Karomah Mbah Ud, Ulama dari Pagerwojo Sidoarjo
loading...
A
A
A
SIDOARJO - KH. Ali Mas'ud atau lebih dikenal dengan panggilan Mbah Ud, merupakan salah satu ulama yang diberi pangkat kewalian. Hingga sekarang, kisah hidup ulama yang wafat pada 1979 ini masih diperbincangkan masyarakat.
Kuburannya di Pagerwojo, Buduran, Sidoarjo , Jawa Timur, masih ramai dikunjungi orang dari berbagai penjuru Jawa Timur. Terutama malam Jumat Legi, kuburan yang berada di areal Makam Islam Pagerwojo, sangat ramai para peziarah.
Banyak riwayat cerita yang berkembang di masyarakat yang mengetahui siapa sebenarnya Mbah Ud. Ulama yang dikenal memiliki karomah. Mbah Ud punya kebiasaan yang tidak biasa. Tak pernah betah di rumah, keliling dari rumah ke rumah. Konon ceritanya, jika ada rumah yang didatangi Mbah Ud, oleh warga dijadikan penanda atau peringatan bagi pemilik rumah.
Sepanjang hidupnya, Mbah Ud dikenal sangat ringan tangan. Menjadi rujukan para kiai di Jawa Timur untuk memecahkan problematika umat Islam. Mbah Ud ikut berkiprah menyebarkan Islam dengan berdakwah kepada tamu-tamu yang datang ke rumahnya.
(Baca juga: Keajaiban Kayangan Api, Tempat Semedi Pembuat Keris Majapahit )
Dia memang tak membangun pesantren, tapi muridnya tersebar di penjuru Jawa dan luar Jawa. Menurut Hidayatullah, salah satu cucu keponakan Mbah Ud, kakeknya memang tidak mau langsung membuka pesantren.
”Kalau menyiarkan agama Islam secara langsung tidak, tapi beliau memberi wejangan kepada siapa pun tamunya yang datang. Beliau juga menjadi rujukan kiai yang ada di Jawa Timur untuk memecahkan masalah terkait agama Islam,” jelasnya mengutip Laduni.id.
Menurutnya, Mbah Ud, lahir pada 1908 di Sidoarjo. Ali Mas’ud kecil yang masih berusia 5 tahun sudah menunjukkan kelebihannya. Dia tidak pernah sekolah, tidak bisa membaca dan menulis. Namun bisa membaca Alquran dan kitab-kitab lainnya sehingga wajar, kalau beliau jadi rujukan kiai di Jawa Timur untuk memecahkan masalah keislaman.
”Gus Ud mempunyai Ilmu Laduni sehingga beliau mempunyai kelebihan dibanding orang lain pada kebanyakan. Sampai beliau wafat pada 1979 sampai sekarang, banyak yang berziarah ke makamnya. Terutama malam Jumat Legi,” papar Hidayatullah.
Bagi warga Sidoarjo, Mbah Ud merupakan ulama yang tidak menyandang gelar. Pasalnya, sebagai orang yang mempunyai kelebihan, dia tidak mau menunjukkan. Bahkan, dalam turut menyiarkan agama Islam, dia menggunakan kelebihannya itu untuk memberi pemahaman bagi umat muslim dan nonmuslim.
Diceritakan, Mbah Ud pernah menulis surat ke KH Rodi, Krian, terkait permasalahan yang ditanyakan. Karena dia tidak bisa menulis, di atas kertas putih dia torehkan pensil membentuk garis bergelombang. Anehnya, KH Rodi bisa mengerti guratan pensil yang dibubuhkan oleh Mbah Ud.
Warga yang lain menyebut, Mbah Ud bukan hanya ulama yang mempunyai kelebihan, bisa mengobati orang sakit dan kelebihan lainnya. Namun, beliau juga ikut menyiarkan Islam melalui pemikirannya
Banyak cerita yang mengatakan jika Mbah Ud adalah Wali Allah yang Jadzab, yang artinya suatu maqom atau keadaan di luar kesadaran seseorang.
Suatu ketika, rumah salah seorang warga Kauman, Sidoarjo didatangi Mbah Ud. Tanpa basa basi Mbah Ud nyelonong masuk rumah. Di rumah itu ternyata ada salah satu keluarganya meninggal dunia. Tiba-tiba saja Mbah Ud mengucap "Husnul Khotimah". Ucapan yang berarti mati dalam keadaan terbaik ini terlontar beberapa kali dari mulutnya. Setelah itu Mbah Ud langsung pergi dari rumah orang tersebut.
