Januari-Agustus 2020, Neraca Perdagangan Jatim Defisit USD333,44 Juta
loading...
A
A
A
SURABAYA - Neraca perdagangan Jawa Timur (Jatim) selama bulan Agustus 2020 mengalami defisit sebesar USD147,10 juta. Defisit ini disebabkan karena adanya selisih nilai perdagangan yang negatif pada sektor migas yang lebih besar dibanding selisih nilai perdagangan yang positif pada sektor nonmigas.
Selisih nilai perdagangan pada sektor migas adalah defisit sebesar USD170,59 juta. Sedangkan selisih nilai perdagangan pada sektor nonmigas mengalami surplus sebesar USD23,50 juta. "Secara kumulatif, selama Januari hingga Agustus 2020, neraca perdagangan Jawa Timur masih mengalami defisit sebesar USD333,44 juta," kata Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Satriyo Wibowo, dalam rilisnya, Kamis (17/9/2019). (Baca juga: Defisit Neraca Perdagangan Jatim Menurun Tajam, Ini Penyebabnya )
Hal ini disumbangkan oleh selisih perdagangan ekspor-impor di sektor nonmigas yang surplus sebesar USD1,30 miliar. Akan tetapi selisih perdagangan ekspor-impor di sektor migas justru mengalami defisit sebesar USD1,63 miliar. (Baca juga: Belum Juga Jalan, Menkeu Sebut Defisit APBN 2021 Bakal Melebar )
"Surplus sektor nonmigas ini perlu lebih ditingkatkan agar neraca perdagangan Jatim berubah menjadi surplus di periode berikutnya. Disamping itu perlu diupayakan untuk menekan atau mengurangi defisit dari sektor migas," kata Satriyo.
Diketahui, selama Agustus 2020, impor Jatim didominasi bahan baku dan penolong dengan nilai USD1,23 miliar yang memberikan kontribusi sebesar 78,42%. Sementara itu, impor barang-barang konsumsi merupakan golongan barang urutan berikutnya, dengan nilai sebesar USD202,51 juta atau dengan 12,86%. Berikutnya barang-barang modal merupakan kelompok impor terkecil, dengan peranan sebesar 8,71% atau dengan nilai sebesar USD137,11 juta.
Tiga negara utama penyumbang impor ke Jatim pada periode Januari - Agustus 2020, didominasi dari Tiongkok dengan nilai impor USD3,12 miliar, dengan kontribusi 28,53%. Disusul berikutnya impor dari Amerika Serikat sebesar USD886,03 juta atau dengan kontribusi sebesar 8,09% serta dari Thailand sebesar USD529,79 juta atau dengan kontribusi sebesar 4,84%.
Selisih nilai perdagangan pada sektor migas adalah defisit sebesar USD170,59 juta. Sedangkan selisih nilai perdagangan pada sektor nonmigas mengalami surplus sebesar USD23,50 juta. "Secara kumulatif, selama Januari hingga Agustus 2020, neraca perdagangan Jawa Timur masih mengalami defisit sebesar USD333,44 juta," kata Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Satriyo Wibowo, dalam rilisnya, Kamis (17/9/2019). (Baca juga: Defisit Neraca Perdagangan Jatim Menurun Tajam, Ini Penyebabnya )
Hal ini disumbangkan oleh selisih perdagangan ekspor-impor di sektor nonmigas yang surplus sebesar USD1,30 miliar. Akan tetapi selisih perdagangan ekspor-impor di sektor migas justru mengalami defisit sebesar USD1,63 miliar. (Baca juga: Belum Juga Jalan, Menkeu Sebut Defisit APBN 2021 Bakal Melebar )
"Surplus sektor nonmigas ini perlu lebih ditingkatkan agar neraca perdagangan Jatim berubah menjadi surplus di periode berikutnya. Disamping itu perlu diupayakan untuk menekan atau mengurangi defisit dari sektor migas," kata Satriyo.
Diketahui, selama Agustus 2020, impor Jatim didominasi bahan baku dan penolong dengan nilai USD1,23 miliar yang memberikan kontribusi sebesar 78,42%. Sementara itu, impor barang-barang konsumsi merupakan golongan barang urutan berikutnya, dengan nilai sebesar USD202,51 juta atau dengan 12,86%. Berikutnya barang-barang modal merupakan kelompok impor terkecil, dengan peranan sebesar 8,71% atau dengan nilai sebesar USD137,11 juta.
Tiga negara utama penyumbang impor ke Jatim pada periode Januari - Agustus 2020, didominasi dari Tiongkok dengan nilai impor USD3,12 miliar, dengan kontribusi 28,53%. Disusul berikutnya impor dari Amerika Serikat sebesar USD886,03 juta atau dengan kontribusi sebesar 8,09% serta dari Thailand sebesar USD529,79 juta atau dengan kontribusi sebesar 4,84%.
(nth)