peningkatan curah hujan yang lebih tinggi dari kondisi normal, bahkan hingga mencapai 40 persen tentunya akan berdampak pada terjadinya bencana hidrometrologi, seperti banjir, longsor, angin kencang atau puting beliung. "Itulah sekilas prediksi cuaca kurang lebih selama enam bulan ke depan," katanya.

Gubernur Jabar, Ridwan Kamil mengatakan, Pemprov Jabar sendiri sudah menetapkan Siaga 1 Bencana sejak Semptember 2020 lalu sebagai langkah antisipasi masuknya musim hujan di Jabar. "Sudah sebulan lalu saya (Jabar) Siaga Satu karena ternyata September sudah hadir hujan dan kami ada kejadian kebencanaan (banjir bandang) di Cianjur dan Sukabumi," katanya.

Pemprov Jabar pun sudah mengirim Surat Edaran (SE) kepada kepala daerah di 27 kabupaten/kota di Jabar terkait antisipasi bencana di musim hujan mengingat 60 persen bencana alam yang terjadi di Jabar merupakan bencana hidrologis. (Baca: Bandung Raya Kembali Diramalkan Dibasahi Hujan Ringan Siang Jelang Sore Ini)

"Di kami kebencanaan ini 60 persen adalah hidrologis. Hidrologisnya terbagi dua. Dari Jabar tengah ke utara banjir dan tengah ke selatan longsor karena secara geografis, Jabar tengah ke utara dan tengah ke selatan berupa lahan-lahan miring," terangnya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1944 seconds (0.1#10.140)