Geliat Aminullah Membangun Ekonomi Kreatif di Banda Aceh
loading...
A
A
A
Berbagai aktivitas ekonomi terkait dengan penciptaan (kreasi), penggunaan pengetahuan (logika), dengan pemanfaatan (teknologi) informatika merupakan bagian dari sebuah industri kreatif, atau umumnya disebut ekonomi kreatif.
Sebagai Wali Kota Banda Aceh, Aminullah Usman seperti tak pernah puas memanfaatkan inovasi dalam menciptakan lapangan kerja untuk meningkatkan perekonomian yang ada di Banda Aceh. Melihat tren digitalisasi, Aminullah pun melihat peluang besar di sektor industri kreatif. Adanya big data dan mobile internet, membuat dunia digital masa kini sudah semakin berkembang dalam beberapa tahun terakhir.
Sang ekonom alumnus FEB Unsyiah angkatan 1978 ini pada setiap kesempatannya kerap menyatakan konsep ekonomi kreatif, dimana industri kreatif salah satu yang tidak bisa dilepaskan dari ekonomi kreatif. Hal ini merupakan aset kekreatifitasan yang berpotensi dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, serta mengurangi pengangguran dan kemiskinan di Kota Banda Aceh.
Beragam produk ekonomi kreatif yang ada akan semakin meneguhkan Banda Aceh sebagai kota dagang, jasa, dan wisata di Aceh bahkan dunia. Dengan branding, promosi, dan pemasaran yang luas, produk-produk ekonomi kreatif yang dimiliki Banda Aceh, baginya ibu kota Provinsi Aceh ini akan mampu bersaing di tingkat Nasional bahkan Internasional. Apalagi, mengingat sebelumnya pasca bencana gempa bumi dan tsunami 2004 silam, Banda Aceh masih berkutat pada persoalan pengangguran dan kemiskinan. Aminullah kerap menyatakan tekadnya untuk mempromosikan setiap potensi Banda Aceh ke mata dunia dalam berbagai kesempatan.
Industri kreatif merambah berbagai sektor, mulai dari bidang kuliner, fashion, kriya, arsitektur, aplikasi dan game developer, periklanan, musik, desain produk hingga desain Komunikasi Visual berpotensi tumbuh dengan sangat cepat.
Ekonomi kreatif merambah pasar industri, dengan pelaku usaha kreatif. Pemasaran industri ekonomi kreatif tidak hanya di menjual produk dengan bertatap muka saja, media sosial menjadi lapak bagi pelaku usaha. Jejaring media sosial yang efektif dan efisien untuk pemasaran industri dapat menjangkau konsumen dari wilayah manapun baik dalam wilayah domestik maupun mancanegara.
Pertumbuhan pada sektor perdagangan elektronik bisa dikatakan cukup baik, melihat kemudahan-kemudahan yang diperoleh menjadi ukuran pangsa pasar untuk menarik konsumen.
Pengembangan ekonomi kreatif juga sejalan dengan fokus pembangunan Pemerintah Kota Banda Aceh saat ini dalam menggenjot sektor pariwisata. Aminullah telah melabeli kuliner Banda Aceh dengan sebutan “3E”; enak, enak sekali, dan (w)enaaak sekali. Kopi Sanger, Timphan, hingga Kuah Beulangong masih menjadi andalan yang paling diminati wisatawan saat berkunjung ke salah satu kota di wilayah pantai barat ini.
Rencananya, ia juga akan mengembangkan kawasan Ulee Lheue sebagai pusat wisata kuliner di Banda Aceh. Di samping itu, untuk memajukan seni pertunjukan sebagai salah satu subsektor ekonomi kreatif, sebuah panggung seni dan budaya yang representatif juga tengah dibangun di pusat kota. Menawarkan pesona kesenian daerah yang dapat memanjakan mata setiap yang singgah, kesenian ini ipertunjukkan di taman para raja, Taman Bustanussalatin, Taman Safiatuddin, Taman Putroe Phang, dan Lapangan Blang Padang.
Saat ini Aminullah pun gencar-gencarnya mengajak pelaku UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) merambah ke ranah digital. Mengembangkan bisnis UMKM di tengah tren digitalisasi merupakan tantangan sendiri baginya. Selain SDM pelaku UMKM yang menjadi tantangan, meneropong pangsa pasar juga menjadi hal yang tidak boleh terlewatkan. Edukasi dengan mengajak masyarakat juga pelaku bisnis UMKM dan menggandeng pegiat bisnis e-commerce berpotensi meningkatkan pemasaran UMKM melalui platform digital.