Kuburannya di Pagerwojo, Buduran, Sidoarjo , Jawa Timur, masih ramai dikunjungi orang dari berbagai penjuru Jawa Timur. Terutama malam Jumat Legi, kuburan yang berada di areal Makam Islam Pagerwojo, sangat ramai para peziarah.
Banyak riwayat cerita yang berkembang di masyarakat yang mengetahui siapa sebenarnya Mbah Ud. Ulama yang dikenal memiliki karomah. Mbah Ud punya kebiasaan yang tidak biasa. Tak pernah betah di rumah, keliling dari rumah ke rumah. Konon ceritanya, jika ada rumah yang didatangi Mbah Ud, oleh warga dijadikan penanda atau peringatan bagi pemilik rumah.
Sepanjang hidupnya, Mbah Ud dikenal sangat ringan tangan. Menjadi rujukan para kiai di Jawa Timur untuk memecahkan problematika umat Islam. Mbah Ud ikut berkiprah menyebarkan Islam dengan berdakwah kepada tamu-tamu yang datang ke rumahnya.
(Baca juga: Keajaiban Kayangan Api, Tempat Semedi Pembuat Keris Majapahit )
Dia memang tak membangun pesantren, tapi muridnya tersebar di penjuru Jawa dan luar Jawa. Menurut Hidayatullah, salah satu cucu keponakan Mbah Ud, kakeknya memang tidak mau langsung membuka pesantren.
”Kalau menyiarkan agama Islam secara langsung tidak, tapi beliau memberi wejangan kepada siapa pun tamunya yang datang. Beliau juga menjadi rujukan kiai yang ada di Jawa Timur untuk memecahkan masalah terkait agama Islam,” jelasnya mengutip Laduni.id.
Menurutnya, Mbah Ud, lahir pada 1908 di Sidoarjo. Ali Mas’ud kecil yang masih berusia 5 tahun sudah menunjukkan kelebihannya. Dia tidak pernah sekolah, tidak bisa membaca dan menulis. Namun bisa membaca Alquran dan kitab-kitab lainnya sehingga wajar, kalau beliau jadi rujukan kiai di Jawa Timur untuk memecahkan masalah keislaman.
”Gus Ud mempunyai Ilmu Laduni sehingga beliau mempunyai kelebihan dibanding orang lain pada kebanyakan. Sampai beliau wafat pada 1979 sampai sekarang, banyak yang berziarah ke makamnya. Terutama malam Jumat Legi,” papar Hidayatullah.
Bagi warga Sidoarjo, Mbah Ud merupakan ulama yang tidak menyandang gelar. Pasalnya, sebagai orang yang mempunyai kelebihan, dia tidak mau menunjukkan. Bahkan, dalam turut menyiarkan agama Islam, dia menggunakan kelebihannya itu untuk memberi pemahaman bagi umat muslim dan nonmuslim.
Diceritakan, Mbah Ud pernah menulis surat ke KH Rodi, Krian, terkait permasalahan yang ditanyakan. Karena dia tidak bisa menulis, di atas kertas putih dia torehkan pensil membentuk garis bergelombang. Anehnya, KH Rodi bisa mengerti guratan pensil yang dibubuhkan oleh Mbah Ud.
Warga yang lain menyebut, Mbah Ud bukan hanya ulama yang mempunyai kelebihan, bisa mengobati orang sakit dan kelebihan lainnya. Namun, beliau juga ikut menyiarkan Islam melalui pemikirannya
Banyak cerita yang mengatakan jika Mbah Ud adalah Wali Allah yang Jadzab, yang artinya suatu maqom atau keadaan di luar kesadaran seseorang.
Suatu ketika, rumah salah seorang warga Kauman, Sidoarjo didatangi Mbah Ud. Tanpa basa basi Mbah Ud nyelonong masuk rumah. Di rumah itu ternyata ada salah satu keluarganya meninggal dunia. Tiba-tiba saja Mbah Ud mengucap "Husnul Khotimah". Ucapan yang berarti mati dalam keadaan terbaik ini terlontar beberapa kali dari mulutnya. Setelah itu Mbah Ud langsung pergi dari rumah orang tersebut.
(msd)