Sebagai Wali Kota Banda Aceh, Aminullah Usman seperti tak pernah puas memanfaatkan inovasi dalam menciptakan lapangan kerja untuk meningkatkan perekonomian yang ada di Banda Aceh. Melihat tren digitalisasi, Aminullah pun melihat peluang besar di sektor industri kreatif. Adanya big data dan mobile internet, membuat dunia digital masa kini sudah semakin berkembang dalam beberapa tahun terakhir.
Sang ekonom alumnus FEB Unsyiah angkatan 1978 ini pada setiap kesempatannya kerap menyatakan konsep ekonomi kreatif, dimana industri kreatif salah satu yang tidak bisa dilepaskan dari ekonomi kreatif. Hal ini merupakan aset kekreatifitasan yang berpotensi dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, serta mengurangi pengangguran dan kemiskinan di Kota Banda Aceh.
Beragam produk ekonomi kreatif yang ada akan semakin meneguhkan Banda Aceh sebagai kota dagang, jasa, dan wisata di Aceh bahkan dunia. Dengan branding, promosi, dan pemasaran yang luas, produk-produk ekonomi kreatif yang dimiliki Banda Aceh, baginya ibu kota Provinsi Aceh ini akan mampu bersaing di tingkat Nasional bahkan Internasional. Apalagi, mengingat sebelumnya pasca bencana gempa bumi dan tsunami 2004 silam, Banda Aceh masih berkutat pada persoalan pengangguran dan kemiskinan. Aminullah kerap menyatakan tekadnya untuk mempromosikan setiap potensi Banda Aceh ke mata dunia dalam berbagai kesempatan.
Industri kreatif merambah berbagai sektor, mulai dari bidang kuliner, fashion, kriya, arsitektur, aplikasi dan game developer, periklanan, musik, desain produk hingga desain Komunikasi Visual berpotensi tumbuh dengan sangat cepat.
Ekonomi kreatif merambah pasar industri, dengan pelaku usaha kreatif. Pemasaran industri ekonomi kreatif tidak hanya di menjual produk dengan bertatap muka saja, media sosial menjadi lapak bagi pelaku usaha. Jejaring media sosial yang efektif dan efisien untuk pemasaran industri dapat menjangkau konsumen dari wilayah manapun baik dalam wilayah domestik maupun mancanegara.
Pertumbuhan pada sektor perdagangan elektronik bisa dikatakan cukup baik, melihat kemudahan-kemudahan yang diperoleh menjadi ukuran pangsa pasar untuk menarik konsumen.
Pengembangan ekonomi kreatif juga sejalan dengan fokus pembangunan Pemerintah Kota Banda Aceh saat ini dalam menggenjot sektor pariwisata. Aminullah telah melabeli kuliner Banda Aceh dengan sebutan “3E”; enak, enak sekali, dan (w)enaaak sekali. Kopi Sanger, Timphan, hingga Kuah Beulangong masih menjadi andalan yang paling diminati wisatawan saat berkunjung ke salah satu kota di wilayah pantai barat ini.
Rencananya, ia juga akan mengembangkan kawasan Ulee Lheue sebagai pusat wisata kuliner di Banda Aceh. Di samping itu, untuk memajukan seni pertunjukan sebagai salah satu subsektor ekonomi kreatif, sebuah panggung seni dan budaya yang representatif juga tengah dibangun di pusat kota. Menawarkan pesona kesenian daerah yang dapat memanjakan mata setiap yang singgah, kesenian ini ipertunjukkan di taman para raja, Taman Bustanussalatin, Taman Safiatuddin, Taman Putroe Phang, dan Lapangan Blang Padang.
Saat ini Aminullah pun gencar-gencarnya mengajak pelaku UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) merambah ke ranah digital. Mengembangkan bisnis UMKM di tengah tren digitalisasi merupakan tantangan sendiri baginya. Selain SDM pelaku UMKM yang menjadi tantangan, meneropong pangsa pasar juga menjadi hal yang tidak boleh terlewatkan. Edukasi dengan mengajak masyarakat juga pelaku bisnis UMKM dan menggandeng pegiat bisnis e-commerce berpotensi meningkatkan pemasaran UMKM melalui platform digital.